Sabtu, 08 Januari 2011

Kep. ANAK (STENOSIS AORTA)

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Medis

2.1.1 Pengertian

Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta (Stewart WJ and Carabello BA, 2002: 509-516).

Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta (aortic valve). Sejumlah dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang berakibat pada penyempitan dari klep aorta. Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghalangi aliran darah dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan persoalan-persoalan jantung berkembang. (Otto,CM,Aortic, 2004;25:185-187).

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi


Mekanisme dasar kerja jantung :

a. Jantung adalah pompa yang berotot dengan empat ruang dan empat klep.

b. Ruang-ruang bagian atas, serambi (atrium) kanan dan serambi kiri (atria - bentuk jamak untuk atrium), adalah ruang-ruang pengisi yang berdinding tipis.

c. Darah mengalir dari atrium (serambi-serambi) kanan dan kiri melalui klep-klep tricuspid dan mitral kedalam ruang-ruang yang lebih rendah yaitu ventricles (bilik-bilik) kanan dan kiri.

d. Ventricles kanan dan kiri mempunyai dinding-dinding berotot yang tebal untuk memompa darah melaui klep-klep pulmonic dan aortic kedalam peredaran (sirkulasi).

e. Klep-klep jantung adalah kelopak-kelopak yang tipis dari jaringan yang membuka dan menutup pada saat yang tepat selama setiap siklus denyut jantung.

f. Fungsi utama dari klep-klep jantung ini adalah untuk mencegah darah mengalir balik kembali.

g. Darah bersirkulasi melalui arteri-arteri untuk menyediakan oksigen dan nutrisi-nutrisi lain ke tubuh, dan kemudian kembali dengan pembuangan karbondioksida melalui vena-vena ke atrium (serambi) kanan; ketika ventricles mengendur (relax), darah dari atrium kanan lewat melalui klep tricuspid kedalam ventricle (bilik) kanan.

h. Ketika ventricles berkontraksi, darah dari bilik (ventricle) kanan dipompa melalui klep pulmonic kedalam paru-paru untuk mengisi kembali oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.

i. Darah yang mengandung oksigen kemudian kembali ke atrium kiri dan lewat melalui klep mitral kedalam ventricle (bilik) kiri.

j. Darah dipompa oleh ventricle kiri melaui klep aortic kedalam aorta dan arteri-arteri tubuh.

2.1.3 Etiologi

a. Demam Rematik

b. Pembentukan Jaringan Parut

c. Penimbunan Kalsium

d. Kelainan Bawaan

2.1.4 Manifestasi klinis

a. Dinding ventrikel kiri menebal karena ventrikel berusaha memompa sejumlah darah melalui katup aorta yang sempit.

b. Otot jantung yang membesar membutuhkan lebih banyak darah dari arteri koroner. Persediaan darah yang tidak mencukupi akhirnya akan menyebabkan terjadinya nyeri dada (angina) pada waktu penderita melakukan aktivitas.

c. Berkurangnya aliran darah juga dapat merusak otot jantung, sehingga curah jantung tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh.

d. Gagal jantung yang terjadi menyebabkan kelemahan dan sesak nafas ketika melakukan aktivitas.

e. Penderita stenosis katup aorta yang berat bisa mengalami pingsan ketika melakukan aktivitas, karena katup yang sempit menghalangi ventrikel untuk memompa cukup darah ke arteri di otot, yang telah melebar untuk menerima darah yang kaya akan oksigen.


2.1.6 Klasifikasi

a. stenosis aorta bawaan : sering terdapat penebalan katup dan ada pertumbuhan pada komisur. Hal ini terdapat pada 90% stenosis aorta. Bentuk ini disebut stenosis aorta valvular.

b. Stenosis aorta subvalvular : penyempitan pada jalan aliran keluar ventrikel kiri, penyempitan dibawah katup beberapa millimeter dari membran.

c. Stenosis aorta supravalvular : dapat disamakan dengan koarktasio aorta asepens, letaknya diatas katup aorta.

d. Bentuk muskular : merupakan bentuk yang jarang sekali tedapat pada umur anak.

2.1.7 Komplikasi

a. Gagal jantung

b. Hipertensi sisitemik

c. Nyeri dada (angina pectoris)

d. Sesak nafas

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik

Electrocardiogram (EKG): EKG adalah suatu perekaman dari aktivitas elektrik jantung. Pola-pola abnormal pada EKG dapat mencerminkan suatu otot jantung yang menebal dan menyarankan diagnosis dari aortic stenosis. Pada kejadian-kejadian yang jarang, kelainan konduksi elektrik dapat juga terlihat.

Chest x-ray: chest x-ray (x-ray dada) biasanya menunjukan suatu bayangan jantung yang normal. Aorta diatas klep aortic seringkali membesar. Jika gagal jantung hadir, cairan di jaringan paru dan pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar di daerah-daerah paru bagian atas seringkali terlihat.

Echocardiography: Echocardiography menggunakan gelombang-gelombang ultrasound untuk memperoleh gambar-gambar (images) dari ruang-ruang jantung, klep-klep, dan struktur-struktur yang mengelilinginya. Ii adalah suatu alat non-invasive yang berguna, yang membntu dokter-dokter mendiagnosa penyakit klep aortic. Suatu echocardiogram dapat menunjukan suatu klep aortic yang menebal dan kalsifikasi yang membuka dengan buruk. Ia dapat juga menunjukan ukuran dan kefungsian dari ruang-ruang jantung. Suatu teknik yang disebut Doppler dapat digunakan untuk menentukan perbedaan tekanan pada setiap sisi dari klep aortic dan untuk menaksir area klep aortic.

Cardiac catheterization: Cardiac catheterization adalah standar emas dalam mengevaluasi aortic stenosis. Tabung-tabung plastik berongga yang kecil (catheters) dimasukan dibawah tuntunan x-ray ke klep aortic dan kedalam ventricle kiri. Bersama tekanan-tekanan diukur pada kedua sisi dari klep aortic. Kecepatan dari aliran darah diseluruh klep aortic dapat juga diukur menggunakan suatu kateter khusus.

2.1.9 Penatalaksanaan Medis

Tidak ada pengobatan medikamentosa untuk Stenosis Aorta asimtomatik, tetapi begitu timbul gejala seperti sinkop, angina atau gagal jantung segera harus dilakukan operasi katup, tergantung pada kemampuan dokter bedah jantung. Dapat dilakukan reparasi(repair) atau replace(mengganti katup dengan katup artificial). Penderita asimtomatik perlu dirujuk untuk pemeriksaan Doppler-Ekokardiografi. Trans-valvular velocity lebih dari 4m/detik dianjurkan untuk menjalani operasi. Selama katup aorta masih dalam tingkatan perkembangan, sulit memberikan nasihat operasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Komisurotomi sederhana biasanya kurang menolong. Penyempitan katup bawaan begitu keras, sehingga dengan melebarkan saja tidak dapat diharapkan hasil yang memuaskan. Penggantian katup harus dipertimbangkan. Disinilah letak kesukarannya untuk penggantian katup dengan profesa masih sangat mengerikan. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa indikasi operasi pada anak dan remaja jika terdapat perbedaan tekanan lebih dari 70 mmHg pada katup yang menyempit. Dari pihak lain tantangan terhadp anggapan tersebut bahwa stenosis aorta membahayakan kehidupan. Pembatasan aktifitas serta larangan berolahraga terpaksa diharuskan, tetapi kemudian akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan dalam proses perkembangan rohani dan jasmani. Pada saat ini masih masih tidak diketahui dengan pasti nasib katup buatan tersebut. Lebih mudah menentukan sikap pada kelainan stenosis subvalvular dari pada membran murni, yaitu dengan membelah membran diperoleh hasil optimal. Lebih sukar lagi dari pada stenosis supavalvular yang mortalitas tinggi.

Sekarang terdapat teknik baru, yakni melebarkan daerah yang menyempit dengan kateter yang dilengkapi dengan balon. Cara ini dilaporkan cukup efektif, meskipun kemungkinan terjadinya penyempitan kembali sering.

2.2 Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

a. Aktivitas / Istirahat :
Gejala : kelelahan, kelemahan.

Tanda : takikardia, penurunan tekanan darah, dispnea dengan aktivitas.

b. Sirkulasi :
Gejala : riwayat demam rematik, penyakit jantung congenital, bedah jantung, palpitasi, jatuh pingsan.

Tanda : takikardia, disritmia, perpindaha titik impuls maksimal.

c. Eliminasi :

Gejala : riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal ; penurunan frekuensi/jumlah urine.

Tanda : urin pekat gelap.

d. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : nyeri pada dada anterior (sedang sampai berat/tajam) diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakkan menelan, berbaring.

Tanda : perilaku distraksi, misalnya gelisah.

e. Pernapasan

Gejala : napas pendek

Tanda : dispnea, batuk, pernapasan dangkal.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan penyempitan, iskemia jaringan.

2. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung, penurunan/kontriksi fungsi ventrikel.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.


2.2.3 Intervensi Keperawatan

No

Diagnosa

Tujuan dan

Kriteria Hasil

Intervensi

Rasional

1

Nyeri jd Nyeri b/d penyempitan, iskemia jaringan

5

Tujuan :

Nyeri hilang atau

terkontrol.

Kriteria Hasil:

a. Nyeri berkurang atau hilang.

b. Klien tampak tenang.

Mandiri :

1. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan faktor pemberat atau penurun. Perhatikan petunjuk nonverbal dari ketidaknyamanan, misalnya ; berbaring dengan diam/gelisah, tegangan otot, menangis.

2. Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung, dukungan emosional.

3. Berikan aktivitas hiburan yang tepat.

4. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (agen nonsteroid : aspirin, indocin ; antipiretik ; steroid).

5. Kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.

1. Pada nyeri ini memburuk pada inspirasi dalam, gerakkan atau berbaring dan hilang dengan duduk tegak/membungkuk.

2. Tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.

3. Mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu.

4. Dapat menghilangkan nyeri, menurunkan demam ; steroid diberikan untuk gejala yang lebih berat.

5. Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung.

2

Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung. b/d degenerasi otot jantung, penurunan/kontriksi fungsi ventrikel.

Tujuan :

mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.

Kriteria Hasil :

a. melaporkan/menunjukkan penurunan periode dispnea, angina, dan disritmia.

b. memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.

Mandiri :

1. Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan.

2. Pertahankan tirah baring dalam posisi semi-Fowler.

3. Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan jarak/muffled tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4.

4. Berikan tindakan kenyamanan misalnya; perubahan posisi, gosokkan punggung, dalam toleransi jantung.

1. Membantu menentukan derajat dekompensasi jantung ,pulmonal. Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas.

2. Menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung.

3. Memberikan deteksi dini dari terjadinya komplikasi misalnya : GJK, tamponade jantung.

4. Meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian.

3

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.

Tujuan:

Agar pasien tidak menunjukan stress pernapasan atau stress jantung

Kriteria Hasil :

a. Anak dapat istirahat dengan tenang.

Mandiri :

1. Pertahankan lingkungan termal yang netral.

2. Berikan periode istirahat dan hindari hal-hal yang melelahkan anak.

3. Tempatkan bayi baru lahir dalam inkubator atau dibawah penghangat

1. Hipotermia atau hipertermia akan meningkatkan kebutuhan oksigen.

2. Untuk mengurangi atau memperkecil kerja jantung.

3. Menjaga agar bayi tetap hangat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar