BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Perkembangan ilmu kesehatan masyarakat telah mengantarkan pada paradigma
baru, sehingga kini paradigma sehat menjadi orientasi baru pembangunan
kesehatan Indonesia yang dirumuskan dalam satu visi “Indonesia Sehat 2010”. Hal
yang mendasar pada paradigma sehat yaitu terjadinya pergeseran dari pelayanan
medis menjadi pemeliharaan kesehatan, sehingga upaya penanggulangan masalah
kesehatan lebih menonjol aspek peningkatan kesehatan dan pencegahan
dibandingkan pengobatan. Keberhasilan pembangunan dibidang kesehatan telah menyebabkan
meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH), sehingga meningkatnya populasi penduduk lanjut
usia. UHH bagi perempuan tahun 1990 mencapai 64 tahun dan pada laki-laki
mencapai usia 61 tahun, kemudian meningkat pada tahun 1995 yaitu usia perempuan
mencapai 66,7 tahun, dan untuk laki-laki 62.9 tahun (Depkes RI, 2003 dalam
http://www.depkes.go.id).
Jumlah penduduk lanjut usia pada tahun 2000 mencapai 15,3 juta (7,4%),
pada tahun 2005-2010 diperkirakan akan sama dengan jumlah anak balita yaitu 19
juta jiwa (8,5%) dari seluruh jumlah penduduk (Depkes RI, 2000 dalam
http:www.depkes.go.id). Saat ini
diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta orang dengan
usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2
milyar, di negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia +1000
orang perhari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia diatas
50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti
menjadi “ledakan penduduk lanjut usia” (lansia). Jumlah Lansia di Indonesia pada
tahun 2005 berjumlah 17.767.709 (7,47%). Pada tahun 2010 diperkirakan akan
mencapai 19.936.895 jiwa atau sekitar (8,48%). Jumlah lansia di Provinsi
Lampung pada tahun 2006 sebanyak 517.420 orang (6,99%) dari 7.401.100 orang
(Profil Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2006).
Masalah seksual yang dihadapi
oleh lansia antara lain adalah kurang minatnya lansia untuk melakukan hubungan
seksual, adanya kecacatan sosial yang mengarah pada aktivitas seksual. Hal ini
dapat diatasi dengan memberikan waktu pada lansia untuk diskusi atau
konsultasi, memberi kesempatan lansia untuk mengekspresikan perasaanya terhadap
keinginan seksual dan memberikan dorongan untuk menumbuhkan rasa persahabatan
(Nugroho, 2000).
Dampak dari kurang
terpenuhinya kebutuhan seksual dimungkinkan adalah adanya komunikasi
interpersonal yang tidak adekuat. Komunikasi interpersonal yang tidak adekuat
dapat mengakibatkan masalah umum pada lansia seperti mudah marah, depresi,
mudah tersinggung dan curiga (Nugroho, 2000).
Pada lansia akan mengalami perubahan
baik fisik maupun psikologis, salah satu perubahan tersebut adalah perubahan
pada seksualitas, yang ditandai dengan menciutnya ovarium dan uterus, atrofi
payudara, pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
adanya penurunan secara berangsur-angsur.
Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi kesehatan
baik), yaitu kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia, hubungan
seksual secara teratur membantu mempertahankan kemampuan seksual, tidak perlu
cemas karena merupakan perubahan alami. Selaput lendir vagina menurun,
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya menjadi
alkali, dan terjadi perubahan-perubahan warna
(Darmojo, 1999).
Berdasarkan presurvey peneliti
pada 10 orang lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sri Bhawono Kabupaten Lampung
Timur, didapatkan data sebagai berikut: sebanyak 5 orang (50%) mengatakan
merasa kesepian walaupun mereka masih hidup berpasangan, mereka mengatakan
sering tidur tidak dalam satu ranjang dengan pasangannya. Sebanyak 3 orang
(30%) mengatakan tidak terpenuhi kebutuhan seksualnya, mereka mengatakan
walaupun tidur dalam satu tempat tidur, tetapi mereka jarang lagi melakukan
hubungan seksual, sebanyak 2 orang (20%) mengatakan bahwa mereka masih harmonis
dengan pasangannya.
Dari latar belakang masalah
diatas peneliti tertarik untuk meneliti gambaran pemenuhan kebutuhan seksual
bagi pasangan lanjut usia di Wilayah Kerja Puskesmas ZZZ. Pemilihan tempat
penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas ZZZ, dikarenakan masih banyaknya jumlah
lansia, yang memungkinkan tercukupinya jumlah responden saat dilakukan
penelitian serta tempatnya mudah dijangkau oleh peneliti.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1.
Jumlah
penduduk lansia diperkirakan akan mengalami peningkatan setiap tahunnya.
2.
Jumlah
lansia di Indonesia pada tahun 2005 berjumlah 17.767.709 (7,47%).
3.
Jumlah
lansia di Provinsi Lampung pada tahun 2006 sebanyak 517.420 orang (6,99%) dari
7.401.100 orang.
4.
Pada
lansia akan mengalami perubahan baik fisik maupun psikologis, termasuk
perubahan pada seksualitas.
5.
Sebanyak
8 orang lansia (80%) mengatakan kebutuhan seksualnya belum terpenuhi.
C.
Masalah dan Permasalahan
1. Masalah
Masalah dalam penelitian ini yaitu masih banyaknya pasangan lanjut usia
yang tidak terpenuhi kebutuhan seksualnya di Wilayah Kerja Puskesmas ZZZ.
2. Permasalahan
Dari masalah diatas, maka permasalahan yang ada adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana
proporsi pemenuhan kebutuhan seksual bagi pasangan lanjut usia di Wilayah Kerja
Puskesmas ZZZ?
b. Bagaimana tujuan pemenuhan kebutuhan
seksual bagi pasangan lanjut usia di Wilayah Kerja Puskesmas ZZZ?
c. Kapan waktu yang digunakan untuk pemenuhan
kebutuhan seksual bagi pasangan lanjut usia di Wilayah Kerja Puskesmas ZZZ.
d. Bagaimana cara untuk pemenuhan kebutuhan
seksual bagi pasangan lanjut usia di Wilayah Kerja Puskesmas ZZZ?
D.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan
Umum
Ingin mengetahui gambaran pemenuhan kebutuhan seksual bagi pasangan lanjut
usia di Wilayah Kerja Puskesmas ZZZ.
2. Tujuan
Khusus
a)
Untuk mengetahui proporsi pemenuhan kebutuhan seksual bagi pasangan lanjut
usia di Wilayah Kerja Puskesmas ZZZ.
b)
Untuk mengetahui tujuan pemenuhan kebutuhan seksual
bagi pasangan lanjut usia di Wilayah Kerja Puskesmas ZZZ.
c)
Untuk mengetahui waktu yang digunakan untuk pemenuhan
kebutuhan seksual bagi pasangan lanjut usia di Wilayah Kerja Puskesmas ZZZ.
d)
Untuk mengetahui cara yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan seksual bagi pasangan lanjut
usia di Wilayah Kerja Puskesmas ZZZ.
E.
Manfaat Penelitian
1.
Bagi Usia Lanjut
Dapat memberikan gambaran tentang pemenuhan
kebutuhan seksual sehingga diharapkan dapat memberi motivasi kepada pasangannya
untuk lebih menambah keharmonisan dalam keluarga dan membina komunikasi
interpersonal yang adekuat.
2. Bagi Wilayah Kerja Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
untuk peningkatan pelayanan kesehatan khususnya tentang KIE kepada masyarakat,
tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan lanjut usia salah satunya adalah
pemenuhan kebutuhan seksual.
3. Bagi
Masyarakat
Menambah wawasan bagi masyarakat terutama keluarga yang mempunyai anggota
keluarga agar memperhatikan kebutuhan lansia, dimana kebutuhan seksualnya juga
harus terpenuhi.
4. Bagi
Peneliti Lain
Sebagai data dasar untuk melanjutkan penelitian lebih lanjut.
F.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian
deskriptif, yaitu ingin mengetahui gambaran pemenuhan kebutuhan seksual bagi pasangan lanjut usia, variabel yang
diteliti adalah pemenuhan kebutuhan seksual pada lansia. Penelitian ini
akan dilaksanakan di Wilayah Kerja
Puskesmas ZZZ.