Definisi
Batu Ginjal di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi.
Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis(litiasis\renalis,nefrolitiasis). ("http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_ginjal).
Renal calculi adalah pengkristalan dari mineral- mineral yang mengelilingi suatu zat organic seperti nanah, darah, atau sel-sel yang sudah mati.Kebanyakan dari renal calculi terdiri dari garam-garam calcium (oxalate dan posphat), atau magnesium-ammonium phospat dan uric acid. (diktat Sr.Mary Baradero,Renal Sistem)
Urolitiasis merupakan batu/kalkuli di traktus urinarius yang terbentuk ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium posphat, dan asam urat yang meningkat. ( Brunner and Suddarth,2001:1460 )
Bladder Stone adalah masa keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kemih dan bias menyebabkan nyeri yang sangat, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi. ("http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_ginjal)
2.2 Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolic , infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap/idiopatik.
Secara epidemiologis terdapat beberapa factor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor- factor tersebut antara lain :
A. Faktor Intrinsik :
a) Herediter (keturunan)
b) Umur :sering dijumpai pada usia 30-50 tahun.
c) Jenis Kelamin :lebih sering pada laki-laki dibandingkan perempuan.
B. Faktor Ekstrinsik :
a) Geografis : pada beberapa daerah menunjukan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu),sedangkan daerah batu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
b) Iklim dan temperature
c) Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
d) Diet : Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih.
e) Pekerjaan : Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life.( Basuki b.purnomo,2007:57 )
Sumber lain juga mengatakan bahwa terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu yang normal. Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat, sistin dan mineral struvit.Batu struvit(campuran dari magnesium, amonium dan fosfat)juga disebut "batu infeksi" karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi.Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batu yang besar disebut "kalkulus staghorn". Batu ini bisa mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis. (http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_ginjal")
Penyebab dari renal calculi adalah idiopatik akan tetapi ada factor-faktor predisposisi dan yang utama adalah UTI (Urinary Tract Infection).Infeksi ini akan meningkatkan timbulnya zat-zat organic . Zat-zat ini dikelilingi oleh mineral-mineral yang mengendap. Pengendapan mineral-mineral ini akan meningkatkan alkalinitas urine dan mengakibatkan pengendapan calsium posphat dan magnesium-amonium posphat. Stasis urine juga dapat menimbulkan pengendapan zat-zat organic dan mineral-mineral. Faktor-faktor lain yang dikaitkan dengan pembentukan batu adalah sebagai berikut :
A. Pemakan Antasid dalam jangka panjang
B. Terlalu banyak vitamin D,dan calsium carbonate
(Diktat Sr.Mary Baradero,Renal System)
Teori Proses Pembentukan Batu Saluran Kemih
A. Secara teoritis batu dapat terbentuk diseluruh saluran kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu pada system kalises ginjal atau buli-buli.
B. Batu terdiri atas Kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organic maupun anorganik yang terdapat dalam urine.Kristal-kristal ini tetap dalam keadaan metastable/tetap telarut dalam urine jika tidak ada keadaan –keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi Kristal.
C. Kristal-krital yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu/nukleasi yang kemudian akan mengadakan agregasi , dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi Kristal yang agak besar,tapi agregat Kristal ini masih rapuh dan belum cukup mampu membuat buntu/sumbatan saluran kemih.
D. Agregat Kristal menempel pada epitel saluran kemih /membentuk retensi Kristal,dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih.
E. Kondisi metastable dipngaruhi oleh suhu, PH larutan, adanya koloid didalam urine, konsentrasi solute dalam urine, laju aliran urine, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu.
F. Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu calsium, meskipun patogenesis pembentukan batu hampir sama,tetapi suasana di dalam saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak sama.misal batu asam urat mudah terbentuk dalam suasana asam,sedangkan batu magnesium ammonium fosfat terbentuk karena urine bersifat basa.
( Basuki B.Purnomo,2007:58)
Penghambat Pembentukan Batu Saluran Kemih
Terbentuk atau tidaknya batu di saluran kemih ditentukan juga oleh adanya keseimbangan antara zat-zat pembentuk batu dan inhibitor, yaitu zat-zat yang dapat mencegah timbulnya batu, antara lain :
A. Ion Magnesium ( Mg ) dikenal dapat menghambat pembentukan batu karena jika berikatan dengan oksalat, membentuk garam magnesium oksalat sehingga jumlah oksalat yang akan berikatan dengan kalsium untuk membentuk kalsium oksalat menurun.
B. Sitrat,jika berikatan dengan kalsium membentuk garam kalsium sitrat sehingga jumlah kalsium yang akan berikatan dengan oksalat ataupun fosfat berkurang.
C. Senyawa protein atau senyawa organik yang dapat berfungsi sebagai inhibitor adalah :
a. Glikosaminoglikan ( GAG )
b. Protein Tamm Horsfall (THP )atau Uromukoid
c. Nefrokalsin
d. Osteopontin
( Basuki B.Purnomo,2007:59)
Faktor-faktor predisposisi terjadinya renal kalkuli :
A. Hiperparatiroidisme
B. Asidosis tubular renal
C. Malignansi
D. Penyakit granulomatosa ( sarcoidosis,tuberculosis)
E. Masukan vitamin D yang berlebihan
F. Masukan susu dan alkali
G. Penyakit mieloproliferatif ( leukaemia,polisitemia, mieloma multiple).
( Brunner and Suddarth,2001:1460 ).
Pembagian Jenis Batu
A. Berdasarkan sifat materi penyusunnya :
a) An Organik Stone ( Ph basa ),contoh Ca oksalat, Ca fosfat, magnesium fosfat, garam triple fosfat.
b) Organik Stone ( Ph Asam), contoh uric acid dan cystin.
B. Secara Radiologis :
a) Batu Radio Opaque/nyata : umumnya adalah anorganik stone
b) Batu Radio lucent/tidak nyata, bersifat organic dan asam.
c) Batu organic campuran kalsium
C. Berdasarkan warna batu :
a) Warna sangat gelap dan ukuran kecil,ex : calcium oksalat
b) Warna putih, besar,dan halus ex: calcium fosfat
c) Warna coklat, kecil dan halus ex :Ca urat/asam urat.
2.3 Tanda dan Gejala
Berdasarkan lokasi batu,tanda dan gejala dari renal kalkuli bervariasi, antara lain :
A. Di kaliks minor atas ; terasa pegal di daerah pinggang,rasa sakit terus-menerus,kolik,gejala yang terjadi tiba-tiba menghilang secara perlahan-lahan,nyeri menjalar ke perut tengah bawah sampai kearah vulva atau penis, dapat di sertai anoreksia,mual,muntah, perut kembung, hematuria dan leukositosis.
B. Di kaliks minor bawah ; tanda dan gejala sama dengan di kaliks minor atas, tapi batu ini merupakan batu korat atau disebut Sraghora Stone yang dapat merusak parenkim ginjal.
C. Di kaliks mayor ; merupakan batu korat yang tidak menyumbat, tidak timbul gejala akut,menimbulkan pielonefritis dan mendesak parenkim ginjal sehingga parenkim makin menipis.
D. Di pielum ; kadang menyumbat dan menimbulkan infeksi sehingga terjadi renal kolik pain.
E. Di atas Up Junction ; batu di bagian penyempitan ureter sehingga timbul kolik pain,disertai mual, muntah, dan hematuria.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_ginjal")
Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat).
Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam. Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam, menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika batu melewati ureter.
Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi.
Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal. (http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_ginjal").
2.4 Patofisiologi
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya renal kalkuli seperti :
A. Hiperparatiroidisme
B. Asidosis tubular renal
C. Malignansi
D. Penyakit granulomatosa ( sarcoidosis,tuberculosis)
E. Masukan vitamin D yang berlebihan
F. Masukan susu dan alkali
G. Penyakit mieloproliferatif ( leukaemia, polisitemia, mieloma multiple).
( Brunner and Suddarth,2001:1460 )
Serta faktor presipitasi seperti: gaya hidup, intake cairan kurang, retensi urine, konsumsi vitamin C dosis tinggi, immobilisasi,dll.semua kondisi diatas akan mempengaruhi keadaan metastabel dari zat-zat yang terlarut dalam urine,dimana keadan metastabel ini sangat berkaitan dengan Ph larutan, suhu, konsentrasi solut dalam urine, laju aliran urine ,dll yang jika tidak seimbang maka akan menimbulkan pembentukan kristal-kristal urine yang lama-kelamaan akan membesar dan menimbulkan obstruksi traktus urinarius dan menimbulkan gejala seperti nyeri kostovertebral dan gejala lain tergantung daerah batu terbentuk. Apabila sebagian dari tractus urinarius mengalami obstruksi, urine akan terkumpul dibagian atas dari obstruksi dan mengakibatkan dilasi pada bagian itu.
Otot-otot pada bagian yang kena berkontraksi untuk mendorong urine untuk melewati obstruksi. Apabila obstruksinya partial, dilasi akan timbul dengan pelan tanpa gangguan fungsi. Apabila obstruksinya memberat, tekanan pada dinding ureter akan meningkat dan mengakibatkan dilasi pada uereter (hydroureter). Volume urine yang terkumpul meningkat dan menekan pelvis dari ginjal dengan akibat pelvis gimjal berdilasi (hydrophrosis). Penambahan tekanan ini tidak berhenti pada pelvis saja tetapi bisa sampai ke jaringan-jaringan ginjal yang kemudian menyebabkan kegagalan renal.
Obstruksi juga bisa mengakibatkan stagnansi urine. Urine yang straknant ini bisa bisa menjadi tempat untuk perkembangan bakteri dan infeksi. Obstruksi pada tractus urinarius bawah dapat menyebabkan distensi bladder. Infeksi bisa timbul dan pembentukan batu.
Obstruksi pada tractus urinarius atas bisa berkembang sangat cepat karena pelvis ginjal adalah lebih kecil bila dibandingkan dengan bladder. Peningkatan tekanan pada jaringan-jaringan ginjal dapat menyebabkan ischemia pada renal cortex dan medula dan dan dilasi tabula-tabula renal. Statis urine pada pelvis ginjal bisa menyebabkan infeksi dan pembentukan batu, yang bisa menambah kerusakan pada ginjal. Ginjal yang sehat bisa mengadakan konpensasi, akan tetapi apabila obstruksi diperbaiki , ginjal yang sehat pun akan mengalami hypertrophy karena harus mengerjakan pekerjaan ginjal yang tak berfungsi. Obstrusi pada kedua ginjal bisa mengakibatkan kegagalan renal.
( Brunner and Suddarth,2001:1460 )