Minggu, 07 Maret 2010

komunitas tingkat 3 teori ( GIZI BURUK DAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBABNYA )

BAB I
PENDAHULUAN


I.1 Latar Belakang

Di berbagai media massa muncul berita tentang gizi buruk. Hal yang paling mengejutkan adalah ketika di Makassar ada seorang ibu hamil dan bayinya yang meninggal dunia karena kelaparan. Sering kali kelaparan inilah yang menyebabkan gizi buruk.
Ternyata masalah ini tidak hanya terjadi di Makassar. Kasus gizi buruk juga terjadi di NTT, Papua, bahkan Tasikmalaya. Menurut Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Departemen Pertanian (Deptan) RI Tjuk Eko Hari Basuki, 27 persen bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia mengalami gizi buruk.


I.2 Rumusan Masalah

Makalah ini berusaha mengetahui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Apakah yang disebut dengan gizi buruk?
2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan gizi buruk?
3. Bagaimana persebaran gizi buruk di Indonesia?
4. Hal apa sajakah yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk
menanggulangi kasus gizi buruk?


I.3 Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan penjabaran masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan dari literatur yang ada, baik di perpustakaan maupun di internet.


BAB II

GIZI BURUK DAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBABNYA


2.1 Pengertian gizi buruk

Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan kekurangan keduaduanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk dapat berpengaruh kepada pertumbuhan dan perkembangan anak, juga kecerdasan anak. Pada tingkat yang lebih parah, jika dikombinasikan dengan perawatan yang buruk, sanitasi yang buruk, dan munculnya penyakit lain, gizi buruk dapat menyebabkan kematian.


2.2 Faktor-faktor penyebab gizi buruk

Faktor-faktor penyebab gizi buruk :

1. Faktor pengadaan makanan yang kurang mencukupi suatu wilayah tertentu. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh kurangnya potensi alam atau kesalahan distribusi.
2. Adanya penyakit kronis terutama gangguan pada metabolisme atau penyerapan makanan.
3. Kemiskinan
4. Pendidikan rendah
5. Kesempatan kerja rendah.





BAB III

PENANGGULANGAN GIZI BURUK DI INDONESIA


3.1 Persebaran gizi buruk di Indonesia

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia, pada tahun 2004, kasus gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 5,1 juta. Kemudian pada tahun 2005 turun menjadi 4,42 juta. Tahun 2006 turun menjadi 4,2 juta (944.246 di antaranya kasus gizi buruk) dan tahun 2007 turun lagi menjadi 4,1 juta (755.397 di antaranya kasus gizi buruk).
Berdasarkan data Departemen Kesehatan Indonesia pada tahun 2003, gizi buruk pada balita tersebar hampir merata di seluruh Indonesia. Tabel 1 menunjukkan ranking propinsi tertinggi penderita gizi buruk berdasarkan jumlah kasus. Tabel 2 menunjukkan ranking propinsi tertinggi penderita gizi buruk berdasarkan presentase jumlah penduduk.


Tabel 1
No. Propinsi No. Propinsi No. Propinsi No. Propinsi

01
02
03
04
05
06
07
08
Sulsel
Sumut
NTT
Jatim
Jateng
Jabar
Kalbar
Riau 09
10
11
12
13
14
15
16 Sumbar
Sulteng
Kaltim
Kalsel
NTB
Sumsel
Gorontalo
Lampung 17
18
19
20
21
22
23
24 Banten
Sultra
Papua
DKI-Jaya
Kalteng
Sulut
Bengkulu
Babel 25
26
27

28
29 Bali
Jambi
Maluku Utara
Maluku
D.I. Yogya

Tabel 2
No. Propinsi No. Propinsi No. Propinsi No. Propinsi
01
02
03
04
05
06
07
08 Gorontalo
Papua
Kalbar
NTT
Sumut
NTB
Sumsel
Sulsel 09
10
11
12
13
14
15

16 Riau
Kalsel
Sulteng
Babel
Kalteng
Maluku
Maluku Utara
Kaltim 17
18
19
20
21
22
23
24 Sulut
Banten
Bengkulu
Lampung
Sumbar
DKI-Jaya
Sultra
Jatim 25
26
27
28
29 Jateng
Jabar
D.I. Yogya
Bali
Jambi



3.2 Tindakan pemerintah untuk menanggulangi gizi buruk

Menurut Menteri Kesehatan RI, tanggung jawab pemerintah Pusat dalam hal ini Depkes adalah merencanakan dan menyediakan anggaran bagi keluarga miskin melalui Jaminan Kesehatan Masyarakat, membuat standar pelayanan, buku pedoman serta melakukan pembinaan dan supervisi program ke provinsi, kabupaten dan kota. Dalam kaitannya dengan gizi buruk, Depkes pada tahun 2005 telah mencanangkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk 2005 – 2009.
Menkes menambahkan, pemerintah berusaha meningkatkan aktivitas pelayanan kesehatan dan gizi yang bermutu melalui penambahan anggaran penanggulangan gizi kurang dan gizi buruk menjadi Rp. 600 milyar pada tahun 2007 dari yang sebelumnya 63nmilyar pada tahun 2001. Anggaran tersebut ditujukan untuk :
1. Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan bulanan balita di posyandu
2. Meningkatkan cakupan dan kualitas tatalaksana kasus gizi buruk di puskesmas/RS dan rumah tangga
3. Menyediakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita kurang gizi dari keluarga miskin
4. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada anak (ASI/MP-ASI)
5. Memberikan suplementasi gizi (kapsul Vit.A) kepada semua balita

Adapun strategi dan kegiatan Depkes dan organ-organnya, untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut antara lain :

Strategi :

1. Revitalisasi posyandu untuk mendukung pemantauan pertumbuhan
2. Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuka adat dan kelompok potensial lainnya.
3. Meningkatkan cakupan dan kualitas melalui peningkatan keterampilan tatalaksana gizi buruk
4. Menyediakan sarana pendukung (sarana dan prasarana)
5. Menyediakan dan melakukan KIE
6. Meningkatkan kewaspadaan dini KLB gizi buruk

Kegiatan :

1. Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyandu
Melengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin, KMS/Buku KIA, RR)
Orientasi kader
Menyediakan biaya operasional
Menyediakan materi KIE
Menyediakan suplementasi kapsul Vit. A

2. Tatalaksana kasus gizi buruk
 Menyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmas/RS (biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)
Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmas/RS
Menyediakan paket PMT (modisko, MP-ASI) bagi pasien paska perawatan
Meningkatkan ketrampilan petugas puskesmas/RS dalam tatalaksana gizi buruk

3. Pencegahan gizi buruk
Pemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang
berat badannya tidak naik atau gizi kurang
Penyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyandu
Konseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan

4. Surveilen gizi buruk
Pelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)
Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi buruk
Pemantauan status gizi (PSG)

5. Advokasi, sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi buruk
 Advokasi kepada pengambil keputusan (DPR, DPRD, pemda, LSM, dunia usaha dan masyarakat)
Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif

6. Manajemen program:
Pelatihan petugas
Bimbingan teknis


BAB IV
PENUTUP


4.1 Kesimpulan

Gizi buruk adalah status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Faktor yang menyebabkan gizi buruk ada tiga hal yaitu kemiskinan, pendidikan rendah dan kesempatan kerja rendah. Ketiga hal itu mengakibatkan kurangnya ketersediaan pangan di rumah tangga dan pola asuh anak keliru. Di Indonesia, gizi buruk pada balita tersebar hampir merata di seluruh propinsi. Dalam kaitannya dengan gizi buruk, Depkes pada tahun 2005 telah mencanangkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk 2005 – 2009.



4.2 Saran

Diperlukan trobosan-trobosan baru yang dapat menangulangi masalah gizi buruk hingga ke akar-akarnya. Oleh karena itu departemen kesehatan juga harus bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengatasi masalah kemiskinan, pendidikan rendah, dan kesempatan kerja rendah. Selain itu, anak-anak Indonesia harus lebih bersungguhsungguh belajar dengan tekun, agar Indonesia lebih maj
DAFTAR PUSTAKA


“Analisis Antropometri Balita – Susenas 2003,” GIZI - DEPKES, diakses dari http://www.gizi.net.

“Rencana Penanggulangan masalah Gizi Buruk,” Pangan Untuk Semua, diakses Dari http://panganuntuksemua.files.wordpress.com/2007/04/rencana penanggulangan masalah- gizi-buruk.doc.

ANTARA News, 13 Maret 2007, “27 Persen Balita Indonesia Alami Gizi Buruk,” diakses dari http://www.antara.co.id/print/?i=1205419661.

Berita 11 Maret 2008, “Penulisan Data Gizi Buruk Harus Akurat dan Tidak Dipolitisir,” DEPARTEMEN KESEHATAN, diakses dari http://www.depkes.go.id.

Nurpudji A. Taslim, “Kontroversi seputar gizi buruk: Apakah Ketidakberhasilan Departemen Kesehatan?,” GIZI-DEPKES, diakses dari
http://www.gizi.net/makalah/Kontroversi-giziburuk-column.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar