Jumat, 06 Januari 2012

Tugas Keluarga dan Komunitas dalam Memenuhi Kebutuhan Gizi Bagi Lansia KEBUTUHAN NUTRISI PADA LANSIA

Tugas Keluarga dan Komunitas dalam Memenuhi Kebutuhan Gizi Bagi Lansia
KEBUTUHAN NUTRISI PADA LANSIA

Gizi merupakan salah satu faktor yang penting dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi lanjut usia. Lansia yang hidup sendiri atau di tinggal oleh orang yang dicintai tanpa ada dukungan dari teman dan keluarga dapat berdampak pada perubahan status gizi atau pemenuhan kebutuhan gizi. Oleh sebab itu untuk memenuhi kebutuhan gizi lansia diperlukan suatu dukungan dari keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan pemenuhan kebutuhan gizi pada lansia.

Desain pada penelitian ini adalah Cross Sectional, dengan dukungan keluarga sebagai variabel bebas dan pemenuhan gizi sebagai variabel tergantung. Tehnik sampling pada penelitian ini menggunakan Simpel Random Sampling dengan jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 139 responden. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini menggunaka kuesioner dan observasi, kemudian data dianalisa menggunakan uji Spearman rho, dengan tingkat signifikansi ≤ 0,05.

Hasil penelitian di dapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan pemenuhan gizi pada lansia di desa banjaragung kecamatan bareng jombang dengan nilai signifikansi 0,032 dan koefisien korelasi 0,183.

Dukungan dari orang terdekat atau keluarga sangat berpengaruh untuk meningkatkan status gizi lansia. Dengan dukungan yang adekuat dapat meningkatkan status gizi, sebaliknya dukungan tidak adekuat pemenuhan gizi dapat terganggu.



A. PENDAHULUAN
Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya, karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari butuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.
Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu :
1.      Kelompok zat energi, termasuk ke dalam kelompok ini adalah :
a.         Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, gandum, ubi, roti, singkong dll, selain itu dalam bentuk gula seperti gula, sirup, madu dll.
b.         Bahan makanan yang mengandung lemak seperti minyak, santan, mentega, margarine, susu dan hasil olahannya.

2.      Kelompok zat pembangun Kelompok ini meliputi makanan – makanan yang banyak mengandung protein, baik protein hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur, kacangkacangan dan olahannya.
3.      Kelompok zat pengatur
Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak mengandung vitamin dan mineral, seperti buah-buahan dan sayuran.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN GIZI PADA LANSIA
1.      Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong.
2.      Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan pahit.
3.      Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
4.      Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
5.      Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.
6.      Penyerapan makanan di usus menurun.

C. MASALAH GIZI PADA LANSIA
1.      Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar.  Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih,  apalai pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya :
1.         penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi.

2.      Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
3.      Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.

D. PEMANTAUAN STATUS NUTRISI
1.      Penimbangan Berat Badan
a.         Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan.

b.         Menghitung berat badan ideal pada dewasa :
Rumus :
Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100)
Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB
kurang dari 160 cm, digunakan rumus :
Berat badan ideal = TB dalam cm – 100
Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih
Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang
2.      Kekurangan kalori protein
Waspadai lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang, kurang bersosialisasi, hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman, kesulitan mengunyah, pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, sulit untuk menyiapkan makanan, sering mangkonsumsi obat-obatan yang mangganggu nafsu makan, nafsu makan berkurang, makanan yang ditawarkan tidak mengundang selera. Karena hal ini dapat menurunkan asupan protein bagi lansia, akibatnya lansia menjadi lebih mudah sakit dan tidak bersemangat.
3.      Kekurangan vitamin D
Biasanya terjadi pada lansia yang kurang mendapatkan paparan sinar matahari, jarang atau tidak pernah minum susu, dan kurang mengkonsumsi vitamin D yang banyak terkandung pada ikan, hati, susu dan produk olahannya.



E. PERENCANAAN MAKANAN UNTUK LANSIA
 Perencanaan makan secara umum
1.      Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
2.      Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil. Contoh menu :
Pagi : Bubur ayam
Jam 10.00 : Roti
Siang : Nasi, pindang telur, sup, pepaya
Jam 16.00 : Nagasari
Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang
3.      Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.
4.      Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak seperti santan, mentega dll.
5.      Bagi pasien lansia yang prose penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
a.         Makanlah makanan yang mudah dicerna
b.         Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-gorengan
c.         Bila kesulitan mengunyah karena gigirusak atau gigi palsu kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang
d.        Makan dalam porsi kecil tetapi sering
e.         Makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan
6.      Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.
7.      Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau.
8.      Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang kurangi makanan yang digoreng Perencanaan makan untuk mengatasi perubahan saluran cerna.

Untuk mengurangi resiko konstipasi dan hemoroid :
1.      Sarankan untuk mengkonsumsi makanan berserat tinggi setiap hari, seperti sayuran dan buah-buahan segar, roti dan sereal.
2.      Anjurkan pasien untuk minum paling sedikit 8 gelas cairan setiap hari untuk melembutkan feses.
3.      Anjurkan untuk tidak menggunakan laksatif secara rutin , karena pasien akan menjadi tergantung pada laksatif.

F. CARA MEMBERI MAKAN MELALUI MULUT (ORAL)
1.      Siapkan makanan dan minuman yang akan diberikan
2.      Posisikan pasien duduk atau setengah duduk.
3.      Berikan sedikit minum air hangat sebelum makan.
4.      Biarkan pasien untuk mengosongkan mulutnya setelah setiap sendokan.
5.      Selaraskan kecepatan pemberian makan dengan kesiapan pasien, tanyakan pemberian makan terlalu cepat atau lambat.
6.      Perbolehkan pasien untuk menunjukkan perintah tentang makanan pilihan pasien yang ingin dimakan.
7.      Setelah selesai makan, posisi pasien tetap dipertahankan selama ± 30 menit.

G. PRINSIP PEMBERIAN MAKAN MELALUI SONDE (NGT)
Pemberian makan melalui sonde ditujukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien yang memiliki masalah dalam menelan dan mengunyah makanan, seperti pada pasien-pasien stoke.


Adapun prinsip pemberiannya adalah sebagai berikut :
1.      Siapkan makanan cair dan minuman hangat
2.      Naikkan bagian kepala tempat tidur 30 – 45 derajat pada saat memberi makan dan 30 menit setelah memberi makan.
3.      Bilas selang sonde dengan air hangat terlebih dahulu.
4.      Pastikan tidak ada udara yang masuk ke dalam sonde pada saat memberi makan atau air. Pastikan pula selang dalam keadaan tertutup selama tidak diberi makan.
5.      Periksa kerekatan selang, jika selang longgar beritahu perawat.
6.      Laporkan adanya mual dan muntah dengan segera.
7.      Lakukan perawatan kebersihan mulut dengan sering.

H. CONTOH BAHAN MAKANAN UNTUK SETIAP KELOMPOK MAKANAN
1.      Bahan makanan sumber karbohidrat (zat energi) : Nasi, bubur beras, nasi jagung, kentang, singkong, ubi, talas, biskuit, roti , crakers, maizena, tepung beras, tepung terigu, tepung hunkwe, mie, bihun.
2.      Bahan makanan sumber lemak (zat energi) : Minyak goreng, minyak ikan, margarin, kelapa, kelapa parut, santan, lemak daging.
3.      Bahan makanan sumber protein hewani : Daging sapi, daging ayam, hati, babat, usus, telur, ikan, udang.
4.      Bahan makanan sumber protein nabati : Kacang ijo, kacang kedelai, kacang merah, kacang tanah, oncom, tahu, tempe.

I. PRINSIP LIMA BENAR PEMBERIAN OBAT ORAL
1.      Benar obat : obat yang diberikan harus sesuai dengan resep dokter.
2.      Benar dosis : jumlah obat yang diberikan tidak dikurangi atau dilebihkan. Penting diingat jenis obat antibiotik harus diberikan sampai habis.
3.      Benar pasien : Pastikan obat diminum oleh pasien yang bersangkutan.
4.      Benar cara pemberian yaitu melalui oral : berikan obat melalui mulut atau sonde.
5.      Benar waktu : Pastikan pemberian obat tepat pada jadwalnya, misalnya 3 x 1 berarti obat diberikan setiap 8 jam dalam 24 jam ; jika 2 x1 berarti obat diberikan setiap 12 jam sekali.

J.       KEBUTUHAN CAIRAN PADA LANJUT USIA
Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang setelah melakukan aktivitas. Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit disaluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal, dll. Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan sendi. Manfaat lain dari minum air putih adalah mencegah sembelit karena untuk mengolah makanan dalam usus sangat dibutuhkan air, tentu saja tanpa air yang cukup kerja usus tidak dapat maksimal dan timbullah sembelit. Air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh kental, softdrink, alkohol, es, maupun sirup dan dianjurkan minimal kita minum air putih 1.5 sampai dengan 2 liter/hari. Minuman seperti kopi, teh kental, softdrink, alkohol, es, maupun sirup bahkan tidak baik untuk kesehatan dan harus dihindari terutama bagi para lansia yang mempunyai penyakit-penyakit tertentu seperti kencing manis, darah tinggi, obesitas, dan jantung.

K.    FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN CAIRAN PADA LANSIA

1.    Berat badan (lemak tubuh) cenderung meningkat dengan bertambahnya usia, sedangkan sel-sel lemak mengandung sedikit air, sehingga komposisi air dalam tubuh lansia kurang dari manusia dewasa yang lebih muda atau anak-anak dan bayi.
2.    Fungsi ginjal menurun dengan bertambahnya usia. Terjadi penurunan kemampuan untuk memekatkan urin, mengakibatkan kehilangan air yang lebih tinggi.
3.    Terdapat penurunan asam lambung, yang dapat mempengaruhi individu untuk mentoleransi makanan-makanan tertentu. Lansia terutama rentan terhadap konstipasi karena penurunan pergerakan usus. Masukan cairan yang terbatas, pantangan diit, dan penurunan aktivitas fisik dapat menunjang perkembangan konstipasi. Penggunaan laksatif yang berlebihan atau tidak tepat dapat mengarah pada masalah diare.
4.    Lansia mempunyai pusat haus yang kurang sensitif dan mungkin mempunyai masalah dalam mendapatkan cairan ( misalnya gangguan dalam berjalan ) atau mengungkapkan keinginan untuk minum (misalnya pasien stroke).

L.     MASALAH CAIRAN PADA LANSIA
Masalah cairan yang lebih sering dialami lansia adalah kekurangan cairan tubuh, hal ini berhubungan dengan berbagai perubahan-perubahan yang dialami lansia, diantaranya adalah peningkatan jumlah lemak pada lansia, penurunan fungsi ginjal untuk memekatkan urin dan penurunan rasa haus.

M.   PEMANTAUAN STATUS CAIRAN PADA LANSIA
1.      Tanda-tanda kekurangan cairan
Tanda – tanda vital :
a.       Terjadi peningkatan suhu tubuh
b.      Dapat terjadi peningkatan frekuensi pernafasan dan kedalaman pernafasan (normal : 14 – 20 x/mnt)
c.       Peningkatan frek. denyut nadi (normal : 60-100 x/mnt), nadi lemah, halus
d.      Tekanan darah menurun
Pemeriksaan Fisik :
a.       Kulit kering dan agak kemerahan
b.      Lidah kering dan kasar
c.       Mata cekung
d.      Penurunan BB yang terjadi scr tiba2/drastis
e.       Turgor kulit menurun (Lansia kurang akurat)
 Perilaku :
a.       Penurunan kesadaran
b.      Gelisah
c.       Lemah
d.      Pusing
e.       Tidak nafsu makan
f.       Mual dan muntah
g.      Kehausan (pada lansia kurang signifikan) Terjadi penurunan jumlah urin
2.      Tanda-tanda kelebihan cairan

Tanda –tanda vital :
a.       Terjadi penurunan suhu tubuh
b.      Dapat terjadi sesak nafas
c.       Denyut nadi teraba kuat dan frekuensinya meningkat
d.      Tekanan darah meningkat
Pemeriksaan fisik :
a.       Turgor kulit meningkat (lansia kurang akurat)
b.      Edema
c.       Peningkatan BB secara tiba-tiba
d.      Kulit lembab

Perilaku :
a.       Pusing
b.      Anoreksia / tidak nafsu makan
c.       mual muntah
d.      Peningkatan jumlah urin (jika ginjal masih baik)

N.    CARA MENGHITUNG TETESAN INFUS
Rumus :
              ∑ cairan FT
   N =  ------------------
               W(menit)



Keterangan :
N = Jumlah tetesan dalam menit
FT = Faktor tetes ( biasanya 15 )
W = Waktu pemberian dalam menit cairan = Jumlah cairan dalam ml

Peran Kelurga dan Komunitas Dalam Memberikan Pelayanan
Kesehatan Khusus Bagi Lansia

1.        PENDAHULUAN
Pembinaan kesehatan keluarga ditujukan kepada upaya menumbuhkan sikap dan prilaku yang akan menumbuhkan kemampuan keluarga itu sendiri untuk mengatasi masalah kesehatan dengan dukungan dan bimbingan tenaga profesional, menuju terwujudnya kehidupan keluarga yang sehat. Juga kesehatan keluarga diselenggarakan untuk mewujudkan keluarga sehat kecil, bahagia dan sejahtera. Dalam keluarga , usia lanjut merupakan figur tersendiri dalam kaitannya dengan sosial budaya bangsa sedangkan dalam kehidupan Nasional, usia lanjut merupakan sumber daya yang bernilai sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman kehidupan yang dimilikinya yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu kehidupan masyarakat keseluruhannya. Sebagai hasil pembangunan terlihat adanya peningkatan umur harapan hidup waktu lahir yang membawa dampak peningkatan jumlah usia lanjut dengan berbagai kebutuhan khusus dibidang kesehatan.
Dasar Hukum dan pengembangan program Pembinaan Kesehatan Usia lanjut yaitu :
a.    Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok kesehatan.
b.    Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Organisasi Departemen kesehatan
c.    Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1985 tentang Susunan Organisasi Departemen Kesehatan
d.   Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 558 Tahun 1984 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehaten.
e.    Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 99 a Tahun 1982 tentang berlakunya Sistem kesehatan Nasional dan RP3JPK
f.     Keputusan Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat Nomor 05 Tahun 1990 tentang Pembentukan Kelompok Kerja T etap Kesejahteraan Usia Lanjut.
g.    Surat keputusan menteri Kesehatan Nomor 134 Tahun 1990 tentang Pembentukan Tim Kerja Geatric.

Dengan pembinaan Kesehatan Usia Lanjut maka seluruh Indonesia dari berbagai kelompok umur dapat digunakan hanya sesuai peraturan perundangundangan bahwa setiap warga negara berhak mewujudkan derajat kesehatannya yang optimal termasuk usia lanjut. Usia lanjut adalah sesuatu proses alami yang tidak dapat dihindari. Umur manusia sebagai makhluk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam maksimal sekitar 6 ( enam ) kali masa bayi sampai dewasa, atau 6 x 20 tahun = 120 tahun. Saat ini masih banyak usia lanjut yang produktif belum dimanfaatkan dalam menunjang pembangunan dan belum terselenggaranya kerjasama lintas program maupun lintas sektoral dalam mendukung pembinaan kesehatan usia lanjut yang mantap. Oleh sebab itu pembinaan dan pelayanan kesehatan usia lanjut perlu dilakukan sebaik mungkin dalam terciptanya keluarga yang sejahtera.

2.      UPAYA PEMBINAAN DAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT
A.       Pengertian-Pengertian
Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh dibidang kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Tempat pelayanan kesehatan tersebut bisa dilaksanakan di Puskesmas- Puskesmas ataupun Rumah Sakit serta Panti- panti dan institusi lainya. Tekhnologi tepat guna dalam upaya kesehatan usia lanjut adalah tekhnologi yang mengacu pada masa usia lanjut setempat, yang didukung oleh sumber daya yang tersedia di masyarakat, terjangkau oleh masyarakat diterima oleh masyarakat sesuai dengan azas manfaat. Peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan usia lanjut adalah peran serta masyarakat baik sebagai pemberi peJayanan kesehatan maupun penerima pelayanan yang berkaitan dengan mobilisasi sumber daya dalam pemecahan masalah usia lanjut setempat dan dalam bentuk pelaksanan pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan usia lanjut setempat.
B.     Tujuan Dan Sasaran Pembinaan :
1.      Tujuan Umum
Meningkatakan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyakat sesuai dengan keberadaannya dalam strata kemasyarakatan.
2.      Tujuan Khusus
·         Meningkatkan kesadaran pada usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya.
·         Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam menghayati dan mengatasi kesehatan usia lanjut.
·         Meningkatkan jenis dan jangkauan kesehatan usia lanjut.
·         Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.

3.      Sasaran pembinaan Secara Langsung
4.      Kelompok usia menjelang usia lanjut ( 45 -54 tahun ) atau dalam virilitas dalam keluarga maupun masyarakat luas.
5.      Kelompok usia lanjut dalam masa prasenium ( 55 -64 tahun ) dalam keluarga, organisasi masyarakat usia lanjut dan masyarajat umumnya.
6.      Kelompok usia lanjut dalam masa senescens ( >65 tahun ) dan usia lanjut dengan resiko tinggi ( lebih dari 70 tahun ) hidup sendiri, terpencil, hidup dalam panti, penderita penyakit berat, cacat dan lain-lain.
7.      Sasaran Pembinaan Tidak Langsung
·         Keluarga dimana usia lanjut berada.
·         Organisasi sosial yang bergerak didalam pembinaan kesehatan usia lanjut.
·         Masyarakatluas.


C.     Pelayanan Kesehatan Dan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Usia Lanjut
Pelayanan usia lanjut ini meliputi kegiatan upaya-upaya antara lain:
a.       Upaya promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Upaya promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan, dimana penyuluhan masyarakat usia lanjut merupakan hal yang penting sebagai penunjang program pembinaan kesehatan usia lanjut yang antara lain adalah :

·         Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini penurunan kondisi kesehatannya, teratur dan berkesinambungan memeriksakan kesehatannya ke puskesmas atau instansi pelayanan kesehatan lainnya.
·         Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut agar tetap merasa sehat dan segar.
·         Diet seimbang atau makanan dengan menu yang mengandung gizi seimbang.
·         Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
·         Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan kegemaran atau hobinya secara teratur dan sesuai dengan kemampuannya.
·         Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan kelompok sosial.
·         Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti merokok, alkhohol, kopi , kelelahan fisik dan mental.
·         Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar

b.      Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya
penyakit maupun kompilikasi penyakit yang disebabkan oleh proses ketuaan.
Upaya preventif dapat berupa kegiatan :
·         Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan secara dini penyakit-penyakit usia lanjut
·         Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut serta tetap merasa sehat dan bugar.
·         Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya kacamata, alat bantu pendengaran agar usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna
·         Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan pada usia lanjut.
·         Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

c.       Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat berupa
kegiatan:
·         Pelayanan kesehatan dasar
·         Pelayanan kesehatan spesifikasi melalui sistem rujukan

d.      Upaya rehabilitatif yaitu upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun.
Yang dapat berupa kegiatan :
·         Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya alat pendengaran dan lain -lain agar usia lanjut dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna sesuai kebutuhan dan kemampuan. .
·         Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat mental penderita
·         Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi , aktifitas di dalam maupun diluar rumah.
·         Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.
·         Perawatan fisio terapi.

Disamping upaya pelayanan diatas dilaksanakan yang tidak kalah penting adalah penyuluhan kesehatan masyarakat yang merupakan bagian integral daripada setiap program kesehatan. Adapaun tujuan khusus program penyuluhan kesehatan masyarakat pada usia lanjut ditujukan kepada :
·         Kelompiok usia lanjut itu sendri
·         Kelompok keluarga yang memiliki usia lanjut
·         Kelompok masyarakat lingkungan usia lanjut
·         Penyelenggaraan kesehatan
·         Lintas sektoral ( Pemerintah dan swasta )
Sedangkan penyuluhan kesehatan masyarakat ads usia lanjut terdiri dari :
1.      Komponen Penyebarluasan Informasi kesehatan dengan melakukan kegiatan :
·         Mengembangkan, memproduksi dan menyebarluaskan bahan-bahan penyuluhan kesehatan masyarakat usia lanjut.
·         Meningkatkan sikap, kemampuan dan motivasi petugas puskesmas dan rujukan serta masyarakat di bidang kesehatan masyarakat usia lanjut.
·         Melengkapi puskesmas den rujukannya dengan sarana den bahan penyuluhan.
·         Meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak termasuk media masa agar pesan kesehatan masyarakat usia lanjut menjadi bagian integral.
·         Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat umum den kelompok khusus seperti daerah terpencil, transmigrasi dan lain-lain.
·         Melaksanakan pengkajian den pengembangan serta pelaksanaan tekhnologi tepat guna dibidang penyebarluasan informasi.
·         Melaksanakan evaluasi secara berkala untuk mengukur dampak serta meningkatkan daya guna dan hasil guna penyuluhan.
·         Menyebarluaskan informasi secara khusus dalam keadaan darurat seperti wabah, bencana alam, kecelakaan.

2.      Komponen pengembangan potensi swadaya masyarakat di bidang kesehatan dengan kegiatan antara lain:

·         Mengembangkan sikap, kemampuan dan motivasi petugas Puskesmas dan pengurus LKMD dalam mengembangkan potensi swadaya masyarakat di bidang kesehatan.
·         Melaksanakan kemampuan dan motivasi terhadap kelompok masyarakat termasuk swasta yang melaksanakan pengembangan potensi swadaya masyarakat dibidang kesehatan usia lanjut secara sistematis dan berkesinambungan.
·         Mengambangkan, memporoduksi dan menyebarluaskan pedoman penyuluhan kesehatan usia lanjut untuk para penyelenggaraan penyuluhan, baik pemerintah maupun swasta.
3.      Komponen Pengembangan Penyelengaraan penyuluhan dengan kegiatan :
·         Menyempurnakan kurikulum penyuluhan kesehatan usia lanjut di sekolahsekolah kesehatan.
·         Melengkapi masukan penyuluhan pada usia lanjut.
·         Menyusun modul pelatihan khusus usia lanjut untuk aparat diberbagai tingkat. Adapun langkah-langkah dari penyuluhan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

Ø  Perencanaan sudah dimulai dengan kegiatan tersebut diatas dimana masalah kesehatan, masyarakat usia lanjut dan wilayahnya jelas sudah diketahui.
Ø  Pelaksanaan penyuluhan kesehatan masyarakat usia lanjut harus berdaya guna serta berhasil guna.
Ø  Merinci tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang yang harus jelas, realisis dan bisa diukur.
Ø  Jangkauan penyuluhan harus dirinci, pendekatan ditetapkan dan dicapai lebih objektif, rasional hasil sasarannya.
Ø  Penyusunan pesan-pesan penyuluhan.
Ø  Pengembangan peran serta masyarakat, kemampuan penyeleggaranan benarbenar tepat guna untuk dipergunakan.
Ø  Memilih media atau saluran untuk mengembangkan peran serta masyarakat dan kemampuan penyelenggaranan. Dengan langkah-langkah rencana penyuluhan beserta semua sumber daya dan temuan yang diperoleh, dilaksanakan upaya penyuluhan dengan menyusun, menyepakati dan menjelankan suatu jadwal pelaksanaan kegiatan yang jelas dengan menguraikan kapan ( waktu ) dimana ( tempat ),dan siapa ( kelompok sasaran) , bagaimana ( metode dan media ), apa (pesan-pesan ).


4.      Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Dasar Usia Lanjut
Yang dimaksud dengan asuhan keperawatan adalah bantuan bimbingan penyuluhan, pengawasan atau perlindungan yang diberikan oleh seorang perawat/bidan untuk memenuhi kebutuhan pasien atau kelompok. Pada usia lanjut ditemukan berbagai masalah secara individu. Prinsip pemberian asuhan keperawatan berdasarkan kebutuhan pasien atau kelompok. Asuhan keperawatan dapat diberikan di rumah maupun institusi ( panti dan puskesmas ) dan dapat dilakukan oleh keluarga atau petugas panti yang telah dilatih.

Asuhan keperawatan dasar bagi kelompok usia lanjut ditujukan kepada :
·         Kelompok yang masih aktif dimana mereka yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga kebutuhan sehari-hari dapat dilaksanakan sendiri. Walaupun demikian periu mendapat bimbingan dan pengawasan untuk mencegah terjadinya faktor resiko tinggi agar tidak mempecepat ketergantungan dengan orang lain. Adapun bimbingan dan pengawasan berupa kebersihan perorangan , kebersihan lingkungan, makanan dan kesegaran jasmani.
·         Kelompok usia lanjut pasif yang keadaan fisiknya memerlukan banyak pertolongan orang lain. Yang harus diperhatikan pada usia lanjut yang tinggal di tempat tidur adalah kebersihan perorangan, lingkungan, makanan, mencegah decubitus.











PENUTUP

Jumlah usia lanjut yang meningkat saat ini akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik fisik, mental maupun sosial ekonomi. Untuk itu perlu pengkajian masalah usia yang lebih mendasar agar tercapai tujuan pembinaan kesehatan usia yaitu mewujudkan derajat kesehatan serta optimal. Dalam peningkatan peranan serta masyarakat dapat dilaksanan dengan bentuk penyuluhan kesehatan yang melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanan dan penilaian upaya kesehatan usia lanjut dalam rangka menciptakan kemadirian masyarakat.
















REFERENSI :

Darmojo, R. Boedhi.,dkk.1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahjudi.2000. Keperawatan Gerontik.Jakarta : EGC
Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4.Jakarta :EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar