Tugas Keluarga dan
Komunitas dalam Memenuhi Kebutuhan Gizi Bagi Lansia
KEBUTUHAN NUTRISI
PADA LANSIA
Gizi merupakan salah satu
faktor yang penting dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi lanjut
usia. Lansia yang hidup sendiri atau di tinggal oleh orang yang dicintai tanpa
ada dukungan dari teman dan keluarga dapat berdampak pada perubahan status gizi
atau pemenuhan kebutuhan gizi. Oleh sebab itu untuk memenuhi kebutuhan gizi
lansia diperlukan suatu dukungan dari keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan pemenuhan kebutuhan gizi pada
lansia.
Desain pada penelitian ini
adalah Cross Sectional, dengan dukungan keluarga sebagai variabel bebas dan
pemenuhan gizi sebagai variabel tergantung. Tehnik sampling pada penelitian ini
menggunakan Simpel Random Sampling dengan jumlah sampel yang memenuhi kriteria
inklusi sebanyak 139 responden. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan
data pada penelitian ini menggunaka kuesioner dan observasi, kemudian data dianalisa
menggunakan uji Spearman rho, dengan tingkat signifikansi ≤ 0,05.
Hasil penelitian di
dapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga
dengan pemenuhan gizi pada lansia di desa banjaragung kecamatan bareng jombang
dengan nilai signifikansi 0,032 dan koefisien korelasi 0,183.
Dukungan dari orang
terdekat atau keluarga sangat berpengaruh untuk meningkatkan status gizi
lansia. Dengan dukungan yang adekuat dapat meningkatkan status gizi, sebaliknya
dukungan tidak adekuat pemenuhan gizi dapat terganggu.
A. PENDAHULUAN
Setiap mahluk hidup
membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya, karena didalam makanan
terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan
metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik
dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan
pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Kebutuhan kalori pada
lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari butuhan fisik. Kalori
dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam
keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.
Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam
tiga kelompok besar, yaitu :
1.
Kelompok zat energi,
termasuk ke dalam kelompok ini adalah :
a.
Bahan makanan yang
mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, gandum, ubi, roti, singkong dll,
selain itu dalam bentuk gula seperti gula, sirup, madu dll.
b.
Bahan makanan yang
mengandung lemak seperti minyak, santan, mentega, margarine, susu dan hasil
olahannya.
2.
Kelompok zat pembangun Kelompok
ini meliputi makanan – makanan yang banyak mengandung protein, baik protein
hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur, kacangkacangan dan
olahannya.
3.
Kelompok zat pengatur
Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak mengandung vitamin
dan mineral, seperti buah-buahan dan sayuran.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN GIZI PADA LANSIA
1.
Berkurangnya kemampuan
mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong.
2.
Berkurangnya indera
pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan
pahit.
3.
Esophagus/kerongkongan
mengalami pelebaran.
4.
Rasa lapar menurun, asam
lambung menurun.
5.
Gerakan usus atau gerak
peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.
6.
Penyerapan makanan di usus
menurun.
C. MASALAH GIZI PADA LANSIA
1.
Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat
dan kota-kota besar. Kebiasaan makan
banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalai pada lansia penggunaan kalori
berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk
diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit,
misalnya :
1.
penyakit jantung, kencing
manis, dan darah tinggi.
2.
Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social
ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah
dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal
ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang
tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit
menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
3.
Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah
dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang,
penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak
bersemangat.
D. PEMANTAUAN STATUS NUTRISI
1.
Penimbangan Berat Badan
a.
Penimbangan BB dilakukan
secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai peningkatan BB atau penurunan
BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu
beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat badan lebih dari
0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
b.
Menghitung berat badan
ideal pada dewasa :
Rumus :
Berat
badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100)
Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria
dengan TB
kurang dari 160 cm, digunakan
rumus :
Berat badan ideal = TB dalam cm – 100
Jika BB
lebih dari ideal artinya gizi berlebih
Jika BB
kurang dari ideal artinya gizi kurang
2.
Kekurangan kalori protein
Waspadai lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang, kurang bersosialisasi,
hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman, kesulitan mengunyah,
pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, sulit untuk menyiapkan makanan, sering
mangkonsumsi obat-obatan yang mangganggu nafsu makan, nafsu makan berkurang,
makanan yang ditawarkan tidak mengundang selera. Karena hal ini dapat
menurunkan asupan protein bagi lansia, akibatnya lansia menjadi lebih mudah
sakit dan tidak bersemangat.
3.
Kekurangan vitamin D
Biasanya terjadi pada lansia yang kurang mendapatkan paparan
sinar matahari, jarang atau tidak pernah minum susu, dan kurang mengkonsumsi
vitamin D yang banyak terkandung pada ikan, hati, susu dan produk olahannya.
E. PERENCANAAN MAKANAN UNTUK LANSIA
Perencanaan makan secara umum
1.
Makanan harus mengandung
zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri dari : zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur.
2.
Perlu diperhatikan porsi
makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur merata dalam satu
hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil. Contoh menu :
Pagi : Bubur ayam
Jam 10.00 : Roti
Siang : Nasi, pindang telur, sup, pepaya
Jam 16.00 : Nagasari
Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang
3.
Banyak minum dan kurangi garam,
dengan banyak minum dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan
menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta
mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.
4.
Batasi makanan yang
manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak seperti santan, mentega
dll.
5.
Bagi pasien lansia yang
prose penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
a.
Makanlah makanan yang
mudah dicerna
b.
Hindari makanan yang
terlalu manis, gurih, dan goring-gorengan
c.
Bila kesulitan mengunyah
karena gigirusak atau gigi palsu kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau
dicincang
d.
Makan dalam porsi kecil
tetapi sering
e.
Makanan selingan atau
snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan
6.
Batasi minum kopi atau
teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula untuk
merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.
7.
Makanan mengandung zat
besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak, bayam, dan
sayuran hijau.
8.
Lebih dianjurkan untuk
mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang kurangi makanan
yang digoreng Perencanaan makan untuk mengatasi perubahan saluran cerna.
Untuk
mengurangi resiko konstipasi dan hemoroid :
1.
Sarankan untuk
mengkonsumsi makanan berserat tinggi setiap hari, seperti sayuran dan
buah-buahan segar, roti dan sereal.
2.
Anjurkan pasien untuk
minum paling sedikit 8 gelas cairan setiap hari untuk melembutkan feses.
3.
Anjurkan untuk tidak
menggunakan laksatif secara rutin , karena pasien akan menjadi tergantung pada
laksatif.
F. CARA MEMBERI MAKAN MELALUI MULUT (ORAL)
1.
Siapkan makanan dan
minuman yang akan diberikan
2.
Posisikan pasien duduk
atau setengah duduk.
3.
Berikan sedikit minum air
hangat sebelum makan.
4.
Biarkan pasien untuk
mengosongkan mulutnya setelah setiap sendokan.
5.
Selaraskan kecepatan
pemberian makan dengan kesiapan pasien, tanyakan pemberian makan terlalu cepat
atau lambat.
6.
Perbolehkan pasien untuk
menunjukkan perintah tentang makanan pilihan pasien yang ingin dimakan.
7.
Setelah selesai makan,
posisi pasien tetap dipertahankan selama ± 30 menit.
G. PRINSIP PEMBERIAN MAKAN MELALUI SONDE (NGT)
Pemberian makan melalui sonde ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi pasien yang memiliki masalah dalam menelan dan mengunyah makanan,
seperti pada pasien-pasien stoke.
Adapun prinsip pemberiannya adalah sebagai berikut :
1.
Siapkan makanan cair dan
minuman hangat
2.
Naikkan bagian kepala
tempat tidur 30 – 45 derajat pada saat memberi makan dan 30 menit setelah
memberi makan.
3.
Bilas selang sonde dengan
air hangat terlebih dahulu.
4.
Pastikan tidak ada udara
yang masuk ke dalam sonde pada saat memberi makan atau air. Pastikan pula
selang dalam keadaan tertutup selama tidak diberi makan.
5.
Periksa kerekatan selang,
jika selang longgar beritahu perawat.
6.
Laporkan adanya mual dan
muntah dengan segera.
7.
Lakukan perawatan
kebersihan mulut dengan sering.
H. CONTOH BAHAN MAKANAN UNTUK SETIAP KELOMPOK MAKANAN
1.
Bahan makanan sumber
karbohidrat (zat energi) : Nasi, bubur beras, nasi jagung, kentang, singkong,
ubi, talas, biskuit, roti , crakers, maizena, tepung beras, tepung terigu,
tepung hunkwe, mie, bihun.
2.
Bahan makanan sumber lemak
(zat energi) : Minyak goreng, minyak ikan, margarin, kelapa, kelapa parut,
santan, lemak daging.
3.
Bahan makanan sumber
protein hewani : Daging sapi, daging ayam, hati, babat, usus, telur, ikan,
udang.
4.
Bahan makanan sumber
protein nabati : Kacang ijo, kacang kedelai, kacang merah, kacang tanah, oncom,
tahu, tempe.
I. PRINSIP LIMA BENAR PEMBERIAN OBAT ORAL
1.
Benar obat : obat yang
diberikan harus sesuai dengan resep dokter.
2.
Benar dosis : jumlah obat
yang diberikan tidak dikurangi atau dilebihkan. Penting diingat jenis obat
antibiotik harus diberikan sampai habis.
3.
Benar pasien : Pastikan
obat diminum oleh pasien yang bersangkutan.
4.
Benar cara pemberian yaitu
melalui oral : berikan obat melalui mulut atau sonde.
5.
Benar waktu : Pastikan
pemberian obat tepat pada jadwalnya, misalnya 3 x 1 berarti obat diberikan
setiap 8 jam dalam 24 jam ; jika 2 x1 berarti obat diberikan setiap 12 jam
sekali.
J.
KEBUTUHAN CAIRAN PADA
LANJUT USIA
Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
setelah melakukan aktivitas. Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena
air membantu menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit
disaluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal, dll. Air juga sebagai
pelumas bagi fungsi tulang dan sendi. Manfaat lain dari minum air putih adalah
mencegah sembelit karena untuk mengolah makanan dalam usus sangat dibutuhkan
air, tentu saja tanpa air yang cukup kerja usus tidak dapat maksimal dan
timbullah sembelit. Air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh
kental, softdrink, alkohol, es, maupun sirup dan dianjurkan minimal kita minum
air putih 1.5 sampai dengan 2 liter/hari. Minuman seperti kopi, teh kental, softdrink,
alkohol, es, maupun sirup bahkan tidak baik untuk kesehatan dan harus dihindari
terutama bagi para lansia yang mempunyai penyakit-penyakit tertentu seperti
kencing manis, darah tinggi, obesitas, dan jantung.
K.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBUTUHAN CAIRAN PADA LANSIA
1.
Berat badan (lemak tubuh)
cenderung meningkat dengan bertambahnya usia, sedangkan sel-sel lemak
mengandung sedikit air, sehingga komposisi air dalam tubuh lansia kurang dari
manusia dewasa yang lebih muda atau anak-anak dan bayi.
2.
Fungsi ginjal menurun
dengan bertambahnya usia. Terjadi penurunan kemampuan untuk memekatkan urin,
mengakibatkan kehilangan air yang lebih tinggi.
3.
Terdapat penurunan asam
lambung, yang dapat mempengaruhi individu untuk mentoleransi makanan-makanan
tertentu. Lansia terutama rentan terhadap konstipasi karena penurunan
pergerakan usus. Masukan cairan yang terbatas, pantangan diit, dan penurunan
aktivitas fisik dapat menunjang perkembangan konstipasi. Penggunaan laksatif
yang berlebihan atau tidak tepat dapat mengarah pada masalah diare.
4.
Lansia mempunyai pusat
haus yang kurang sensitif dan mungkin mempunyai masalah dalam mendapatkan
cairan ( misalnya gangguan dalam berjalan ) atau mengungkapkan keinginan untuk
minum (misalnya pasien stroke).
L.
MASALAH CAIRAN PADA LANSIA
Masalah cairan yang lebih sering dialami lansia adalah
kekurangan cairan tubuh, hal ini berhubungan dengan berbagai
perubahan-perubahan yang dialami lansia, diantaranya adalah peningkatan jumlah
lemak pada lansia, penurunan fungsi ginjal untuk memekatkan urin dan penurunan
rasa haus.
M.
PEMANTAUAN STATUS CAIRAN
PADA LANSIA
1.
Tanda-tanda kekurangan
cairan
Tanda – tanda vital :
a.
Terjadi peningkatan suhu
tubuh
b.
Dapat terjadi peningkatan
frekuensi pernafasan dan kedalaman pernafasan (normal : 14 – 20 x/mnt)
c.
Peningkatan frek. denyut
nadi (normal : 60-100 x/mnt), nadi lemah, halus
d.
Tekanan darah menurun
Pemeriksaan Fisik :
a.
Kulit kering dan agak
kemerahan
b.
Lidah kering dan kasar
c.
Mata cekung
d.
Penurunan BB yang terjadi
scr tiba2/drastis
e.
Turgor kulit menurun
(Lansia kurang akurat)
Perilaku :
a.
Penurunan kesadaran
b.
Gelisah
c.
Lemah
d.
Pusing
e.
Tidak nafsu makan
f.
Mual dan muntah
g.
Kehausan (pada lansia
kurang signifikan) Terjadi penurunan jumlah urin
2.
Tanda-tanda kelebihan
cairan
Tanda
–tanda vital :
a.
Terjadi penurunan suhu
tubuh
b.
Dapat terjadi sesak nafas
c.
Denyut nadi teraba kuat
dan frekuensinya meningkat
d.
Tekanan darah meningkat
Pemeriksaan fisik :
a.
Turgor kulit meningkat
(lansia kurang akurat)
b.
Edema
c.
Peningkatan BB secara
tiba-tiba
d.
Kulit lembab
Perilaku :
a.
Pusing
b.
Anoreksia / tidak nafsu
makan
c.
mual muntah
d.
Peningkatan jumlah urin
(jika ginjal masih baik)
N.
CARA MENGHITUNG TETESAN
INFUS
Rumus :
∑ cairan FT
N = ------------------
W(menit)
Keterangan :
N = Jumlah tetesan dalam menit
FT = Faktor tetes ( biasanya 15 )
W = Waktu pemberian dalam menit cairan = Jumlah cairan dalam ml
Peran Kelurga dan
Komunitas Dalam Memberikan Pelayanan
Kesehatan Khusus Bagi
Lansia
1.
PENDAHULUAN
Pembinaan kesehatan keluarga ditujukan kepada upaya menumbuhkan
sikap dan prilaku yang akan menumbuhkan kemampuan keluarga itu sendiri untuk
mengatasi masalah kesehatan dengan dukungan dan bimbingan tenaga profesional,
menuju terwujudnya kehidupan keluarga yang sehat. Juga kesehatan keluarga
diselenggarakan untuk mewujudkan keluarga sehat kecil, bahagia dan sejahtera.
Dalam keluarga , usia lanjut merupakan figur tersendiri dalam kaitannya dengan
sosial budaya bangsa sedangkan dalam kehidupan Nasional, usia lanjut merupakan
sumber daya yang bernilai sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman kehidupan
yang dimilikinya yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu kehidupan
masyarakat keseluruhannya. Sebagai hasil pembangunan terlihat adanya
peningkatan umur harapan hidup waktu lahir yang membawa dampak peningkatan
jumlah usia lanjut dengan berbagai kebutuhan khusus dibidang kesehatan.
Dasar Hukum dan pengembangan program Pembinaan Kesehatan Usia
lanjut yaitu :
a.
Undang- Undang Nomor 9
Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok kesehatan.
b.
Keputusan Presiden Nomor 4
Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Organisasi Departemen kesehatan
c.
Keputusan Presiden Nomor
15 Tahun 1985 tentang Susunan Organisasi Departemen Kesehatan
d.
Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 558 Tahun 1984 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kesehaten.
e.
Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 99 a Tahun 1982 tentang berlakunya Sistem kesehatan Nasional
dan RP3JPK
f.
Keputusan Menteri
Koordinasi Kesejahteraan Rakyat Nomor 05 Tahun 1990 tentang Pembentukan
Kelompok Kerja T etap Kesejahteraan Usia Lanjut.
g.
Surat keputusan menteri
Kesehatan Nomor 134 Tahun 1990 tentang Pembentukan Tim Kerja Geatric.
Dengan pembinaan Kesehatan Usia Lanjut maka seluruh Indonesia
dari berbagai kelompok umur dapat digunakan hanya sesuai peraturan
perundangundangan bahwa setiap warga negara berhak mewujudkan derajat
kesehatannya yang optimal termasuk usia lanjut. Usia lanjut adalah sesuatu
proses alami yang tidak dapat dihindari. Umur manusia sebagai makhluk hidup
terbatas oleh suatu peraturan alam maksimal sekitar 6 ( enam ) kali masa bayi
sampai dewasa, atau 6 x 20 tahun = 120 tahun. Saat ini masih banyak usia lanjut
yang produktif belum dimanfaatkan dalam menunjang pembangunan dan belum
terselenggaranya kerjasama lintas program maupun lintas sektoral dalam
mendukung pembinaan kesehatan usia lanjut yang mantap. Oleh sebab itu pembinaan
dan pelayanan kesehatan usia lanjut perlu dilakukan sebaik mungkin dalam
terciptanya keluarga yang sejahtera.
2.
UPAYA PEMBINAAN DAN
PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT
A.
Pengertian-Pengertian
Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna
dasar dan menyeluruh dibidang kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan
kesehatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Tempat pelayanan kesehatan
tersebut bisa dilaksanakan di Puskesmas- Puskesmas ataupun Rumah Sakit serta
Panti- panti dan institusi lainya. Tekhnologi tepat guna dalam upaya kesehatan
usia lanjut adalah tekhnologi yang mengacu pada masa usia lanjut setempat, yang
didukung oleh sumber daya yang tersedia di masyarakat, terjangkau oleh
masyarakat diterima oleh masyarakat sesuai dengan azas manfaat. Peran serta
masyarakat dalam upaya kesehatan usia lanjut adalah peran serta masyarakat baik
sebagai pemberi peJayanan kesehatan maupun penerima pelayanan yang berkaitan
dengan mobilisasi sumber daya dalam pemecahan masalah usia lanjut setempat dan
dalam bentuk pelaksanan pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan usia lanjut
setempat.
B.
Tujuan Dan Sasaran
Pembinaan :
1.
Tujuan Umum
Meningkatakan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai
masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyakat
sesuai dengan keberadaannya dalam strata kemasyarakatan.
2.
Tujuan Khusus
·
Meningkatkan kesadaran
pada usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya.
·
Meningkatkan kemampuan dan
peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam menghayati dan mengatasi
kesehatan usia lanjut.
·
Meningkatkan jenis dan
jangkauan kesehatan usia lanjut.
·
Meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan usia lanjut.
3.
Sasaran pembinaan Secara
Langsung
4.
Kelompok usia menjelang
usia lanjut ( 45 -54 tahun ) atau dalam virilitas dalam keluarga maupun
masyarakat luas.
5.
Kelompok usia lanjut dalam
masa prasenium ( 55 -64 tahun ) dalam keluarga, organisasi masyarakat usia
lanjut dan masyarajat umumnya.
6.
Kelompok usia lanjut dalam
masa senescens ( >65 tahun ) dan usia lanjut dengan resiko tinggi ( lebih
dari 70 tahun ) hidup sendiri, terpencil, hidup dalam panti, penderita penyakit
berat, cacat dan lain-lain.
7.
Sasaran Pembinaan Tidak
Langsung
·
Keluarga dimana usia
lanjut berada.
·
Organisasi sosial yang
bergerak didalam pembinaan kesehatan usia lanjut.
·
Masyarakatluas.
C.
Pelayanan Kesehatan Dan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Usia Lanjut
Pelayanan usia lanjut ini meliputi kegiatan upaya-upaya antara
lain:
a.
Upaya promotif, yaitu
menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka tetap dihargai dan
tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Upaya
promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan, dimana penyuluhan masyarakat usia
lanjut merupakan hal yang penting sebagai penunjang program pembinaan kesehatan
usia lanjut yang antara lain adalah :
·
Kesehatan dan pemeliharaan
kebersihan diri serta deteksi dini penurunan kondisi kesehatannya, teratur dan
berkesinambungan memeriksakan kesehatannya ke puskesmas atau instansi pelayanan
kesehatan lainnya.
·
Latihan fisik yang
dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut agar
tetap merasa sehat dan segar.
·
Diet seimbang atau makanan
dengan menu yang mengandung gizi seimbang.
·
Pembinaan mental dalam
meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
·
Membina ketrampilan agar
dapat mengembangkan kegemaran atau hobinya secara teratur dan sesuai dengan
kemampuannya.
·
Meningkatkan kegiatan
sosial di masyarakat atau mengadakan kelompok sosial.
·
Hidup menghindarkan
kebiasaan yang tidak baik seperti merokok, alkhohol, kopi , kelelahan fisik dan
mental.
·
Penanggulangan masalah
kesehatannya sendiri secara benar
b.
Upaya preventif yaitu
upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya
penyakit maupun kompilikasi penyakit yang disebabkan oleh proses
ketuaan.
Upaya preventif dapat berupa kegiatan :
·
Pemeriksaan kesehatan
secara berkala dan teratur untuk menemukan secara dini penyakit-penyakit usia
lanjut
·
Kesegaran jasmani yang
dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut serta
tetap merasa sehat dan bugar.
·
Penyuluhan tentang
penggunaan berbagai alat bantu misalnya kacamata, alat bantu pendengaran agar
usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna
·
Penyuluhan untuk
pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan pada usia lanjut.
·
Pembinaan mental dalam
meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
c.
Upaya kuratif yaitu upaya
pengobatan pada usia lanjut dan dapat berupa
kegiatan:
·
Pelayanan kesehatan dasar
·
Pelayanan kesehatan spesifikasi
melalui sistem rujukan
d.
Upaya rehabilitatif yaitu
upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun.
Yang dapat berupa kegiatan :
·
Memberikan informasi,
pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya alat
pendengaran dan lain -lain agar usia lanjut dapat memberikan karya dan tetap
merasa berguna sesuai kebutuhan dan kemampuan. .
·
Mengembalikan kepercayaan
pada diri sendiri dan memperkuat mental penderita
·
Pembinaan usia dan hal
pemenuhan kebutuhan pribadi , aktifitas di dalam maupun diluar rumah.
·
Nasihat cara hidup yang
sesuai dengan penyakit yang diderita.
·
Perawatan fisio terapi.
Disamping upaya pelayanan diatas dilaksanakan yang tidak kalah
penting adalah penyuluhan kesehatan masyarakat yang merupakan bagian integral daripada
setiap program kesehatan. Adapaun tujuan khusus program penyuluhan kesehatan masyarakat
pada usia lanjut ditujukan kepada :
·
Kelompiok usia lanjut itu
sendri
·
Kelompok keluarga yang
memiliki usia lanjut
·
Kelompok masyarakat
lingkungan usia lanjut
·
Penyelenggaraan kesehatan
·
Lintas sektoral (
Pemerintah dan swasta )
Sedangkan penyuluhan kesehatan masyarakat ads usia lanjut
terdiri dari :
1.
Komponen Penyebarluasan
Informasi kesehatan dengan melakukan kegiatan :
·
Mengembangkan, memproduksi
dan menyebarluaskan bahan-bahan penyuluhan kesehatan masyarakat usia lanjut.
·
Meningkatkan sikap,
kemampuan dan motivasi petugas puskesmas dan rujukan serta masyarakat di bidang
kesehatan masyarakat usia lanjut.
·
Melengkapi puskesmas den
rujukannya dengan sarana den bahan penyuluhan.
·
Meningkatkan kerjasama
dengan berbagai pihak termasuk media masa agar pesan kesehatan masyarakat usia
lanjut menjadi bagian integral.
·
Meningkatkan penyuluhan
kepada masyarakat umum den kelompok khusus seperti daerah terpencil,
transmigrasi dan lain-lain.
·
Melaksanakan pengkajian
den pengembangan serta pelaksanaan tekhnologi tepat guna dibidang
penyebarluasan informasi.
·
Melaksanakan evaluasi
secara berkala untuk mengukur dampak serta meningkatkan daya guna dan hasil
guna penyuluhan.
·
Menyebarluaskan informasi
secara khusus dalam keadaan darurat seperti wabah, bencana alam, kecelakaan.
2.
Komponen pengembangan
potensi swadaya masyarakat di bidang kesehatan dengan kegiatan antara lain:
·
Mengembangkan sikap,
kemampuan dan motivasi petugas Puskesmas dan pengurus LKMD dalam mengembangkan
potensi swadaya masyarakat di bidang kesehatan.
·
Melaksanakan kemampuan dan
motivasi terhadap kelompok masyarakat termasuk swasta yang melaksanakan
pengembangan potensi swadaya masyarakat dibidang kesehatan usia lanjut secara
sistematis dan berkesinambungan.
·
Mengambangkan,
memporoduksi dan menyebarluaskan pedoman penyuluhan kesehatan usia lanjut untuk
para penyelenggaraan penyuluhan, baik pemerintah maupun swasta.
3.
Komponen Pengembangan
Penyelengaraan penyuluhan dengan kegiatan :
·
Menyempurnakan kurikulum
penyuluhan kesehatan usia lanjut di sekolahsekolah kesehatan.
·
Melengkapi masukan
penyuluhan pada usia lanjut.
·
Menyusun modul pelatihan
khusus usia lanjut untuk aparat diberbagai tingkat. Adapun langkah-langkah dari
penyuluhan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
Ø Perencanaan sudah dimulai dengan kegiatan tersebut diatas dimana
masalah kesehatan, masyarakat usia lanjut dan wilayahnya jelas sudah diketahui.
Ø Pelaksanaan penyuluhan kesehatan masyarakat usia lanjut harus berdaya
guna serta berhasil guna.
Ø Merinci tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang
yang harus jelas, realisis dan bisa diukur.
Ø Jangkauan penyuluhan harus dirinci, pendekatan ditetapkan dan
dicapai lebih objektif, rasional hasil sasarannya.
Ø Penyusunan pesan-pesan penyuluhan.
Ø Pengembangan peran serta masyarakat, kemampuan penyeleggaranan
benarbenar tepat guna untuk dipergunakan.
Ø Memilih media atau saluran untuk mengembangkan peran serta
masyarakat dan kemampuan penyelenggaranan. Dengan langkah-langkah rencana
penyuluhan beserta semua sumber daya dan temuan yang diperoleh, dilaksanakan
upaya penyuluhan dengan menyusun, menyepakati dan menjelankan suatu jadwal
pelaksanaan kegiatan yang jelas dengan menguraikan kapan ( waktu ) dimana (
tempat ),dan siapa ( kelompok sasaran) , bagaimana ( metode dan media ), apa
(pesan-pesan ).
4.
Pelaksanaan Asuhan
Keperawatan Dasar Usia Lanjut
Yang dimaksud dengan asuhan keperawatan adalah bantuan bimbingan
penyuluhan, pengawasan atau perlindungan yang diberikan oleh seorang perawat/bidan
untuk memenuhi kebutuhan pasien atau kelompok. Pada usia lanjut ditemukan
berbagai masalah secara individu. Prinsip pemberian asuhan keperawatan berdasarkan
kebutuhan pasien atau kelompok. Asuhan keperawatan dapat diberikan di rumah
maupun institusi ( panti dan puskesmas ) dan dapat dilakukan oleh keluarga atau
petugas panti yang telah dilatih.
Asuhan keperawatan dasar bagi kelompok usia lanjut ditujukan
kepada :
·
Kelompok yang masih aktif
dimana mereka yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang
lain sehingga kebutuhan sehari-hari dapat dilaksanakan sendiri. Walaupun
demikian periu mendapat bimbingan dan pengawasan untuk mencegah terjadinya
faktor resiko tinggi agar tidak mempecepat ketergantungan dengan orang lain.
Adapun bimbingan dan pengawasan berupa kebersihan perorangan , kebersihan
lingkungan, makanan dan kesegaran jasmani.
·
Kelompok usia lanjut pasif
yang keadaan fisiknya memerlukan banyak pertolongan orang lain. Yang harus
diperhatikan pada usia lanjut yang tinggal di tempat tidur adalah kebersihan
perorangan, lingkungan, makanan, mencegah decubitus.
PENUTUP
Jumlah usia lanjut yang meningkat saat ini akan mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan baik fisik, mental maupun sosial ekonomi. Untuk itu
perlu pengkajian masalah usia yang lebih mendasar agar tercapai tujuan
pembinaan kesehatan usia yaitu mewujudkan derajat kesehatan serta optimal. Dalam
peningkatan peranan serta masyarakat dapat dilaksanan dengan bentuk penyuluhan
kesehatan yang melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanan dan
penilaian upaya kesehatan usia lanjut dalam rangka menciptakan kemadirian
masyarakat.
REFERENSI :
Darmojo, R. Boedhi.,dkk.1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI
Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahjudi.2000. Keperawatan Gerontik.Jakarta : EGC
Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi
4.Jakarta :EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar