Minggu, 14 Oktober 2012

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan Pada Pasien DBD

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Derajat kesehatan masyarakat Indonesia ditentukan oleh banyak faktor, tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya. Faktor-faktor ini berpengaruh pada kejadian morbiditas, mortalitas dan status gizi di masyarakat. Angka morbiditas, mortalitas dan status gizi dapat menggambarkan keadaan dan situasi derajat kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2008).


Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2008 mengenai upaya penduduk dalam pencarian pengobatan berdasarkan data Susenas tahun 2008 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang memilih untuk mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dialami selama sebulan yang lalu ternyata lebih besar dibandingkan persentase penduduk yang berobat jalan (Depkes RI, 2009).

Menurut Depkes RI (2009) sebanyak 65,59% penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan penuh memilih untuk mengobati sendiri. Sedangkan yang memilih untuk berobat jalan hanya sebesar 44,37% dari seluruh penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan penuh. Dari seluruh penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan penuh dan memutuskan untuk berobat jalan sebagian besar berada di Provinsi Bali, yaitu 55,04% yang diikuti oleh Sumatera Barat 50,75% dan DKI Jakarta sebesar 50,71%. Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Sulawesi Tenggara sebesar 28,03%, Kalimantan Tengah sebesar 28,10%, dan Maluku sebesar 31,97%.  Persentase penduduk yang mengobati sendiri selama bulan penuh di Provinsi Lampung adalah 21,3%.

Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Melalui pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan.  BPS (2004-2008) menyebutkan bahwa usia sekolah yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya, secara umum APM setingkat SD sebesar 93,98%, SLTP 66,75% dan SLTA 44,22%. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus (predisposing) yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat (Depkes RI, 2009).

Hasil Laporan Riskesdas (2007) menunjukkan bahwa penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) berada pada posisi 19 (0,5%) pada pola penyebab kematian semua umur di Indonesia. Jumlah tersebut juga didukung dengan adanya data Ditjen Bina Yanmedik (2007) yang menggambarkan bahwa jumlah penderita yang termasuk dalam kategori 10 kematian terbanyak sepanjang tahun 2007 disebabkan oleh penyakit infeksi dan parasit tertentu, dimana diantaranya adalah DBD, dengan jumlah kematian sebanyak 14,323 kasus (2,52%), sedangkan Provinsi Lampung sebanyak 431 kasus (0,28%).
Beberapa faktor penyebab yang diduga mempengaruhi perilaku masyarkat dalam mencari pelayanan kesehatan adalah pengetahuan penderita DBD yang kurang, sikap dan dorongan (motivasi) dari keluarga terhadap pelaksanaan tersebut serta tenaga kesehatan dan sarana prasarana yang mendukung yang kurang dilakukan baik secara langsung (penyuluhan) maupun tidak langsung (memasang poster dan membagikan leaflet) (Azwar, 1996).

Berhasil atau tidaknya pencarian pelayanan kesehatan seperti Balai Pengobatan, Puskesmas, dan rumah sakit, sangat tergantung pada petugas, yaitu bidan perawat dan dokter.  Sebagaimana diketahui bahwa pengetahuan, dan motivasi (dukungan keluarga) yang dimiliki seseorang mampu mempengaruhi perilaku seseorang dalam bertindak sebagai Notoatmodjo (2005) menguraikan bahwa perilaku lebih banyak mengalami perubahan terhadap seseorang yang memiliki pandangan terhadap suatu permasalahan yang dimiliknya hingga ia mampu menyelesaikannya.

Green (2005) menjelaskan bahwa perilaku adalah hasil atau resultan antara stimulus (faktor external) dengan respon (faktor internal) dalam subjek atau orang yang berperilaku tersebut.  Faktor perilaku sendiri ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu faktor predisposisi; dengan tingginya pengetahuan seseorang, maka orang itu akan dengan cepat mengubah perilakunya dari kebiasaan yang buruk ke kebiasaan yang baik, faktor pemungkin; yaitu dengan tercukupi sarana dan prasarana, maka orang tersebut akan mengambil tindakan (keputusan) untuk melakukan sesuatu; sedangkan faktor terakhir yaitu faktor penguat dengan adanya peraturan-peraturan dan undang-undang yang ada, maka seseorang semakin mantap dalam memutuskan sesuatu.

Sepanjang tahun 2003-2008 Provinsi Lampung terus berada pada posisi 10 besar Provinsi terbanyak dengan jumlah penderita DBD, yaitu 12.346 penderita, dimana lebih dari separuhnya (50%) merupakan pasien yang mendapatkan pertolongan dengan sebelumnya mencari pelayanan kesehatan baik di Puskesmas maupun rumah sakit (Depkes RI, 2009).

Meskipun Kabupaten ZZZ baru didirikan, dan belum memiliki angka pasti mengenai kejadian DBD, namun setidaknya dapat terlihat pada Profil Kesehatan Provinsi Lampung 2007 dimana kasus kejadian DBD di Kabupaten ZZZ pada tahun 2007 berada pada posisi ke-5 dari Kabupaten/Kota lainnya di Provinsi Lampung dengan persentase mencapai 41,72% (Dinkes Provinsi Lampung, 2008).

Puskesmas ZZZ yang terletak di Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat merupakan salah satu Puskesmas yang melayani dan menyediakan sarana serta prasarana termasuk penderita DBD, namun diketahui bahwa jumlah kunjungan penderita DBD dalam mencari pelayanan pada tahun 2007 baru mencapai 56% dari target 100%, sedangkan pada tahun 2008 hanya mencapai 71% dari target 100%, dan baru pada tahun 2009 terlihat adanya peningkatan jumlah cakupan yakni sebesar 100% dari target yang sama yaitu 100% atau sebanyak 12 penderita (Profil Puskesmas ZZZ, 2010).

Hasil pre survey yang peneliti lakukan di Wilayah Kerja Puskemas ZZZ, diketahui bahwa 3 dari 5 penderita (60%) DBD/DHF masih kesulitan dalam mencari pelayanan kesehatan, 1 penderita (20%) diantaranya mengetahui dari petugas kesehatan sedangkan 1 penderita lainnya (20%) mengetahui tentang pentingnya mencari pelayanan kesehatan dari keluarga dan lingkungan tempat tinggal.

Berdasarkan data dan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui “Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pencarian pelayanan kesehatan pada pasien DBD di Puskesmas ZZZ tahun 2010”.

1.2  Identifikasi dan Perumusan Masalah

1.2.1        Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mendeskripsikan data yang merupakan identifikasi masalah, yaitu:
1.2.1.1  Diketahui bahwa jumlah kunjungan penderita DBD dalam mencari pelayanan pada tahun 2007 baru mencapai 56% dari target 100%, sedangkan pada tahun 2008 hanya mencapai 71% dari target 100%, dan baru pada tahun 2009 terlihat adanya peningkatan jumlah cakupan yakni sebesar 100% dari target yang sama yaitu 100% atau sebanyak 12 penderita
1.2.1.2  Diketahui pula bahwa 3 dari 5 penderita (60%) DBD/DHF masih kesulitan dalam mencari pelayanan kesehatan, 1 penderita (20%) diantaranya mengetahui dari petugas kesehatan sedangkan 1 penderita lainnya (20%) mengetahui tentang pentingnya mencari pelayanan kesehatan dari keluarga dan lingkungan tempat tinggal.

1.2.2        Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu belum diketahuinya apakah pengetahuan, sikap, dan motivasi (dukungan keluarga) serta peran petugas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pencarian pelayanan kesehatan pada pasien DBD di Puskesmas ZZZ tahun 2010?

1.3  Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1        Tujuan Penelitian
1.3.1.1  Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pencarian pelayanan kesehatan pada pasien DBD di Puskesmas ZZZ tahun 2010.

1.3.1.2  Tujuan Khusus
1.      Untuk mengetahui distribusi frekuensi tempat pencarian pelayanan kesehatan di Puskesmas ZZZ tahun 2010.
2.      Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku pencarian pelayanan kesehatan di Puskesmas ZZZ tahun 2010.
3.      Untuk mengetahui hubungan sikap dengan perilaku pencarian pelayanan kesehatan di Puskesmas ZZZ tahun 2010.
4.      Untuk mengetahui hubungan motivasi (dorongan keluarga) dengan perilaku pencarian pelayanan kesehatan di Puskesmas ZZZ tahun 2010.

1.3.2        Manfaat Penelitian

1.3.2.1  Bagi Institusi Pendidikan STIKES ZZZ
Sebagai dokumen dan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
1.3.2.2  Bagi Petugas Puskesmas ZZZ
Dapat dijadikan masukan dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan khususnya dalam penanganan dan pencegahan jumlah penderita DBD.
1.3.2.3  Bagi Penulis
Sebagai penerapan mata kuliah metode penelitian dan menambah pengetahuan serta pengalaman dalam penelitian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar