Minggu, 14 Oktober 2012

Determinan Kejadian Abortus Pada Kehamilan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Setiap tahun lebih dari setengah juta warga dunia harus menemui ajalnya karena persalinan. Making Pregnancy Safer program yang dilaksanakan oleh World Health Organization (WHO), atau program gerakan sayang ibu (safe motherhood program) yang dilaksanakan oleh Indonesia sebagai salah satu rekomendasi dari konferensi Internasional di Mesir, Kairo tahun 1994 salah satunya mengenai proses persalinan yang aman (Rahima, 2003). 

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berada pada peringkat tertinggi di negara-negara Asia Tenggara (ASEAN).  Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2002/2003 adalah sebesar 307/100 ribu kelahiran hidup (SDKI, 2002/2003).  Angka tersebut telah mengalami penurunan pada tahun 2005 menjadi 290,8/ 100 ribu kelahiran hidup (Depkes RI, 2005). Target yang diharapkan pada tahun 2010 adalah Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 125/100 ribu kelahiran hidup.
Syaifuddin (2001) menyebutkan bahwa 90% kematian ibu terjadi di saat persalinan dan kira-kira 95% penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetri yang sering tidak dapat diperkirakan sebelumnya.  Data lain yang mendukung tingginya angka komplikasi pada persalinan adalah bahwa pada tahun 1997 SDKI angka pertolongan persalinan oleh non nakes masih cukup tinggi yaitu 54% sedangkan pertolongan oleh tenaga kesehatan termasuk bidan hanya 36,5%. 
Jumlah abortus di Indonesia cukup tinggi. Menurut survey SKRT tahun 1995 menunjukkan bahwa abortus memberikan kontribusi 11 persen terhadap Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia. Angka itu bisa lebih besar karena lebih banyak perempuan yang meninggal tidak dilaporkan apalagi yang meninggal karena abortus tidak aman. Diperkirakan bahwa kontribusi abortus terhadap AKI bisa mencapai 30-50 persen (Anonim, 2007).  Komplikasi kehamilan yang paling sering terjadi dalam kehamilan khususnya pada trimester I adalah abortus (James R. Scott, dkk, 2002). 
Abortus umumnya ditandai dengan perdarahan yang biasanya sedikit, namun lama kelamaan perdarahan menjadi cukup banyak seperti haid.  Namun bisa saja perdarahan yang banyak itu justru terjadi di awal dan mungkin diikuti dengan kram, menyerupai sakit sewaktu haid yang berdampak dan berakibat terjadinya perdarahan dan kematian pada ibu (Derek Llewellyn-Jones, 1997).
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta kehamilan berakhir dikarenakan abortus terjadi setiap tahun di Asia Tenggara. Sedangkan di Indonesia kasus abortus berkisar 750 sampai dengan 1,5 juta kasus.  Kasus abortus di Provinsi Lampung tahun 2005 yaitu sebanyak 4.457 kasus dari 142.216 persalinan (3,13%), dimana jumlah kasus abortus terbanyak yaitu di Kabupaten Tulang Bawang yang berjumlah 495 kasus (11,11%) jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan dengan Kabupaten Tanggamus yaitu 197 kasus (4,42%) dan Bandar Lampung 137 kasus (3,07%).  Sementara pada tahun 2006 jumlah kasus abortus di Bandar Lampung berjumlah 161 kasus, sehingga terlihat ada peningkatan dari tahun 2005 ke 2006 sebanyak 5,03%.   Pada tahun 2007 jumlah abortus di Bandar Lampung 198 kasus dari 342 persalinan (57,98%).  Dari hal tersebut terlihat bahwa ada peningkatan kejadian abortus, sedangkan abortus adalah salah satu penyebab kematian ibu, sehingga harapan ke depan agar penanganan lebih baik lagi dan angka kematian ibu tidak meningkat (Dinkes Provinsi Lampung, 2007).
Berjuta-juta wanita setiap tahunnya mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Beberapa kehamilan berakhir dengan kelahiran tetapi beberapa diantaranya diakhiri dengan abortus. Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sedangkan menurut WHO batasan usia kehamilan adalah sebelum 22 minggu (Rieuwpassa, dkk, 2003).
Survei yang dilakukan di beberapa klinik di Jakarta, Medan, Surabaya dan Denpasar menunjukkan bahwa abortus terjadi 89% pada wanita yang sudah menikah, 11% pada wanita yang belum menikah dengan perincian: 45% akan menikah kemudian, 55% belum ada rencana menikah. Sedangkan golongan umur mereka yang melakukan abortus: 34% berusia antara 30-46 tahun, 51% berusia antara 20-29 tahun dan sisanya 15% berusia di bawah 20 tahun.
Penyebab abortus adalah faktor pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pada plasenta, infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat berfungsi, gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes mellitus, hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga, penyakit ibu serta adanya kelainan yang terdapat dalam rahim (Saifuddin AB, 2002).
Dari hasil penelitian Rusni (2008) mengenai karakteristik ibu hamil dengan abortus yang dilakukan terhadap 72 orang responden di Rumah Sakit Umum Daerah Kalianda Lampung Selatan terungkap bahwa sebagian besar usia responden adalah 20-35 tahun yaitu 47 orang (65,3%), berdasarkan paritas yaitu multigravida 32 orang (44,4%), berdasarkan usia kehamilan yaitu usia kehamilan Trimester I berjumlah 52 orang (72,2%), berdasarkan pekerjaan yaitu IRT berjumlah 35 orang (48,6%) dan berdasarkan pendidikan sebagian besar adalah SD yang berjumlah 38 orang (52,8%).
Dari data Rekam Medis Puskesmas Daya Murni Kecamatan Tumi Jajar Kabupaten ZZZ tahun 2009, diketahui bahwa pada tahun 2008 kasus abortus sebanyak 41 kasus dari 986 persalinan (4,15%) dan pada tahun 2009 kasus abortus meningkat menjadi 48 kasus dari 1.031 persalinan (4,65%).  Secara keseluruhan dari tahun 2008 hingga 2009 sebagian besar jenis abortus yang ada adalah abortus komplit (spontan).
Berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Determinan Kejadian Abortus Pada Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas ZZZ Tahun 2010”

1.2  Identifikasi Masalah  

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mendeskripsikan data yang merupakan identifikasi masalah, yaitu:
1.2.1        Di Provinsi Lampung kasus abortus tahun 2005 yaitu sebanyak 4.457 kasus dari 142.216 persalinan (3,13%), dimana jumlah kasus abortus terbanyak yaitu di Kabupaten ZZZ yang berjumlah 495 kasus (11,11%)
1.2.2        Di Puskesmas Daya Murni kasus abortus tahun 2008 sebanyak 41 kasus dari 986 persalinan (4,15%) dan pada tahun 2009 kasus abortus meningkat menjadi 48 kasus dari 1.031 persalinan (4,65%). 
1.2.3        Secara keseluruhan dari tahun 2008 hingga 2009 sebagian besar jenis abortus yang ada adalah abortus komplit (spontan).

1.3  Masalah dan Permasalahan

1.3.1        Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini yaitu masih tingginya kasus abortus di Puskesmas ZZZ.
1.3.2        Permasalahan
1.      Apakah ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian abortus pada kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas ZZZ Tahun 2010?
2.      Apakah ada hubungan antara paritas ibu dengan kejadian abortus pada kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas ZZZ Tahun 2010?
3.      Apakah ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian abortus pada kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas ZZZ Tahun 2010?
4.      Apakah ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian abortus pada kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas ZZZ Tahun 2010?
1.4  Tujuan Penelitian

1.4.1        Tujuan Umum
Ingin mengetahui Determinan Kejadian Abortus Pada Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas ZZZ Tahun 2010.
1.4.2        Tujuan Khusus
1.      Untuk mengetahui hubungan antara usia ibu dengan kejadian abortus pada kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas ZZZ Tahun 2010.
2.      Untuk mengetahui hubungan antara paritas ibu dengan kejadian abortus pada kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas ZZZ Tahun 2010.
3.      Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian abortus pada kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas ZZZ Tahun 2010.
4.      Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian abortus pada kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas ZZZ Tahun 2010.

1.5  Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
  1. Ibu hamil
Penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan pengetahuan ibu terhadap abortus.
  1. Bidan
Diharapkan dapat dijadikan masukan tentang tampilan peran yang sangat dibutuhkan dalam hal bidan sebagai pelaksana.
  1. Lahan Penelitian (Puskesmas ZZZ)
Diharapkan dapat dijadikan masukan bagi lahan penelitian khususnya petugas kesehatan dalam upaya peningkatan promosi kesehatan terutama terhadap ibu hamil.
  1. Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian di tempat lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

1.6  Ruang Lingkup

Penelitian ini adalah penelitian korelasi dengan desain case control.  Penelitian dilakukan terhadap ibu-ibu hamil yang ada di Wilayah dan tercatat pada MR di Puskesmas ZZZ, dengan jumlah kasus dan kontrol masing-masing sebanyak 48 kasus.  Adapun yang diteliti adalah Determinan Kejadian Abortus Pada Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas ZZZ Tahun 2010.  Penelitian ini dilakukan mulai dari perencanaan sampai dengan publikasi pada bulan April-Agustus 2010.

2 komentar:

  1. Assalamualaikum wr.wb.....
    sy suka dg materi ini, tp sepertinya sy masih memebutuhkan bbrapa data lagsung dr njenengan....
    bisakah sy minta akun fb'nya....
    jazakillah khoir
    wassalamualaikum wr.wb

    BalasHapus
  2. Face Book Nya sudah saya lampirin mbak,,, di add saja mbak..

    BalasHapus