Minggu, 14 Oktober 2012

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Tingkat Ekonomi Ibu Dengan Perilaku Memilih Penolong Persalinan

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Derajat kesehatan merupakan pencerminan kesehatan perorangan, kelompok maupun masyarakat yang digambarkan dengan umur harapan hidup, mortalitas, morbiditas dan status gizi masyarakat.  Sebagai indikator dapat dilihat dari Angka Harapan Hidup waktu lahir (Lo), Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 Kelahiran Hidup (KH), Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 KH, dan Angka Kematian Ibu (AKI) per 10.000 KH (Depkes RI, 2007).

AKI di Indonesia pada tahun 2002/2003 adalah sebesar 307/100 ribu KH (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia-SDKI, 2002/2003).  Angka tersebut telah mengalami penurunan pada tahun 2005 menjadi 262/100 ribu KH dan tahun 2006 253/100 ribu KH (Depkes RI, 2005).  Target yang diharapkan pada tahun 2010 adalah AKI menjadi 125/100 ribu KH melalui pelaksanaan Program Making Pregnancy Safer (MPS) dengan salah satu pesan kunci yaitu setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat (Depkes RI, 2007).  SDKI tahun 2007 AKI sebesar 244/100 ribu KH dan pada tahun 2008 menurun menjadi 235/100 ribu KH, sedangkan pada tahun 2009 diharapkan mencapai 226/100 ribu KH (Depkes RI, 2009).
Pernyataan bersama antara WHO, dan beberapa organisasi kesehatan lainnya (2004) menegaskan pentingnya peran tenaga kesehatan yang terlatih tersebut, yaitu bahwa tenaga kesehatan yang terlatih merupakan pusat keberlangsungan perawatan.  Pada tingkat perawatan kesehatan primer, mereka akan bekerja dengan penyedia perawatan kesehatan yang lain, seperti dukun bayi dan pekerja sosial.  Mereka juga harus mempunyai hubungan kerja yang kuat dengan pemberi perawatan kesehatan di tingkat sekunder dan tersier dalam sistem perawatan kesehatan. Strategi MPS meliputi tiga pesan kunci, yakni setiap persalinan harus ditolong tenaga medis, setiap komplikasi persalinan harus ditangani tenaga adekuat dan setiap wanita usia subur harus mempunyai akses pencegahan kehamilan dan penanganan komplikasi keguguran.  Pada pelaksanaannya, strategi ini terbentur pada keterbatasan jumlah tenaga yang berkualitas dan berbagai kendala lainnya (Depkes RI, 2007).
Syaifuddin (2001) menyebutkan bahwa 90% kematian ibu terjadi di saat persalinan dan kira-kira 95% penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetri yang sering tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Data lain yang mendukung tingginya angka komplikasi pada persalinan adalah bahwa pada tahun 1997 SDKI angka pertolongan persalinan oleh dukun masih cukup tinggi yaitu 54% sedangkan pertolongan oleh tenaga kesehatan termasuk bidan hanya 36,5%.  Data tersebut menunjukkan bahwa pertolongan persalinan oleh bidan masih cukup rendah.
Adapun AKI di Provinsi Lampung berfluktuasi, pada tahun 2003 AKI sebesar 92 kasus, tahun 2004: 134 kasus, tahun 2005: 144 kasus, tahun 2006: 125 kasus, tahun 2007: 136 kasus dan tahun 2008 menurun menjadi 116 kasus (Dinkes Provinsi Lampung, 2008).
Tahun 2007 jumlah persalinan di Provinsi Lampung berjumlah 179.125, dimana 142.219 (79,40%) ditolong oleh tenaga kesehatan dan sisanya 36.906 (20,60%) ditolong oleh tenaga non kesehatan seperti dukun (Dinkes Provinsi Lampung, 2008). Kemudian diketahui bahwa pada tahun 2008 jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan secara keseluruhan berjumlah 4.886 persalinan dan persalinan yang ditolong oleh dukun 1.360.  Jumlah tersebut menunjukkan bahwa meskipun terdapat kecenderungan persalinan dibantu oleh tenaga kesehatan, namun masih cukup banyak persalinan yang ditolong oleh dukun (Dinkes Kab. Lampung Tengah, 2008).
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi ibu dan keluarga dalam memilih penolong persalinan, selain jauhnya jarak tempuh, biaya dan lingkungan, pengetahuan dan ekonomi diduga merupakan beberapa penyebab yang mampu mempengaruhi ibu dan keluarga dalam memilih penolong persalinan. Pada tingkat pengetahuan masih banyak keluarga yang belum mengetahui mengenai pentingnya melakukan persalinan yang sehat dan aman oleh tenaga kesehatan, selain itu ekonomi yang pas-pasan itu memicu sebagian keluarga cenderung untuk tidak memilih melakukan persalinan ke tenaga kesehatan. Hal tersebut juga di dukung dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh  Amirudin (2007) yang menyebutkan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan yaitu pengetahuan, sikap dan tingkat ekonomi keluarga.
Menurut Green (2005) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku diantaranya adalah faktor pedisposisi, faktor penguat dan faktor pemungkin.  Faktor predisposisi terdiri dari pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai dan persepsi.  Faktor penguat terdiri dari sikap dan perilaku dari orang lain, teman sebaya, orangtua, tenaga kesehatan dan lain-lain.  Faktor pemungkin terdiri dari sumberdaya, akses pelayanan kesehatan, peraturan dan hukum, kecakapan dan keahlian petugas.  Pengetahuan merupakan hal penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2005), sedangkan sikap merupakan predisposisi tindakan atau perilaku (Mubarak, et.al. 2007).
Persalinan yang aman dan sehat merupakan harapan semua orangtua terhadap anaknya yang baru pertama kali mengalami proses persalinan yang dipermudah dengan adanya pengetahuan dan sikap yang baik terhadap informasi yang diperoleh dari tenaga kesehatan serta tingkat ekonomi yang mendukung seseorang dalam memilih penolong persalinan.  Dalam hal ini Notoatmodjo (2005) mengemukakan bahwa setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek tentang kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya.  Hal tersebut akan diperkuat bila perilaku ibu dalam memilih penolong persalinan dapat lebih juga tepat.
Pengetahuan ibu adalah hasil dari tahu yang diperoleh dari hasil penginderaan, salah satunya adalah dengan mengetahui dan menyikapi bahwa persalinan yang sehat dan aman adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.  Hasil pra survey yang dilakukan di Wilayah Puskesmas Kecamatan ZZZ, diketahui bahwa jumlah persalinan pada tahun 2009 (Januari-Desember) sebanyak 600 persalinan, dimana 528 (88%) persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dan 72 persalinan (12%) ditolong oleh dukun. Puskesmas ZZZ mempunyai Wilayah Kerja sebanyak 6 desa dengan jumlah bidan sebanyak 10 orang (5 bidan Puskesmas dan 5 bidan desa).  Sedangkan jumlah dukun sebanyak 20 orang  (Laporan Kesga Puskesmas ZZZ, 2010).
Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk  mengetahui “Hubungan pengetahuan, sikap dan dan tingkat ekonomi ibu dengan perilaku memilih penolong persalinan di Kecamatan ZZZ tahun 2009”.


B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah ada hubungan antara pengetahuan, sikap dan tingkat ekonomi ibu dengan perilaku memilih penolong persalinan di Kecamatan ZZZ tahun 2009?

C.      Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Diketahui hubungan pengetahuan, sikap dan tingkat ekonomi ibu dengan perilaku memilih penolong persalinan di Kecamatan ZZZ tahun 2009.
2.      Tujuan Khusus
a.       Diketahui distribusi frekuensi perilaku memilih penolong persalinan di Kecamatan ZZZ tahun 2009.
b.      Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu terhadap perilaku memilih penolong persalinan di Kecamatan ZZZ tahun 2009.
c.       Diketahui distribusi frekuensi sikap ibu terhadap perilaku memilih penolong persalinan di Kecamatan ZZZ tahun 2009.
d.      Diketahui distribusi frekuensi tingkat ekonomi ibu terhadap perilaku memilih penolong persalinan di Kecamatan ZZZ tahun 2009.
e.       Diketahui hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku memilih penolong persalinan di Kecamatan ZZZ tahun 2009.
f.        Diketahui hubungan sikap ibu dengan perilaku memilih penolong persalinan di Kecamatan ZZZ tahun 2009.
g.       Diketahui hubungan tingkat ekonomi ibu dengan perilaku memilih penolong persalinan di Kecamatan ZZZ tahun 2009.

D.    Manfaat Penelitian

  1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar untuk melakukan penelitian di tempat lain yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan ekonomi ibu dan keluarga terhadap perilaku memilih tenaga penolong persalinan.
  1. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas ZZZ
Sebagai bahan masukan berupa literatur dan pengembangan materi untuk penelitian selanjutnya.
  1. Bagi Puskesmas ZZZ
Diharapkan dapat memberikan masukan terutama bagi pengelola program KIA dan program Promkes dalam rangka meningkatkan perilaku ibu dalam memilih penolong persalinan pada tenaga kesehatan.
E.     Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan tingkat ekonomi ibu dengan perilaku memilih penolong persalinan di Kecamatan ZZZ tahun 2009.  Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu perilaku memilih penolong persalinan sedangkan variabel independen adalah tingkat pengetahuan dan ekonomi ibu dan keluarga. Sasaran dalam penelitian adalah ibu bersalin yang ada di Kecamatan ZZZ tahun 2009.  Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2010. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar