BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Derajat
kesehatan masyarakat Indonesia ditentukan oleh banyak faktor, tidak hanya ditentukan
oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, namun
juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan faktor
lainnya. Faktor-faktor ini berpengaruh pada kejadian morbiditas, mortalitas dan
status gizi di masyarakat. Angka morbiditas, mortalitas dan status gizi dapat menggambarkan
keadaan dan situasi derajat kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2008).
Berdasarkan
Profil Kesehatan Indonesia 2008 mengenai upaya penduduk dalam pencarian
pengobatan berdasarkan data Susenas tahun 2008 menunjukkan bahwa persentase
penduduk yang memilih untuk mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dialami
selama sebulan yang lalu ternyata lebih besar dibandingkan persentase penduduk
yang berobat jalan (Depkes RI, 2009).
Menurut Depkes RI (2009) sebanyak 65,59% penduduk
yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan penuh memilih untuk mengobati
sendiri. Sedangkan yang memilih untuk berobat jalan hanya sebesar 44,37% dari
seluruh penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan penuh. Dari
seluruh penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan penuh dan
memutuskan untuk berobat jalan sebagian besar berada di Provinsi Bali, yaitu
55,04% yang diikuti oleh Sumatera Barat 50,75% dan DKI Jakarta sebesar 50,71%.
Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Sulawesi Tenggara sebesar
28,03%, Kalimantan Tengah sebesar 28,10%, dan Maluku sebesar 31,97%. Persentase penduduk yang mengobati sendiri
selama bulan penuh di Provinsi Lampung adalah 21,3%.
Tingkat
pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam mengukur
tingkat pembangunan manusia suatu negara. Melalui pengetahuan, pendidikan
berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. BPS (2004-2008) menyebutkan bahwa usia sekolah
yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya, secara
umum APM setingkat SD sebesar 93,98%, SLTP 66,75% dan SLTA 44,22%. Pengetahuan
yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus (predisposing)
yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat
(Depkes RI, 2009).
Hasil Laporan Riskesdas (2007) menunjukkan bahwa penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) berada
pada posisi 19 (0,5%) pada pola penyebab kematian semua umur di Indonesia.
Jumlah tersebut juga didukung dengan adanya data Ditjen Bina Yanmedik (2007) yang
menggambarkan bahwa jumlah penderita yang termasuk dalam kategori 10 kematian
terbanyak sepanjang tahun 2007 disebabkan oleh penyakit infeksi dan parasit
tertentu, dimana diantaranya adalah DBD, dengan jumlah kematian sebanyak 14,323
kasus (2,52%), sedangkan Provinsi Lampung sebanyak 431 kasus (0,28%).
Beberapa faktor penyebab yang diduga mempengaruhi perilaku
masyarkat dalam mencari pelayanan kesehatan adalah pengetahuan penderita DBD yang
kurang, sikap dan dorongan (motivasi) dari keluarga terhadap pelaksanaan
tersebut serta tenaga kesehatan dan sarana prasarana yang mendukung yang kurang
dilakukan baik secara langsung (penyuluhan) maupun tidak langsung (memasang poster
dan membagikan leaflet) (Azwar, 1996).
Berhasil atau tidaknya pencarian
pelayanan kesehatan seperti Balai Pengobatan, Puskesmas, dan rumah sakit,
sangat tergantung pada petugas, yaitu bidan perawat dan dokter. Sebagaimana diketahui bahwa pengetahuan, dan
motivasi (dukungan keluarga) yang dimiliki seseorang mampu mempengaruhi
perilaku seseorang dalam bertindak sebagai Notoatmodjo (2005) menguraikan bahwa
perilaku lebih banyak mengalami perubahan terhadap seseorang yang memiliki
pandangan terhadap suatu permasalahan yang dimiliknya hingga ia mampu
menyelesaikannya.
Green (2005) menjelaskan bahwa perilaku adalah
hasil atau resultan antara stimulus (faktor external)
dengan respon (faktor internal) dalam
subjek atau orang yang berperilaku tersebut.
Faktor perilaku sendiri ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu faktor
predisposisi; dengan tingginya pengetahuan
seseorang, maka orang itu akan dengan cepat mengubah perilakunya dari kebiasaan
yang buruk ke kebiasaan yang baik,
faktor pemungkin; yaitu dengan tercukupi sarana dan prasarana, maka
orang tersebut akan mengambil tindakan (keputusan) untuk melakukan sesuatu; sedangkan faktor
terakhir yaitu faktor penguat dengan adanya peraturan-peraturan dan
undang-undang yang ada, maka seseorang semakin mantap dalam memutuskan sesuatu.
Sepanjang
tahun 2003-2008 Provinsi Lampung terus berada pada posisi 10 besar Provinsi
terbanyak dengan jumlah penderita DBD, yaitu 12.346 penderita, dimana lebih
dari separuhnya (50%) merupakan pasien yang mendapatkan pertolongan dengan
sebelumnya mencari pelayanan kesehatan baik di Puskesmas maupun rumah sakit
(Depkes RI, 2009).
Meskipun
Kabupaten ZZZ baru didirikan, dan belum memiliki angka pasti mengenai kejadian
DBD, namun setidaknya dapat terlihat pada Profil Kesehatan Provinsi Lampung 2007
dimana kasus kejadian DBD di Kabupaten ZZZ pada tahun 2007 berada pada posisi
ke-5 dari Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Lampung dengan persentase mencapai
41,72% (Dinkes Provinsi Lampung, 2008).
Puskesmas ZZZ
yang terletak di Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat
merupakan salah satu Puskesmas yang melayani dan menyediakan sarana serta
prasarana termasuk penderita DBD, namun diketahui bahwa jumlah kunjungan
penderita DBD dalam mencari pelayanan pada tahun 2007 baru mencapai 56% dari
target 100%, sedangkan pada tahun 2008 hanya mencapai 71% dari target 100%, dan
baru pada tahun 2009 terlihat adanya peningkatan jumlah cakupan yakni sebesar 100%
dari target yang sama yaitu 100% atau sebanyak 12 penderita (Profil Puskesmas ZZZ,
2010).
Hasil pre
survey yang peneliti lakukan di Wilayah Kerja Puskemas ZZZ, diketahui bahwa 3
dari 5 penderita (60%) DBD/DHF masih kesulitan dalam mencari pelayanan
kesehatan, 1 penderita (20%) diantaranya mengetahui dari petugas kesehatan
sedangkan 1 penderita lainnya (20%) mengetahui tentang pentingnya mencari
pelayanan kesehatan dari keluarga dan lingkungan tempat tinggal.
Berdasarkan
data dan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui “Faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku pencarian pelayanan kesehatan pada pasien DBD di Puskesmas
ZZZ tahun 2010”.
1.2 Identifikasi
dan Perumusan Masalah
1.2.1
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, penulis mendeskripsikan data yang merupakan identifikasi
masalah, yaitu:
1.2.1.1
Diketahui bahwa jumlah kunjungan penderita DBD
dalam mencari pelayanan pada tahun 2007 baru mencapai 56% dari target 100%,
sedangkan pada tahun 2008 hanya mencapai 71% dari target 100%, dan baru pada
tahun 2009 terlihat adanya peningkatan jumlah cakupan yakni sebesar 100% dari
target yang sama yaitu 100% atau sebanyak 12 penderita
1.2.1.2
Diketahui pula bahwa 3 dari 5 penderita (60%)
DBD/DHF masih kesulitan dalam mencari pelayanan kesehatan, 1 penderita (20%)
diantaranya mengetahui dari petugas kesehatan sedangkan 1 penderita lainnya
(20%) mengetahui tentang pentingnya mencari pelayanan kesehatan dari keluarga
dan lingkungan tempat tinggal.
1.2.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat
dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu belum diketahuinya apakah pengetahuan, sikap, dan
motivasi (dukungan keluarga) serta peran petugas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pencarian
pelayanan kesehatan pada pasien DBD di Puskesmas ZZZ tahun 2010?
1.3 Tujuan
dan Manfaat Penelitian
1.3.1
Tujuan Penelitian
1.3.1.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku pencarian pelayanan kesehatan pada pasien DBD di Puskesmas
ZZZ tahun 2010.
1.3.1.2 Tujuan
Khusus
1. Untuk
mengetahui distribusi frekuensi tempat pencarian pelayanan kesehatan di Puskesmas
ZZZ tahun 2010.
2. Untuk
mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku pencarian pelayanan kesehatan di
Puskesmas ZZZ tahun 2010.
3. Untuk
mengetahui hubungan sikap dengan perilaku pencarian pelayanan kesehatan di Puskesmas
ZZZ tahun 2010.
4. Untuk
mengetahui hubungan motivasi (dorongan keluarga) dengan perilaku pencarian
pelayanan kesehatan di Puskesmas ZZZ tahun 2010.
1.3.2
Manfaat Penelitian
1.3.2.1 Bagi
Institusi Pendidikan STIKES ZZZ
Sebagai dokumen dan bahan perbandingan untuk
penelitian selanjutnya.
1.3.2.2 Bagi
Petugas Puskesmas ZZZ
Dapat dijadikan masukan dalam upaya peningkatan
pelayanan kesehatan khususnya dalam penanganan dan pencegahan jumlah penderita
DBD.
1.3.2.3 Bagi
Penulis
Sebagai penerapan mata kuliah metode penelitian dan
menambah pengetahuan serta pengalaman dalam penelitian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar