Minggu, 07 Maret 2010

komunitas tingkat 3 teori ( PENGORGANISASIAN YANG ADA DI KOMUNUTAS )

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengorganisasian yang ada di komunitas terdiri dari :

1. Peran serta masyarakat.

2. Pembangunan kesehatan masyarakat desa.

3. Pengembangan masyarakat.

4. Pendekatan edukatif.

5. Promosi dan pendidikan kesehatan komunitas.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Meningkatkan pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan Efusi Pleura.

2. Memberikan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Efusi Pleura.

3. Menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.

C. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan penjabaran masalah – masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan dari literatur yang ada, baik di perpustakaan maupun di internet.

BAB II

KONSEP TEORITIS

PENGORGANISASIAN YANG ADA DI KOMUNUTAS

1. Peran serta masyarakat

Dalam paradigma lama, hubungan keluarga, sekolah, dan masyarakat dipandang sebagai institusi yang terpisah-pisah. Pihak keluarga dan masyarakat dipandang tabu untuk ikut campur tangan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Apalagi sampai masuk ke wilayah kewenangan profesional para guru. Dewasa ini, paradigma lama ini dalam batas-batas tertentu telah ditinggalkan. Keluarga memiliki hak untuk mengetahui tentang apa saja yang diajarkan oleh guru di sekolah. Orangtua siswa memiliki hak untuk mengetahui dengan metode apa anak-anaknya diajar oleh guru-guru mereka. Dalam paradigma transisional, hubungan keluarga dan sekolah sudah mulai terjalin, tetapi masyarakat belum melakukan kontaks dengan sekolah. Dalam paradigma baru (new paradigm) hubungan keluarga, sekolah, dan masyarakat harus terjalin secara sinergis untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan, termasuk untuk meningkatkan mutu hasil belajar siswa di sekolah.

Sekolah adalah sebuah pranata sosial yang bersistem, terdiri atas komponen-komponen yang saling terkait dan pengaruh mempengaruhi. Komponen utama sekolah adalah siswa, pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, kurikulum, serta fasiltias pendidikan. Selain itu, pemangku kepentingan (stakeholder) juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses penyelenggaraan dan peningkatan mutu pendidikan. Dalam hal ini orangtua dan masyarakat merupakan pemangku kepentingan yang harus dapat bekerja sama secara sinergis dengan sekolah.

Proses penyelenggaraan pendidikan kini menggunakan pola manajemen yang dikenal dengan manajemen berbasis sekolah (MBS), yang dalam aspek teknis edukatif dikenal dengan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS). Untuk itu, maka orangtua siswa, khususnya yang tergabung dalam Komite Sekolah juga harus memahami pola manajemen sekolah tersebut.

Dalam kegiatan Managing Basic Education (MBE), orangtua siswa di setiap kelas di suatu sekolah membentuk Paguyuban Kelas, yang beranggotakan orangtua siswa dengan tugas membantu guru kelas dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan konsep PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan). Ini merupakan satu bentuk keterlibatan keluarga dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu, Komite Sekolah perlu memahami wawasan kependidikan tersebut.(M

2. Pembangunan kesehatan masyarakat desa

Kegiatan PKMD ini diawali dengan kegiatan pengkajian mengenai kondisi kesehatan masyarakat desa, setelah itu dilakukan analisa masalah dan akhirnya disusun rencana kegiatan. Kegiatan yang dilaksanakan pada PKMD berupa penyuluhan kesehatan, kerja bakti linngkungan sekitar, pembentukan posyandu lansia, serta proyek pembangunan fisik. Pada tahun ini, Proyek pembangunan fisik yang direncanakan adalah berupa pembangunan Tempat Sampah, karena masih banyak rumah penduduk yang belum mempunyai tempat sampah, sehingga membuang sampah di sungai.

Dengan kegiatan PKMD ini diharapkan derajat kesehatan masyarakat dapat meningkat dan Indonesia akan semakin sehat.

3. Pengembangan masyarakat

Nies dan Mc. Ewan (2001) mendeskripsikan pengembangan kesehatan masyarakat (community health development) sebagai pendekatan dalam pengorganisasian masyarakat yang mengkombinasikan konsep, tujuan, dan proses kesehatan masyarakat dan pembangunan masyarakat. Dalam pengembangan kesehatan masyarakat, perawat spesialis komunitas mengidentifikasikan kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan kemudian mengembangkan, mendekatkan, dan mengevaluasi tujuan-tujuan pembangunan kesehatan melalui kemitraan dengan profesi terkait lainnya (Nies & Mc.Ewan, 2001; CHNAC, 2003; Diem & Moyer, 2004; Falk-Rafael, et al.,1999).

Bidang tugas perawat spesialis komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus. Menurut Nies dan McEwan (2001), perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif model pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan kesehatan masyarakat yang relevan, maka penulis mencoba menggunakan pendekatan pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan masyarakat (community development).

Tujuan dari penggunaan model pengembangan masyarakat adalah

1. Agar individu dan kelompok-kelompok di masyarakat dapat berperan-serta aktif dalam setiap tahapan proses keperawatan, dan

2. Perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) dan kemandirian masyarakat yang dibutuhkan dalam upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatannya di masa mendatang (Nies & McEwan, 2001; Green & Kreuter, 1991).

Menurut Mapanga dan Mapanga (2004) tujuan dari proses keperawatan komunitas adalah meningkatkan kemampuan dan kemandirian fungsional klien / komunitas melalui pengembangan kognisi dan kemampuan merawat dirinya sendiri. Pengembangan kognisi dan kemampuan masyarakat difokuskan pada dayaguna aktifitas kehidupan, pencapaian tujuan, perawatan mandiri, dan adaptasi masyarakat terhadap permasalahan kesehatan sehingga akan berdampak pada peningkatan partisipasi aktif masyarakat.


Partisipasi klien sebagai Luaran Kesehatan pada Praktik Keperawatan Komunitas

Perawat spesialis komunitas perlu membangun dukungan, kolaborasi, dan koalisi sebagai suatu mekanisme peningkatan peran serta aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi implementasi upaya kesehatan masyarakat. Anderson dan McFarlane (2000) dalam hal ini mengembangkan model keperawatan komunitas yang memandang masyarakat sebagai mitra (community as partner model).

Fokus dalam model tersebut menggambarkan dua prinsip pendekatan utama keperawatan komunitas, yaitu :

a) Lingkaran pengkajian masyarakat pada puncak model yang menekankan anggota masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan kesehatan, dan

b) Proses keperawatan.

Asumsi dasar mekanisme kolaborasi perawat spesialis komunitas dengan masyarakat tersebut adalah hubungan kemitraan yang dibangun memiliki dua manfaat sekaligus yaitu meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dan keberhasilan program kesehatan masyarakat (Kreuter, Lezin, & Young, 2000). Mengikutsertakan masyarakat dan partisipasi aktif mereka dalam pembangunan kesehatan dapat meningkatkan dukungan dan penerimaan terhadap kolaborasi profesi kesehatan dengan masyarakat (Schlaff, 1991; Sienkiewicz, 2004). Dukungan dan penerimaan tersebut dapat diwujudkan dengan meningkatnya sumber daya masyarakat yang dapat dimanfaatkan, meningkatnya kredibilitas program kesehatan, serta keberlanjutan koalisi perawat spesialis komunitas-masyarakat (Bracht, 1990).

4. Pendekatan edukatif

Pendekatan edukatif merupakan suatu bentuk upaya pemberdayaan masyarakat yang melibatkan semua pihak yang berkompeten terhadap peningkatan pembangunan.
Pendekatan edukatif memperlakukan masyarakat sebagai obyek dan juga subyek pembangunan dengan kata lain kegiatan dikembangkan dengan, oleh dan untuk masyarakat.
Bagaimana pendekatan edukatif di dalam keperawatan komunitas ?
Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan yang diberikan hendaknya dilaksanakan oleh petugas yang bisa diterima oleh masyarakat setempat yang berpengetahuan, bersikaf dan mempunyai keterampilan yang sesuai, dalam hal ini sebagai perawat komunitas. Pelayanan kesehatan seharusnya dikembangkan dari pola hidup masyarakat dan mampu memenuhi kebutuhannya dibidang kesehatan.

Masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat biasanya dikarenakan perilaku masyarakat itu sendiri. Karena masyarakat harus terlibat aktif untuk penemuan masalah yang dihadapi, penemuan potensi yang dimiliki, perencanaan, implementasi dan evaluasi dalam hal pemecahan masalah.

Perawat komunitas harus bisa memainkan peranan sebagai provider secara tepat dalam upaya pengembangan masyarakat, yaitu saling mendukung dengan masyarakat. Merupakan mitra yang baik bukan antara atasan dan bawahan. Pendekatak edukatif di dalam keperawatan komunitas mempunyai tujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat dengan mengembangkan kemampuan masyarakat untuk memecahkan masalah atas dasar potensi yang ada atau sebatas kemampuannya. Proses pencapaian tujuan di atas, yaitu mengutamakan proses edukatif, bukan instruktif maupun dengan imbalan yang materialistis. Sesuai dengan paradigma baru keperawatan komunitas bahwa upaya pelayanan ditekankan pada upaya promotif dan preventif tanpa melupakan upaya kuratif, maka pendekatan edukatif di dalam keperawatan komunitas sangatlah sejalan. Masyarakat tahu masalah dan mau memecahkan masalah bertolak dari upaya promotif dari petugas dan mampu memecahkan masalah merupakan bentuk dari upaya preventif dan kuratif dari petugas dan masyarakat.
Salah satu kegiatan pendekatan edukatif yang melibatkan lintas sektor, lintas program (termasuk keperawatan komunitas) dan masyarakat adalah kegiatan pengembangan Desa Siaga (akan dibahas tersendiri).

Secara umum dapat disimpulkan bahwa pendekatan edukatif di dalam keperawatan komunitas merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat komunitas dengan didukung/melibatkan partisifasi masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan sesuai kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat (potensi).

5. Promosi dan pendidikan kesehatan komunitas

Keperawatan komunitas memandang manusia sebagai satu kesatuan yang utuh yaitu dilihat secara biopsikososial-spiritual, segala kebutuhan baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang diberikan secara menyeluruh pada saat haruslah terpenuhi.Keperawatan dalam upaya pelayanan merupakan bagian integral dari upaya pelayanan kesehatan dimana perawat merupakan bagian dari tim kesehatan.
Sasaran keperawatan komunitas adalah keluarga dan masyarakat. Masyarakat yang dimaksud adalah kumpulan beberapa keluarga, kelompok-kelompok potensial .
Kegiatan keperawatan komunitas memfungsikan peran dan fungsi perawat secara umum. Hubungannya dengan promosi kesehatan maka perawat komunitas adalah seorang pendidik dan penyuluh kesehatan.

Promosi kesehatan adalah salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang berorientasi pada penyampaian informasi tentang kesehatan guna penanaman pengetahuan tentang kesehatan sehingga tumbuh kesadaran untuk hidup sehat. Penerapan promosi kesehatan di lapangan biasanya melalui pendidikan kesehatan dan penyuluhan kesehatan.
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses memberi dan menerima ilmu pengetahuan tentang kesehatan yang dijalani sejak muda sampai tua.Pendidikan bisa dilalui secara formal maupun non formal.

Perawat sebagai pendidik berarti perawat menyampaikan pendidikan kesehatan melalui 2 kegiatan, yaitu melalui sekolah secara formal dan di masyarakat secara non formal melalui penyuluhan kesehatan. Pendidikan kesehatan bertujuan menanamkan suatu pengetahuan kesehatan melalui sekolah, pengalaman dan masukan-masukan dari luar.Penyuluhan kesehatan merupakan bentuk dari pendidikan kesehatan secara non formal.Penyuluhan adalah penyampaian pesan kepada sasaran, dalam hal ini adalah manusia baik individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat luas.Pesan yang disampaikan berupa informasi kesehatan sesuai prioritas masalah yang dihadapi.

Secara sederhana mamfaat penyuluhan adalah untuk menyampaikan informasi secara cepat dan menjangkau banyak orang, mendorong terjadinya perubahan perilaku.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dapat dibagi 3, yaitu :

1. Jangka panjang, yaitu terwujudnya status kesehatan yang optimal.

2. Jangka menengah, yaitu perilaku sehat.

3. Jangka pendek, yaitu terciptanya pengertian, sikap dan norma-norma sehat.
Kegiatan penyuluhan kesehatan biasa dilakukan dengan cara ceramah, demonstrasi, permainan dan interaktif.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengorganisasian yang ada di komunitas terdiri dari :

1. Peran serta masyarakat.

Dalam paradigma lama, hubungan keluarga, sekolah, dan masyarakat dipandang sebagai institusi yang terpisah-pisah. Pihak keluarga dan masyarakat dipandang tabu untuk ikut campur tangan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Apalagi sampai masuk ke wilayah kewenangan profesional para guru.

2. Pembangunan kesehatan masyarakat desa.

Kegiatan PKMD ini diawali dengan kegiatan pengkajian mengenai kondisi kesehatan masyarakat desa, setelah itu dilakukan analisa masalah dan akhirnya disusun rencana kegiatan. Kegiatan yang dilaksanakan pada PKMD berupa penyuluhan kesehatan, kerja bakti linngkungan sekitar, pembentukan posyandu lansia, serta proyek pembangunan fisik.

3. Pengembangan masyarakat.

Nies dan Mc. Ewan (2001) mendeskripsikan pengembangan kesehatan masyarakat (community health development) sebagai pendekatan dalam pengorganisasian masyarakat yang mengkombinasikan konsep, tujuan, dan proses kesehatan masyarakat dan pembangunan masyarakat.

4. Pendekatan edukatif.

Pendekatan edukatif merupakan suatu bentuk upaya pemberdayaan masyarakat yang melibatkan semua pihak yang berkompeten terhadap peningkatan pembangunan.
Pendekatan edukatif memperlakukan masyarakat sebagai obyek dan juga subyek pembangunan dengan kata lain kegiatan dikembangkan dengan, oleh dan untuk masyarakat.

5. Promosi dan pendidikan kesehatan komunitas

Promosi kesehatan adalah salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang berorientasi pada penyampaian informasi tentang kesehatan guna penanaman pengetahuan tentang kesehatan sehingga tumbuh kesadaran untuk hidup sehat. Penerapan promosi kesehatan di lapangan biasanya melalui pendidikan kesehatan dan penyuluhan kesehatan.

Pendidikan kesehatan adalah suatu proses memberi dan menerima ilmu pengetahuan tentang kesehatan yang dijalani sejak muda sampai tua.Pendidikan bisa dilalui secara formal maupun non formal.

B. Saran

Saya selaku penulis, menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah yang akan dibuat dimasa mendatang.

DAFTAR PUSAKA

· www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar