BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Reformasi layanan kesehatan telah lama dibicarakan,
baik di negara maju ataupun di negara berkembang yang tidak lain adalah membuat
sistem layanan kesehatan yang semakin responsif terhadap kebutuhan pasien atas
masyarakat. Dengan kata lain, layanan kesehatan itu harus selalu mengupayakan
kebutuhan dan kepuasan pasien dan/atau masyarakat yang dilayani secara simultan
(Pohan, Imbalo S, 2006).
Memahami kebutuhan dan keinginan pasien merupakan hal
penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas merupakan aset yang
sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan terus melakukan
pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien merasa tidak puas mereka
akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang pengalaman
buruknya. Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu perusahaan dibidang kesehatan
seperti rumah sakit, puskesmas dan balai pengobatan harus menciptakan dan
mengelola suatu sistem untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan
untuk mempertahankan pasiennya (Junaidi, 2007).
Hal yang hampir serupa dikemukakan oleh Indarjati
(2007) yang menyebutkan adanya tiga macam kondisi kepuasan yang bisa dirasakan
oleh konsumen berkaitan dengan perbandingan antara harapan dan kenyataan, yaitu
jika harapan atau kebutuhan sama dengan layanan yang diberikan maka konsumen
akan merasa puas. Jika layanan yang diberikan pada konsumen kurang atau tidak
sesuai dengan kebutuhan atau harapan konsumen maka konsumen menjadi tidak puas.
Kepuasan konsumen merupakan perbandingan antara harapan yang dimiliki oleh
konsumen dengan kenyataan yang diterima oleh konsumen pada saat mengkonsumsi
produk atau jasa. Konsumen yang mengalami kepuasan terhadap suatu produk atau
jasa dapat dikategorikan ke dalam konsumen masyarakat, konsumen instansi dan
konsumen individu. Dalam penelitian ini peneliti menitikberatkan pada kepuasan
pasien dalam pemanfaatannya terhadap Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS).
Sejak diberlakukannya Jamkesmas kepada seluruh lapisan
masyarakat khususnya masyarakat menengah ke bawah (miskin dan tidak mampu),
setidaknya lebih dari 56,3% masyarakat masih belum mendapatkan pelayanan
kesehatan ini. Jamkesmas yang telah
dirancang oleh Departemen Kesehatan (Depkes) sebagai pengganti Asuransi
Kesehatan Keluarga Miskin (Askeskin) juga terdapat persoalan. Melalui hasil
riset Indonesia Corruption Watch (ICW) di awal tahun 2009 lalu,
ditemukan enam persoalan dalam pelaksanaan program Jamkesmas. Enam permasalahan tersebut adalah data
peserta yang belum akurat, sosialisasi yang belum optimal, adanya pungutan
untuk mendapatkan kartu, adanya peserta yang tidak menggunakan kartu ketika
berobat, adanya pasien Jamkesmas yang mengeluarkan biaya dan masih buruknya
kualitas pelayanan pasien Jamkesmas (http://m.okezone.com,
2009).
Provinsi Lampung pada tahun 2008 baru memulai Program
Jamkesmas, setidaknya 500 desa dari 11 Kabupaten/Kota menjadi perhatian serius
sebagai sasaran pengguna Jamkesmas. Pada
tahun 2010 Kabupaten Mesuji memiliki sasaran Rumah Tangga Miskin (RTM) yang
memperoleh Jamkesmas sebanyak 21.748 dan dengan jumlah jiwa miskin sebanyak 79.315.
Sedangkan untuk Wilayah Kerja Puskesmas ZZZ memiliki sasaran sebanyak 2.252 RTM
yang memperoleh Jamkesmas dengan jumlah jiwa miskin sebanyak 9.666. Salah satu
masalah yang dianggap serius adalah penerapan dan pencapaian pelayanan
kesehatan Jamkesmas di tingkat Puskesmas secara maksimal di setiap Kecamatan-nya.
Tidak terkecuali Puskesmas Rawat Inap ZZZ yang ada di
Kabupaten Mesuji dengan kunjungan pasien rata-rata per bulan mencapai 46 pasien,
setidaknya lebih dari separuh merupakan pasien pengguna Jamkesmas. Berbagai
pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas Rawat Inap ZZZ terus ditingkatkan secara
maksimal. Meskipun masih sering ditemui kendala seperti sering ditemukan pasien
yang mengelukan atas kepuasannya terhadap pelayanan rawat inap.
Berdasarkan Laporan Kunjungan Pasien di Puskesmas
Rawat Inap ZZZ Tahun 2009 diketahui bahwa jumlah pasien rawat inap sebanyak
1.112 pasien, dimana 942 (84,7%) merupakan pasien umum, 158 (14,2%) pasien
Jamkesmas, dan 12 (1,1%) merupakan Askes PNS.
Hasil pre survey yang penulis lakukan pada bulan
Februari 2010 ditemukan 7 dari 10 pasien (70%) pengguna Jamkesmas mengeluhkan
pelayanan yang didapat selama memperoleh pelayanan di Ruang Rawat Inap Puskesmas
ZZZ, dimana beberapa keluhan sering timbul adalah pelayanan dianggap kurang
maksimal, baik pelayanan dari tenaga kesehatan maupun obat-obatan serta prosedur
yang berbelit-belit. Beberapa faktor lain yang paling menonjol dalam keluhan
pasien Jamkesmas adalah tenaga kesehatan, ketersediaan
sarana kesehatan, dan administriasi kepesertaan.
Berdasarkan
latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “faktor-faktor
yang berhubungan dengan kepuasan pasien penerima Jamkesmas terhadap pelayanan Rawat
Inap di Puskesmas ZZZ tahun 2010”.
1.2 Identifikasi
dan Perumusan Masalah
1.2.1
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, penulis mendeskripsikan data yang merupakan identifikasi
masalah, yaitu:
1.2.1.1
Masih ditemui kendala di Puskesmas Rawat Inap
ZZZ seperti pasien yang sering mengelukan atas kepuasannya terhadap pelayanan
rawat inap.
1.2.1.2
Ditemukan 7
dari 10 pasien (70%) pengguna Jamkesmas mengeluhkan pelayanan yang didapat
selama memperoleh pelayanan di Ruang Rawat Inap Puskesmas ZZZ, dimana beberapa
keluhan sering timbul adalah pelayanan dianggap kurang maksimal, baik pelayanan
dari tenaga kesehatan maupun obat-obatan serta prosedur yang berbelit-belit.
1.2.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat
dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor apa saja yang
berhubungan dengan kepuasan pasien penerima Jamkesmas terhadap pelayanan Rawat
Inap di Puskesmas ZZZ tahun 2010?
1.3 Tujuan
dan Manfaat Penelitian
1.3.1
Tujuan Penelitian
1.3.1.1 Tujuan Umum
Diketahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan kepuasan pasien penerima Jamkesmas terhadap pelayanan
Rawat Inap di Puskesmas ZZZ tahun 2010.
1.3.1.2 Tujuan
Khusus
1.
Diketahui gambaran
pelayanan tenaga kesehatan Jamkesmas yang ada di Puskesmas ZZZ tahun 2010.
2.
Diketahui gambaran
ketersediaan sarana kesehatan Jamkesmas yang ada di Puskesmas ZZZ tahun 2010.
3.
Diketahui gambaran
administriasi kepesertaan Jamkesmas yang ada di Puskesmas ZZZ tahun 2010.
4.
Diketahui gambaran
Standar Operasional Prosedur (SOP) Jamkesmas yang ada di Puskesmas ZZZ tahun 2010.
5. Diketahui
gambaran kepuasan penerima Jamkesmas yang ada di Puskesmas ZZZ tahun 2010.
6. Diketahui
gambaran pelayanan rawat inap yang ada di Puskesmas ZZZ tahun 2010.
7.
Diketahui hubungan
antara pelayanan tenaga kesehatan dengan kepuasan pasien penerima Jamkesmas di Puskesmas ZZZ tahun
2010.
8.
Diketahui hubungan
antara ketersediaan sarana kesehatan dengan kepuasan pasien penerima Jamkesmas
di Puskesmas
ZZZ tahun 2010.
9.
Diketahui hubungan
antara administrasi kepesertaan dengan kepuasan pasien penerima Jamkesmas di Puskesmas ZZZ tahun
2010.
10. Diketahui hubungan
antara Standar Operasional Prosedur (SOP) Jamkesmas dengan kepuasan pasien
penerima Jamkesmas di Puskesmas ZZZ
tahun 2010.
1.3.2
Manfaat Penelitian
1.3.2.1 Bagi
Petugas Kesehatan (Puskesmas ZZZ)
Untuk menambah
wawasan bagi petugas kesehatan, khususnya perawat agar dapat terus meningkatkan pelayanan
kepada pasien terutama yang ada di Ruang Rawat Inap penerima/pengguna
Jamkesmas.
1.3.2.2 Bagi
Institusi Pendidikan STIKES ZZZ
Sebagai dokumen dan bahan perbandingan untuk
penelitian selanjutnya.
1.3.2.3 Bagi
Penulis
Sebagai penerapan dalam mata kuliah metode penelitian
dan menamb pengetahuan serta pengalaman dalam penelitian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar