Minggu, 28 Maret 2010

(kep. jiwa) Ilusi optis


Ilusi optis adalah ilusi yang terjadi karena kesalahan penangkapan mata manusia. Ada anggapan konvensional bahwa ada ilusi yang bersifat fisiologis dan ada ilusi yang bersifat kognitif.

  • Ilusi fisiologis

Ilusi fisiologis, seperti yang terjadi pada afterimages atau kesan gambar yang terjadi setelah melihat cahaya yang sangat terang atau melihat pola gambar tertentu dalam waktu lama. Ini diduga merupakan efek yang terjadi pada mata atau otak setelah mendapat rangsangan tertentu secara berlebihan.

  • Ilusi kognitif

Ilusi kognitif diasumsikan terjadi karena anggapan pikiran terhadap sesuatu di luar. Pada umumnya ilusi kognitif dibagi menjadi ilusi ambigu, ilusi distorsi, ilusi paradoks dan ilusi fiksional.

(a). Pada ilusi ambigu, gambar atau objek bisa ditafsirkan secara berlainan. Contohnya adalah: kubus Necker dan vas Rubin.

(b). Pada ilusi distorsi, terdapat distorsi ukuran, panjang atau sifat kurva (lurus lengkung). Contohnya adalah: ilusi dinding kafe dan ilusi Mueller -Lyer.

(c). Ilusi paradoks disebabkan karena objek yang paradoksikal atau tidak mungkin, misalnya pada segitiga Penrose atau 'tangga yang mustahil', seperti misalnya terlihat pada karya seni grafis M C Escher, berjudul "Naik dan Turun" serta "Air Terjun".

(d). Ilusi fiksional didefinisikan sebagai persepsi terhadap objek yang sama sekali berbeda bagi seseorang tapi bukan bagi orang lain, seperti disebabkan karena schizoprenia atau halusinogen. Ini lebih tepatnya disebut dengan halusinasi.

(kep. jiwa) ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL


Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 )
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend,1998)
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998).

Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. (Rawlins, 1993, dikutip Budi Anna Keliat).

RENTANG RESPONS SOSIAL

Gangguan hubungan sosial terdiri atas :

Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan dirasakan sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif yang mengancam. Dengan karakteristik : tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan untuk berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidak sesuaian atau ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan perkembangan atau terhadap usia. Preokupasi dengan pikirannya sendiri, pengulangan, tindakan yang tidak bermakna. Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian yang ditimbulkan oleh orang lain. Mengalami perasaan yang berbeda dengan orang lain, merasa tidak aman ditengah orang banyak. (Mary C. Townsend, Diagnose Kep. Psikiatri, 1998; hal 252).

Kerusakan Interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana seorang individu berpartisipasi dalam suatu kualitas yang tidak cukup atau berlebihan atau kualitas interaksi sosial yang tidak efektif, dengan karakteristik :

Menyatakan secara verbal atau menampakkan ketidaknyamanan dalam situasi-situasi sosial. Menyatakan secara verbal atau menampakkan ketidakmampuan untuk menerima atau mengkomunikasikan kepuasan rasa memiliki, perhatian, minat, atau membagi cerita. Tampak menggunakan perilaku interaksi sosial yang tidak berhasil. Disfungsi interaksi dengan rekan sebaya, keluarga atau orang lain. Penggunaan proyeksi yang berlebihan tidak menerima tanggung jawab atas perilakunya sendiri. Manipulasi verbal. Ketidakmampuan menunda kepuasan. (Mary C. Townsend, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, 1998; hal 226).
FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI

Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan meresa tertekan.
Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan fakto psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and Sundeen, 1995).
TANDA DAN GEJALA

Data Subjektif :

Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subjektif adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata “tidak “, “iya”, “tidak tahu”.

Data Objektif :

Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan :

  • Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
  • Menghindari orang lain (menyendiri), klien nampak memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada saat makan.
  • Komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain / perawat.
  • Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
  • Berdiam diri di kamar / tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya.
  • Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
  • Tidak melakukan kegiatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
  • Posisi janin pada saat tidur.

KARAKTERISTIK PERILAKU

• Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan.

• Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.

• Kemunduran secara fisik.

• Tidur berlebihan.

• Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama.

• Banyak tidur siang.

• Kurang bergairah.

• Tidak memperdulikan lingkungan.

• Kegiatan menurun.

• Immobilisasai.

• Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang).

• Keinginan seksual menurun.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL
I. Deskripsi

Tanggapan atau deskripsi tentang isolasi yaitu suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (towsend, 1998).
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain.

II. Pengkajian

Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi, penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian ,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi :

  1. Identitas Klien

Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal

MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.

  1. Keluhan Utama

Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan sehari – hari , dependen

  1. Faktor predisposisi

kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.

  1. d. Aspek fisik / biologis

Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhafisik yang dialami oleh klien.

  1. e. Aspek Psikososial
    1. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
    2. Konsep diri

a) citra tubuh :

Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh .
Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan.

b) Identitas diri

Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan .

c) Peran

Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses menua , putus sekolah, PHK.

d) Ideal diri

Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.

e) Harga diri

Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri , gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang percaya diri.

  1. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga social

dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam

masyarakat.

  1. Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)
  2. f. Status Mental

Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain , Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.

  1. g. Kebutuhan persiapan pulang.

1) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan

2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC, membersikan dan merapikan pakaian.

3) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi

4) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan

diluar rumah

5) Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.

  1. h. Mekanisme Koping

Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri)

  1. i. Aspek Medik

Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.

III. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola respons baik aktual maupun potensial (Stuart and Sundeen, 1995)

Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari pengkajian adalah sebagai berikut :

  1. Isolasi sosial : menarik diri
  2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
  3. Resiko perubahan sensori persepsi
  4. Koping individu yang efektif sampai dengan ketergantungan pada orang lain
  5. Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal.
  6. Intoleransi aktifitas.
  7. Kekerasan resiko tinggi.

IV. Pohon Masalah

Diagnosa Keperawatan

  1. Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri.
  2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
  3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu : koping defensif.

Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa : Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri.

Tujuan umum :

Tidak terjadi perubahan sensori persepsi.

Tujuan khusus : klien dapat

  1. Membina hubungan saling percaya.
  2. Menyebutkan penyebab menarik diri.
  3. Menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
  4. Melakukan hubungan sosial secara bertahap, klien – perawat, klien – kelompok, klien – keluarga.
  1. Mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain.
  1. Memberdayakan sistem pendukung.
  2. Menggunakan obat dengan tepat dan benar.

Tindakan keperawatan :

1.1 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas pada setiap pertemuan (topik yang akan dibicarakan, tempat berbicara, waktu bicara).

1.2 Berikan perhatian dan penghargaan : temani klien waktu tidak menjawab, katakan “saya akan duduk disamping anda, jika ingin mengatakan sesuatu saya siap mendengarkan”. Jika klien menatap wajah perawat katakan “ada yang ingin anda katakan?”.

1.3 Dengarkan klien dengan empati : berikan kesempatan bicara (jangan di buru-buru), tunjukkan perawat mengikuti pembicaraan klien.

2.1. Bicara dengan klien penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain.

2.2 Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri.

3.1. Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain.

3.1 Bantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien untuk bergaul.

4.1 Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien (jika mungkin perawat yang sama).

4.2 Motivasi / temani klien untuk berinteraksi / berkenalan dengan klien / perawat lain. beri contoh cara berkenalan.

4.3 Tingkatkan interaksi klien secara bertahap (satu klien, dua klien, satu perawat, dua perawat, dan seterusnya).

4.4 Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok, sosialisasi.

4.5 Bantu klien melakukan aktivitas hidup sehari-hari dengan interaksi.

4.6 Fasilitas hubungan klien dengan keluarga secara terapeutik.

5.1 Diskusikan dengan klien setiap selesai interaksi/kegiatan.

5.2 Beri pujian akan keberhasilan klien.

Evaluasi

Kriteria evaluasi :

1.1 Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

2.1 Klien dapat dapat menyebutkan penyebab menarik diri berasal dari diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

3.1 Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian dalam berhubungan dengan orang lain.

4.1 Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap : K – P, K – P – K, K – P – Kel, K – P – Kelompok.

5.1 Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain untuk diri sendiri dan orang lain.

6.1 Keluarga dapat berpartisipasi dalam merawat klien menarik diri.

Daftar Pustaka

Townsend M. C, (1998). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri, Pedoman untuk Pembuatan Rencana Keperawatan , Jakarta : EGC.

Anna Budi Keliat, SKp. (2000). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri, Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia..

Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API). Jakarta : fajar Interpratama.

Stuart and Sundeen, ”Buku Saku Keperawatan Kesehatan Jiwa”, alih bahasa Hapid AYS, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

———–, (1998). Buku Standar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Penerapan Asuhan Keperawatan pada Kasus di Rumah Sakit Ketergantungan Obat. Direktorat Kesehatan Jiwa Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Dep-Kes RI, Jakarta.
www.erfanhiyandi.blogspot.com/askep_isolasi sosial.html. (di akses 13 Mei 2009)

(kep. jiwa) ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI


Quantcast

PENDAHULUAN

Kesehatan jiwa menurut Undang – Undang No. 23 Tahun 1992 pasal 24 ayat 1 adalah kesehatan jiwa diselenggarakan untuk mewujudkan jiwa sehat secara optimal baik untuk intelektual maupun emosional, dan menurut pasal 24 ayat 2 adalah kesehatan jiwa meliputi pemeliharaan dan peningkatan kesehatan jiwa, pencegahan dan penanggulangan. Masalah psikososial dan gangguan jiwa, penyembuhan dan pemeliharaan penderita gangguan jiwa dan didalamnya Undang – Undang kesehatan No. 3 tahun 1966 mendefinisikan sehat jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik intelektual dan emosional yang optimal dan seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
Ketidak mampuan individu untuk beradaptasi terhadap lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan jiwa. Satu diantaranya adalah isolasi sosial : Menarik diri, supaya dapat mewujudkan jiwa yang sehat, maka perlu adanya peningkatan jiwa melalui pendekatan secara promotif, preventif dan rehabilitatif agar individu dapat senantiasa mempertahankan kelangsungan hidup terhadap perubahan – perubahan yang terjadi pada dirinya maupun pada lingkungannya.
PENGERTIAN
Hubungan Sosial
Hubungan sosial adalah hubungan untuk menjalin kerjasama dan ketergantungan dengan orang lain (Stuart and Sundeen, 1998).
Kerusakkan Interaksi Sosial
Kerusakkan interaksi sosial adalah suatu kerusakkan interpersonal yang terjadi akibat kepribadiuan yang tidak flesibel yang menimbulkan perilaku maladaptif yang mengganggu fungsi seseorang dalam berhubungan sosial (Depkes RI, 2002 :114).
Isolasi Sosial : Menarik Diri
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Mary C. Rownsendl, 1998 : 152).
Menarik diri adalah suatu sikap dimana individu menghindari dari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain (RSJ, 1996).

RENTANG RESPON SOSIAL

Manusia sebagai makhluk sosial adalah memenuhi kebutuhan sehari – hari, tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa ada hubungan dengan lingkungan sosialnya. Hubungan dengan orang lain dan lingkungan sosialnya menimbulkan respon – respon sosial pada individu.
Rentang respon sosial individu berada dalam rentang adaptif sampai dengan maladaptif.

Respon Adaptif
Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang dapat diterima oleh norma – norma sosial dan kebudayaan, meliputi :
a. Solitude (Menyendiri)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yng telah dilakukan di lingkungan sosialnya, dan merupakan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah – langkah selanjutnya.
b. Autonomy (Kebebasan)
Respon individu untuk menentukan dan menyampaikan ide – ide pikirandan perasaan dalam hubungan sosial.
c. Mutuality
Respon individu dalam berhubungan interpersonal dimana individu saling memberi dan menerima.
d. Interdependence (Saling Ketergantungan)
Respon individu dimana terdapat saling ketergantungan dalam melakukan hubungan interpersonal.
Respon Antara Adaptif dan Maladaptif
a. Aloness (Kesepian)
Dimana individu mulai merasakan kesepian, terkucilkan dan tersisihkan dari lingkungan.
b. Manipulation (Manipulasi)
Hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan bukan pada orang lain.
c. Dependence (Ketergantungan)
Individu mulai tergantung kepada individu yang lain dan mulai tidak memperhatikan kemampuan yang dimilikinya.
Respon Maladaptif
Yaitu respon individu dalam penyelesaian masalah yang menyimpang dari norma – norma sosial dan budaya lingkungannya.
a. Loneliness (Kesepian)
Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak berhubungan dengan orang lain atau tanpa bersama orang lain untuk mencari ketenangan waktu sementara.
b. Exploitation (Pemerasan)
Gangguan yang terjadi dimana seseorang selalu mementingkan keinginannya tanpa memperhatikan orang lain untuk mencari ketenangan pribadi.
c. Withdrawl (Menarik Diri)
Gangguan yang terjadi dimana seseorang menentukan kesulitan dalam membina hubungan saling terbuka dengan orang lain, dimana individu sengaja menghindari hubungan interpersonal ataupun dengan lingkungannya.
d. Paranoid (Curiga)
Gangguan yang terjadi apabila seseorang gagal dalam mengembangkan rasa percaya pada orang lain.

ETIOLOGI

Terjadinya menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan stressor presipitasi. Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi dan stressor presipitasi. Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi terjadi perilaku menarik diri. Kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya pada diri orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri dan kegiatan sendiri terabaikan.

TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala menarik diri adalah menarik diri, tidak ada perhatian, tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain, berat badan menurun atau meningkat secara drastis, kemunduran kesehatan fisik, tidur berlebihan, tinggal ditempat tidur dalam waktu yang lama, banyak tidur siang, kurang bergairah, tidak memperdulikan lingkungan, kegiatan menurun, immobilisasi, mondar – mandir, melakukan gerakan secara berulang dan keinginan seksual menurun. (Depkes, 1996)

DAMPAK MENARIK DIRI TERHADAP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Dibawah ini akan dijelaskan mengenai dampak gangguan interaksi sosial menarik diri terhadap kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan oleh Abraham Maslow.
Kebutuhan Fisiologis
Klien dengan interaksi sosial menarik diri kurang memperhatikan diri dan lingkungannya sehingga motivasi untuk makan sendiri tidak ada. Klien kurang memperhatikan kebutuhan istirahat dan tidur, karena asyik dengan pikirannya sendiri sehingga tidak ada minat untuk mengurus diri dan keberhasilannya.
Kebutuhan Rasa Aman
Klien dengan gangguan interaksi menarik diri cenderung merasa cemas, gelisah, takut dan bingung sehingga akan menimbulkan rasa tidak aman bagi klien.
Kebutuhan Mencintai dan Dicintai
Klien dengan gangguan interaksi sosial menarik diri cenderung memisahkan diri dari orang lain.
Kebutuhan Harga Diri
Klien dengan gangguan interaksi sosial menarik diri akan mengalami perasaan yang tidak berarti dan tidak berguna. Klien akan mengkritik diri sendiri, menurunkan dan mengurangi martabat diri sendiri sehingga klien terganggu.
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Klien dengan gangguan interaksi sosial menarik diri akan merasa tidak percaya diri, merasa dirinya tidak pantas menerima pengakuan dan penghargaan dari orang lain dan klien akan merasa rendah diri untuk meminta pengakuan dari orang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Arif Manjoer, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jiwa. Jakarta.
Departemen Kesehatan Jiwa RI. 2002. Pedoman Penggolongan dan Diagnosa Gangguan di Indonesia III. Jakarta.
Dorland. 1998. kamus Saku Kedokteran. EGC : Jakarta.
Harold I Kaplan MD., Benjamin J., Sadock MD.,jack A. Grebb MD. 1994. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Jilid Satu dan Dua.
Keliat, Budi Anna, dkk. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Keperawatan Jiwa. 2000. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Maramis, W.F. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Universitas Airlangga.
Standar Asuhan Keperawatan Jiwa dan Kesehatan Jiwa. 2000. Rumah Sakit Jiwa Bandung.
Stuart G. Wand Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psychiatric Nursing.
Towsend Mary C. 1998. Diagnosa keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri Edisi 3. Alih Bahasa Novi Elena C. Daulima. Jakarta : EGC.

(kep. jiwa)REMAJA DENGAN MASALAH MENARIK DIRI


REMAJA DENGAN MASALAH MENARIK DIRI

Menarik diri merupakan masalah yang kerap dijumpai pada remaja. Gejala utama pada reaksi menarik diri adalah penarikan diri dari hubungan antar – manusia. Remaja menjauhi orang lain dan tidak mampu mengadakan hubungan emosional yang dekat, sering diam, malu – malu dan patuh.


Remaja dengan masalah seperti ini butuh penanganan yang hati – hati dan serius. Bila keadaa ini tidak segera ditangani dapat berkembang menjadi psikosa reaktif dan selanjutnya menjadikan remaja tersebut berkepribadian skizoid. Dukungan emosional dari keluarga dalam upaya penanganan masalah ini sangat dibutuhkan.

Perawatan kesehatan keluarga, diharapkan mampu untuk menagani masalah ini . Dalam upaya penanganan terhadap remaja dengan masalah menarik diri, cara yang terbaik digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan kekeluargaan, karena bagaimanapun juga remaja tersebut merupakan bagian dari keluarga. Kegagalan dalam membina ikatan emosional yang harmonis dalam keluarga merupakan faktor pencetus terjadinya masalah ini.

FAKTOR PENYEBAB MASALAH MENARIK DIRI

Banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan penyebab dari masalah menarik diri pada remaja , tetapi pada dasarnya focus kajiannya adalah pada sifat serta ciri dari remaja itu sendiri . Ciri – ciri remaja itu sendiri antara lain :

1. Masa remaja sebagai periode penting

Walaupun semua periode dalam rentang kehidupan penting pada usia remaja perkembangan fisik dan mental yang cepat menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap ,nilai dan minat baru yang mempunyai akibat jangka panjang pada usia berikutnya.

2. Masa remaja sebagai periode peralihan

Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa ,bila berperilaku anak-anak ia akan bertindak dewasa tetapi bila berperilaku dewasa dia dikatakan masih belum waktunya seperti orang dewasa.

3. Masa remaja sebagai periode perubahan

Ada 5 perubahan yang terjadi pada remaja :

  1. Peningkatan emosi
  2. Perubahan fisik
  3. Perubahan perilaku
  4. Perubahan pandangan terhadap nilai
  5. Bersikap ambivalen terhadap perubahan yang terjadi atas dirinya.

4. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Terdapat dua alasan ,pertama sepanjang masa anak-anak segala masalah diselesaikan orang tua atau guru.Kedua, karena remaja merasa mandiri sehingga tidak perlu bantuan orang lain, sehingga banyak kegagalan-kegagalan dalam menyelesaikan masalah karena belum berpengalaman

5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat.

6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Karena anggapan bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak maka remaja cenderung ragu dalam membuat keputusan dan mencari bantuan dalam mengatasi masalanya.

7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja cenderung untuk melihat dirinya dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan bukan sebagaimana adanya.

Selain itu pada masa remaja mengalami beberapa perubahan diantaranya adalah :

1. Perubahan fisik

  1. Perubahan eksternal

v Tinggi badan, rata-rata anak perempuan mencapai tinggi maksimal pada usia 17-18 tahun sedang anakklaki-laki antara usia 19-20 tahun.

v Berat badan, perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan tinggi badan

v Proporsi tubuh, berbagai anggota tubuh mencapai perbandingan yang seimbang

v Organ sex, organ sex wanita dan laki-laki mencapai ukuran yang matang tetapi fungsi belum maksimal sampai beberapa tahun kemudian . Sedangkan ciri sex sekunder mencapai tingkat perkembangan matang pada akhir masa remaja.

  1. Perubahan internal

v Sistem pencernaan, perut manjadi lebih panjang, usus bertambah panjang dan bertambah besar, otot perut dan dinding usus bertambah tebal dan lebih kuat, ukuran hati bertambah besar dan kerongkongan bertambah panjang

v Sistem peredaran darah,jantung bertambah besar dengan pesat, pada usia remaja akhir berat jantung dua kali berat jantung waktu lahir.

v Sistem pernafasan, kapasitas paru anak wanita matang pada usia 17 tahun sedangkan laki-laki beberapa tahun kemudian.

v Sistem endokrin, kelenjar seks berkembang pesat meskipun belum mencapai ukuran matang.

v Jaringan tubuh, perkembangan rangka berhenti pada usia 18 tahun,jaringan lain terus berkembang terutama jaringan otot.

2. Perubahan emosi

Pola emosi pada remaja sama dengan anak-anak,yang membedakan terletak pada ransangan dan derajat yang membangkitkan emosi. Emosi yang umum yang dimiliki oleh remaja antara lain ; amarah,takut,cemburu,ingin tahu,irihati,gembira, sedih, kasih sayang. Remaja yang memiliki kematangan emosi memberikan reaksi emosional yang stabil , tidak berubah-ubah dari suatu suasana hati ke suasana hati yang lain.

3. Perubahan sosial

Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah berhubungan dengan penyesuaian sosial, hal tersebut dikarenakan oleh kuatnya pengaruh kelompok sebaya disebabkan remaja lebih banyak diluar rumah bersama teman sebaya.

Disamping itu faktor lingkungan juga mempengaruhi gangguan perilaku yaitu :

1. Orang tua

Sikap orang tua terhadap remaja merupaka faktor yang sangat penting bagi perkembangan kepribadian remaja.Perkawinan yang tidak bahagia atau perceraian menimbulkan kebingungan pada remaja.Bila orang tua tidak rukun ,maka sering mereka tidak konsekuen dalam hal mengatur disiplin dan sering mereka bertengkar didepan anak-anak mereka.Sebaliknya disiplin yang dipertahankan secara kaku dapat menimbulkan frustasi yang hebat.Disiplin harus dipertahankan dengan bijaksana ,jangan sampai seakan-akan ada dua blok dirumah,yaitu orang tua disatu pihak dan anak-anak dilain pihak.

2. Saudara-saudara

Rasa iri hati terhadap saudar-saudara adalah normal, biasanya lebih nyata pada anak pertama dan lebih besar antara anak-anak dengan jenis kelamin yang sama.Perasaan ini akan bertambah keras bila orang tua memperlakukan anak-anak tidak sama (pilih kasih).Untuk menarik perhatian dan simpati dari orang tua,biasanya remaja menunjukkan perilaku agresif atau negativistik.

3. Orang-orang lain didalam rumah

Seperti nenek,saudar orang tua atu pelayan,juga dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian pada remaja. Nenek pada umumnya menunjukkan sikap memanjakan terhadap cucunya

4. Hubungan disekolahnya

Yang perlu diselidiki adalah bagaimana hubungan remaja dengan gurunya, teman sekolahnya. Tidak jarang seorang guru yang sifatnya terlalu keras justru menimbulkan kenakalan pada murid-muridnya.

5. Keadaan ekonomi

Gangguan perilaku lebih sering didapati pada anak-anak dari golongan sosio-ekonomi tinggi atau rendah. Hal ini terjadi mungkin karena orang tua mereka terlalu sibuk dengan kegiatan-kegiatan sosial (pada kalangan atas)atau sibuk dengan mencari nafkah (pada kalangan rendah) sehingga lupa menyediakan waktu untuk berkomunikasi dengan baik pada para remaja.

Menurut Rosenheim,Tucker dan Lafore, diambil kesimpulan bahwa orang tua remaja dengan gangguan perilaku sering menunjukkan sikap menolak terhadap anak mereka. Sikap menolak ini mempunyai latar belakang tertentu, misalnya :

v Perkawinan yang tidak bahagia.Isteri mengira bahwa denagn adanya anak,hubungan suami istri akan menjadi baik. Bila kemudian ternyata tidak demikian, maka anaklah yang dipersalahkan (mungkin secara tidak disadari)

v Sikap menolak juga mungkin timbul karena sebelumnya ibunya takut hamil lagi karena kesulitan ekonomi dan kelahiran seorang anak akan menambah beban keluarga.

Sikap menolak dari orang tua terhadap anak mereka terutama pada remaja diantaranya adalah :

v Menghukum anaknya /remaja secara berlebih lebihan.

v Anak /remaja kurang diperhatikan mengenai makanan,pakaian,kemajuan disekolah dan kegiatan sosial.

v Kurang sabar terhadap anaknya/remaja dan mudah marah.

v Ancaman-ancaman untuk mengusir anak/remaja.

v Anak/remaja yang bersangkutan diperlakukan lain dibandingkan dengan saudara-saudaranya.

v Sangat kritis terhadap anak/remaja tersebut.

(kep. jiwa) askep menarik diri


LAPORAN PENDAHULUAN


  1. Masalah Utama :

Menarik diri.


  1. Proses Terjadinya Masalah

    1. Pengertian

Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993). Terjadinya perilaku menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan stressor presipitasi. Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predispoisi terjadinya perilaku menarik diri. Kegagalan perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri, kegiatan sehari-hari hampir terabaikan.

Gejala Klinis :

      • Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul

      • Menghindar dari orang lain (menyendiri)

      • Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat

      • Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk

      • Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas

      • Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap

      • Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.

(Budi Anna Keliat, 1998)


    1. Penyebab dari Menarik Diri

Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Gejala Klinis

  • Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)

  • Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)

  • Gangguan hubungan sosial (menarik diri)

  • Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)

  • Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.

( Budi Anna Keliat, 1999)


    1. Akibat dari Menarik Diri

Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakita adanya terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/ rangsangan eksternal.

Gejala Klinis :

  • bicara, senyum dan tertawa sendiri

  • menarik diri dan menghindar dari orang lain

  • tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata

  • tidak dapat memusatkan perhatian

  • curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut

  • ekspresi muka tegang, mudah tersinggung

(Budi Anna Keliat, 1999)

  1. Pohon Masalah


Resiko Perubahan Sensori-persepsi :

Halusinasi ……..



Isolasi sosial : menarik diri Core Problem



Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

( Budi Anna Keliat, 1999)


  1. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji

a. Masalah Keperawatan

  1. Resiko perubahan persepsi - sensori : halusinasi

  2. Isolasi Sosial : menarik diri

  3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

b. Data yang perlu dikaji

  1. Resiko perubahan persepsi - sensori : halusinasi

1). Data Subjektif

  1. Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata

  2. Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata

  3. Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus

  4. Klien merasa makan sesuatu

  5. Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya

  6. Klien takut pada suara/ bunyi/ gambar yang dilihat dan didengar

  7. Klien ingin memukul/ melempar barang-barang

2). Data Objektif

  1. Klien berbicara dan tertawa sendiri

  2. Klien bersikap seperti mendengar/ melihat sesuatu

  3. Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu

  4. Disorientasi

  1. Isolasi Sosial : menarik diri

1). Data Subyektif

Sukar didapat jika klien menolak komunikasi. Terkadang hanya berupa jawaban singkat ya atau tidak.

2). Data Obyektif

Klien terlihat apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri di kamar dan banyak diam.

  1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

1). Data subyektif:

Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

2). Data obyektif:

Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ ingin mengakhiri hidup.


  1. Diagnosis Keperawatan

1). Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi …. berhubungan dengan menarik diri.

2). Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.


VI. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa 1 : Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi …. berhubungan dengan menarik diri.

Tujuan Umum :

Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi

Tujuan Khusus :

  1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Rasional : Hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk hubungan selanjutnya

Tindakan:

1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan cara :

    1. sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

    2. perkenalkan diri dengan sopan

    3. tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai

    4. jelaskan tujuan pertemuan

    5. jujur dan menepati janji

    6. tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

    7. berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

  1. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

Rasional : Memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat membantu mengurangi stres dan penyebab perasaaan menarik diri

Tindakan

2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya

2.1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul

2.1. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul

2.1. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

Rasional :

  • Untuk mengetahui keuntungan dari bergaul dengan orang lain.

  • Untuk mengetahui akibat yang dirasakan setelah menarik diri.

Tindakan :

    1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain

      1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain

      2. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain

      3. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain

    1. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain

      1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain

      2. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

      3. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

  1. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial

Rasional :

  • Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku menarik diri yang biasa dilakukan.

  • Untuk mengetahui perilaku menarik diria dilakukan dan dengan bantuan perawat bisa membedakan perilaku konstruktif dan destruktif.

Tindakan

    1. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain

    2. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :

  • K – P

  • K – P – P lain

  • K – P – P lain – K lain

  • K – Kel/ Klp/ Masy

    1. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai

    2. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan

    3. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu

    4. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan

    5. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

  1. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain

Rasional : Dapat membantu klien dalam menemukan cara yang dapat menyelesaikan masalah

Tindakan

    1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain

    2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain

    3. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain

6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga

Rasional : memberikan penanganan bantuan terapi melalui pengumpulan data yang lengkap dan akurat kondisi fisik dan non fisik pasien serta keadaan perilaku dan sikap keluarganya

Tindakan

    1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :

  • salam, perkenalan diri

  • jelaskan tujuan

  • buat kontrak

  • eksplorasi perasaan klien

    1. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :

  • perilaku menarik diri

  • penyebab perilaku menarik diri

  • akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi

  • cara keluarga menghadapi klien menarik diri

    1. Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain

    2. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu

    3. Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

Diagnosa 2 : Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

Tujuan umum :

Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal

Tujuan khusus :

              1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya

Tindakan :

    1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapetutik

    1. sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

    2. Perkenalkan diri dengan sopan

    3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien

    4. Jelaskan tujuan pertemuan

    5. Jujur dan menepati janji

    6. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya

    7. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

  1. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Rasional :

  • Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau integritas ego diperlakukan sebagai dasar asuhan keperawatannya.

  • Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien

  • Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena ingin mendapatkan pujian

Tindakan:

2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien

2.1. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif

2.1. Utamakan memberikan pujian yang realistik

3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan

Rasional :

  • Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasyarat untuk berubah.

  • Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki diri memotivasi untuk tetap mempertahankan penggunaannya

Tindakan:

    1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit

    2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.

4. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

Rasional :

  • Membentuk individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri

  • Klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya.

  • Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan

Tindakan:

    1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan

  • Kegiatan mandiri

  • Kegiatan dengan bantuan sebagian

  • Kegiatan yang membutuhkan bantuan total

    1. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

    2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

  1. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya

Rasional :

      • Memberikan kesempatan kepada klien mandiri dapat meningkatkan motivasi dan harga diri klien

      • Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien

      • Memberikan kesempatan kepada klien ntk tetap melakukan kegiatan yang bisa dilakukan

Tindakan:

    1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan

5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien

5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

  1. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Rasional:

  • Mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri di rumah

  • Support sistem keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan klien.

  • Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah.

Tindakan:

  1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah

  2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat

  3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di ruma

DAFTAR PUSTAKA

  1. Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003

  2. Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia : Lipincott-Raven Publisher. 1998

  3. Budi Anna Keliat. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta : FIK UI. 1999

  4. Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999

  5. Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998

  6. Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung : RSJP Bandung. 2000