Selasa, 22 Februari 2011

Kep. Medikal Bedah (APPENDISITIS)

APPENDISITIS

I. PENGERTIAN

Appendisitis adalah inflamasi akut pada appendisits verniformis dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner & Suddart, 1997)

II. ETIOLOGI

Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh:

a. Fekalis/ massa keras dari feses

b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid

c. Benda asing

III. PATOFISIOLOGI

Appendisitis yang terinflamasi dan mengalami edema. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intra luminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif dalam beberapa jam, trlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen. Appendiks terinflamasi berisi pus

IV. PATHWAYS

Idiopatik makan tak teratur Kerja fisik yang keras




Massa keras feses

Obstruksi lumen

Suplay aliran darah menurun

Mukosa terkikis


· Perforasi Peradangan pada appendiks distensi abdomen

· Abses

· Peritonitis Nyeri

Menekan gaster

Appendiktomy pembatasan intake cairan peningk prod HCL

Insisi bedah mual, muntah

Resiko kurang volume cairan

Resiko terjadi infeksi

Terputusnya kontinuitas jaringan

Nyeri

V. TANDA DAN GEJALA

· Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan

· Mual, muntah

· Anoreksia, malaisse

· Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney

· Spasme otot

· Konstipasi, diare

(Brunner & Suddart, 1997)

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

· Sel darah putih : lekositosis diatas 12000/mm3, netrofil meningkat sampai 75%

· Urinalisis : normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada

· Foto abdomen: Adanya pergeseran material pada appendiks (fekalis) ileus terlokalisir

· Tanda rovsing (+) : dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran kanan bawah

(Doenges, 1993; Brunner & Suddart, 1997)

VII. KOMPLIKASI

· Komplikasi utama adalah perforasi appediks yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses apendiks

· Tromboflebitis supuratif

· Abses subfrenikus

· Obstruksi intestinal

VIII. PENATALAKSANAAN

· Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan

· Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedhan dilakukan

· Analgetik diberikan setelah diagnosa ditegakkan

Apendektomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.

(Brunner & Suddart, 1997)

IX. PENGKAJIAN

1. Aktivitas/ istirahat: Malaise

2. Sirkulasi : Tachikardi

3. Eliminasi

· Konstipasi pada awitan awal

· Diare (kadang-kadang)

· Distensi abdomen

· Nyeri tekan/lepas abdomen

· Penurunan bising usus

4. Cairan/makanan : anoreksia, mual, muntah

5. Kenyamanan

Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau nafas dalam

6. Keamanan : demam

7. Pernapasan

· Tachipnea

· Pernapasan dangkal

(Brunner & Suddart, 1997)

X. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

1. Resiko tinggi terjadi infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan utama, perforasi,peritonitis sekunder terhadap proses inflamasi

Tujuan : tidak terjadi infeksi

Kriteria:

· Penyembuhan luka berjalan baik

· Tidak ada tanda infeksi seperti eritema, demam, drainase purulen

· Tekanan darah >90/60 mmHg

· Nadi <>

· Abdomen lunak, tidak ada distensi

· Bising usus 5-34 x/menit

Intervensi:

a. Kaji dan catat kualitas, lokasi dan durasi nyeri. Waspadai nyeri yang menjadi hebat

b. Awasi dan catat tanda vital terhadap peningkatan suhu, nadi, adanya pernapasan cepat dan dangkal

c. Kaji abdomen terhadap kekakuan dan distensi, penurunan bising usus

d. Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptik

e. Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka/drain, eriitema

f. Kolaborasi: antibiotik

2. Nyeri b.d distensi jaringan usus oleh onflamasi, adanya insisi bedah

Kriteria hasil:

· Persepsi subyektif tentang nyeri menurun

· Tampak rileks

· Pasien dapat istirahat dengan cukup

Intervensi:

a. Kaji nyeri. Catat lokasi, karakteristik nyeri

b. Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler

c. Dorong untuk ambulasi dini

d. Ajarkan tehnik untuk pernafasan diafragmatik lambat untuk membantu melepaskan otot yang tegang

e. Hindari tekanan area popliteal

f. Berikan antiemetik, analgetik sesuai program

3. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuhb.d inflamasi peritoneum dengan cairan asing, muntah praoperasi, pembatasan pasca operasi

Kriteria hasil;

· Membran mukosa lembab

· Turgor kulit baik

· Haluaran urin adekuat: 1 cc/kg BB/jam

· Tanda vital stabil

Intervensi:

a. Awasi tekanan darah dan tanda vial

b. Kaji turgor kulit, membran mukosa, capilary refill

c. Monitor masukan dan haluaran . Catat warna urin/konsentrasi

d. Auskultasi bising usus. Catat kelancara flatus

e. Berikan perawatan mulut sering

f. Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan peroral dimulai dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi

g. Berikan cairan IV dan Elektrolit

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang informasi

Kriteria:

· Menyatakan pemahamannya tentang proese penyakit, pengobatan

· Berpartisipasidalam program pengobatan

Intervensi

a. Kaji ulang embatasan aktivitas paska oerasi

b. Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahatperiodik

c. Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan, pembatasan mandi

d. Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh peningkatan nyeri, edema/eritema luka, adanya drainase

(Doenges, 1993)

DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, Marilynn E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta. EGC

2. Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4. Jakarta. EGC

3. Smeltzer, Bare (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC

4. Swearingen. (1996). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2. K\Jakarta. EGC

2 komentar:

  1. Bg mana LK nya ???
    Lagi butuh LK hemoroid bg -___-

    BalasHapus
  2. gak pernah dapat kasus hemoroid kk dek, heheh,, dah d cari d internet blom ?

    BalasHapus