Senin, 21 Februari 2011

Artritis Rematoid

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian

Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.

Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang.

2. Etiologi

AR adalah suatu penyakit otoimun yang timbul pada individu – individu yang rentang setelah respon imun terhadap agen pencetus yang tidak diketahui. Faktor pencetus mungkin adalah suatu bakteri, mikoplasma, virus yang menginfeksi sendi atau mirip dengan sendi secara antigenis. Biasanya respon antibodi awal terhadap mikro-organisme diperatarai oleh IgG. Walaupun respon ini berhasil mengancurkan mikro-organisme, namun individu yang mengidap AR mulai membentuk antibodi lain biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi Ig G semula. Antibodi ynng ditujukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut faktor rematoid ( FR ). FR menetap di kapsul sendi, dan menimbulkan peradangan kronik dan destruksi jaringan AR diperkirakan terjadi karena predisposisi genetik terhadap penyakit autoimun.


3. Manifestasi Klinis

a. Ditetapkan dengan tahapan dan keparahan penyakit.

b. Nyeri sendi, bengkak, hangat, eritema, dan kurang berfungsi adalah gambaran klinis yang klasik.

c. Palpitasi persendian menunjukan jaringan spon atau boggi.

d. Seringkali dapat diaspirasi cairan dari sendi yang mengalami pembengkakan.

Pola karakteristik dari persendian yang terkena :

a. Mulai pada persendian kecil ditangan, pergelangan , dan kaki.

b. Secara progresif menenai persendian, lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular.

c. Awitan biasnya akut, bilateral, dan simetris.

d. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, dan nyeri ; kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari 30 menit.

e. Deformitasi tangan dan kaki adalah hal yang umum.

Gambaran Ekstra-artikular

a. Demam, penurunan berat badan, keletihan, anemia.

b. Fenomena Raynaud.

c. Nodulus rheumatoid, tidak nyeri tekan dan dapat bergerak bebas, di temukan pada jaringan subkutan di atas tonjolan tulang.

5. Evaluasi Diagnostik

a. Beberapa faktor yang menujang diagnosa AR: nodulus reumatoid, inflamasi sendi, temuan laboraturium.

b. Faktor reumatoid ( FR ) terdapat lebih dari 80% pada darah pasien.

c. Jumlah sel darah merah dan komponen komplemen C4 menurun.

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Tes serologic

1) Faktor rematoid – 70% pasien bersifat seronegatif.

Catatan: 100% dengan factor rematoid yang positif jika terdapat nodul atasindroma Sjogren.

2) Antibodi antinukleus (AAN)- hasil yang positif terdapat pada kira-kira 20 kasus.

b. Foto sinar X pada sendi-sendi yang terkena. Perubahan-perubahan yang dapat di temukan adalah:

1) Pembekakan jaringan lunak.

2) Penympitan rongga sendi.

3) Erosi sendi.

4) Osteoporosis juksta artikuler.

c. Untuk menilai aktivitas penyakit :

1) Erosi progresif pada foto sinar X serial.

2) LED. Ingat bahwa diagnosis banding dari LED yang meningkat pada artritis reumatoid meliputi :

§ Penyakit aktif

§ Amiloidosis

§ Infeksi

§ Sindroma Sjorgen

§ Anemia – berat ringannya anemia normakromik biasanya berkaitan dengan aktifitas.

§ Titer factor rematoid – makin tinggi titernya makin mungkin terdapat kelainan ekstra artikuler. Faktor ini terkait dengan aktifitas artritis.

7. Komplikasi

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.

Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

8. Penatalaksanaan

Tujuan dari penatalaksanaan termasuk penyuluhan, keseimbangan antara istirahat dan latihan, dan rujukan lembaga di komunitas untuk mendapatkan dukungan.

a. AR dini : penatalaksanaan pengobatan termasuk dosis terapeutik salisilat atau obat – obat antiinflamasi nonsteroid ( NSAIDS ); antimalaria emas, pensilamin, atau sulfasalazin, methotreksat; analgetik selama periode nyeri hebat.

b. AR sedang , erosit: program formal terapi okupasi dan terapi fisik.

c. AR persisten, erisif; pembedahan rekonstruksi dan kortikosteroid.

d. AR tahap lanjut yang tak pulih: preparat immunosupresif, seperti metotreksat, siklosfosfamid, dan azatioprin.

e. Pasien AR sering mengalami anoreksia, penurunan berat badan, dan anemia, sehingga membutuhkan pengkajian riwayat diit yang sangat cermat untuk mengidntifikasi kebiasaan makan dan makanan yang disukai. ( kortikosteroid dapat menstimulasi napsu makan dan menyebabkan penambahan berat badan ).

9. Prognosis

Perjalanan penyakit artritis reumatoid sangat bervariasi, bergantung pada ketaatan pasien untuk berobat dalam jangka waktu lama. Sekitar 50 – 70% pasien artritis reumatoid akan mengalami prognosis yang lebih buruk. Golongan ini umumya meninggi 10 – 15 tahun lebih cepat dari pada orang tanpa arthritis rheumatoid. Penyebab kematiannya adalah infeksi, penyakit jantung, gagal pernapasan, gagal ginjal, dan penyakit saluran cerna. Umumnya mereka memiliki keadaan umum yang buruk, lebih dari 30 buah sendi yang mengalami peradangan, dengan manifestasi ekstraartikuler, dan tingkat pendidikan yang rendah. Golongan ini memerlukan terapi secara agresif dan dini karena kerusakan tulang yang luas dapat terjadi dalam 2 tahun pertama.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Kaji citra diri pasien yang berhubungan dengan perubahan muskuloskletal dan tetapkan apakah pasien mengalami keletihan yang tidak lazim, kelemahan umum, nyeri, kaku pada pagi hari, demam, atau anoraksia.

b. Kaji sistem kardiovaskular, pulmonal, dan renal.

c. Kaji persendian dengan pengamatan, palpasi, penyelidikan adanya nyeri tekan, bengkak , dan kemerahan pada sendi yang terkena.

d. Kaji mobilitas sendi, batasan gerak, dan kekuatan otot.

e. Fokuskan pada pengidentifikasi masalah dan faktor – faktor pasien.

f. Kaji kepatuhan terhadap pengobatan dan penatalaksanaan diri.

g. Kumpulan informasi mengenai pemahaman pasien, motivasi, pengetahuan, kemampuan koping, penglaman masa lalu, persepsi dan ketakutan yang tidak diketahui.

Pemeriksaan fisik :

Pemeriksaan umum yang lengkap penting di lakukan. Disamping menilai adanya sinovasi pada setiap sendi, perhatian juga hal –hal berikut ini :

a. Keadaan umum – komplikasi steroid, berat badan.

b. Tangan – meliputi vaskulitasi dan fungsi tangan.

c. Lengan – siku dan sendi bahu, nodul rematoid dan pembesaran kelenjar limfe aksila.

d. Wajah. Periksa mata untuk sindroma Sjorgen, skleritis, episkleritis, skleromalasia perforans, katarak, anemia dan tanda – tanda hiperviskositas pada fundus. Kelenjar parotis membesar ( sinroma Sjogren ). Mulut ( kering, karies dentis, ulkus ), suara serak, sendi temporomandibula ( krepitus ). Catatan : artritis rematoid tidak menyebabkan iritasi.

e. Leher – adanya tanda – tanda terkenanya tulang servikal.

f. Toraks. Jantung ( adanya perikarditis, defek konduksi, inkompetensi katup aorta dan mitral ). Paru – paru ( adanya efusi pleural, fibrosis, nodul infark, sindroma Caplan ).

g. Abdomen – adanya splenomegali dan nyeri tekan apigastrik.

h. Panggul dan lutut.

i. Tungkai bawah – adanya ulkus, pembengkakan betis ( kista Baker yang reptur ) neuropati, mononeuritis multipleks dan tanda – tanda kompresi medulla spinalis.

j. Kaki.

k. Urinalisis untuk protein dan darah, serta pemeriksaan rektum untuk menentukan adanya darah.

2. Dioagnosa Keperawatan

a. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi, kerusakan jaringan, dan immobilitas sendi.

b. Kerusakan immobilitas fisik yang berhubungan dengan keterbatasan gerakan sendi.

c. Gangguan konsep diri yang berhubungan dengan ketergantungan fisik dan psikologis dari penyakit kronis dan kehilangan kebebasan.


3. Rencana Tindakan

No.

Diagnosa Keperawatan

Tujuan/Kriteria Hasil

Intervensi

Rasionalisasi

1.

2.

3.

Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi, kerusakan jaringan, dan immobilitas sendi.

Kerusakan immobilitas fisik yang berhubungan dengan keterbatasan gerakan sendi.

Gangguan konsep diri yang berhubungan dengan ketergantungan fisik dan psikologis dari penyakit kronis dan kehilangan kebebasan.

Nyeri berkurang sampai dengan hilang dengan kriteria hasil klien melaporkan tidak ada nyeri lagi.

Kerusakan immobilitas dapat diatasi dengan kriteria hasil klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri.

Konsep diri klien positif dengan kriteria hasil klien dapat menerima penyakitnya dan bersedia merubah gaya hidupnya.

Mandiri :

1. Kaji tingkat nyeri.

2. Ajarkan dan lakukan teknik – teknik penatalaksanan nyeri untuk penatalaksanaan jangka pendek segera ( misal gunakan kompres panas dan dingin, istirahat, dan analgesik ).

3. Ajarkan tentang penatalaksaan nyeri jangka panjang ( misal penggunaan obat – obat antiinflamasi, menetapkan regimen latihan untuk mempertahankan mobilitas sendi, dan teknik – teknik relaksasi ).

4. Berikan tindakan yang menghasilkan rasa nyaman ketika memberikan perawatan.

5. Buat pengharapan yang realitis sehingga pasien dan orang terdekat mengenali bahwa nyeri dapat dikontrol tergantung pada aktivitas penyakit.

Mandiri :

1. Hilangkan nyeri menetap dan kekakuan pada pagi hari untuk meningkatkan kemampuan mobilitas dan perawatan diri pasien.

2. Bantu dan ajarkan dan / atau latihan rentang gerak aktif setelah tindakan kompres panas.

3. Kembangkan dan ajarkan rencana program latihan setiap hari .

4. Observasi toleransi pasien terhadap program latihan.

5. Dorong aktivitas perawatan diri dan kemandirian.

6. Pertahankan periode istirahat terencana.

7. Pertahankan lingkungan yang aman.

Mandiri :

1. Coba untuk memahami reaksi emosional pasien terhadap penyakit.

2. Beri semangat untuk melakukan komunikasi sehingga pasien dan keluarga dapat mengungkapkan perasaan, persepsi, dan ketakutannya yang berhubungan dengan penyakit.

3. Beri dorongan pada pasien dan keluarga untuk patuh terhadap program penatalaksanaan sehingga memungkinkan untuk mencapai hasil yang lebih positif.

4. Anjurkan mengungkapkan rasa takut dan ansietes terhadap proses penyakit.

5. Bantu pasien dalam memilih keterampilan.

6. Terima perubahan prilaku: menyangkal, ketidakberdayaan, ansietas, ketergantungan.

7. Bersikap suportif tetapi tegas dalam menyusun tujuan.

8. Tingkatkan perawatan diri dan libatkan dalam perencanaan perawatan.

9. Dorong kemandirian dan berikan penghargaan trhadap penyelesaian tugas.

10. Modivikasi lingkungan dan sediakan waktu untuk pasien mencapai tujuan.

11. Diskusikan perlunya pembatasan dan perubahan gaya hidup ; berikan empati dan pemahaman.

untuk mengetahui seberapa keluhan nyeri klien sehingga meudahkan untuk menyusun rencana tindakan.

Untuk mengurangi rasa nyeri.

Agar klien dapat emmahami rasa nyerinya dan dapat membuat koping yang efektif.

Agar tidak menmbah rasa tidak nyaman kepada klien.

Agar klien dan keluarga mengetahui penyebab nyeri dan dapat membuat koping yang efektif.

Nyeri hilang maka klien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuannya.

Menambah pengetahuan klien serta memnuhi kebutuhan aktivitas klien, mencegah terjadinya kekakuan sendi dan kompres dapat mengurangi rasa nyeri.

Agar aktivitas terencana sehingga dapat terlaksana dengan baik.

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan klien.

Menciptakan kemandirian klien.

Agar klien tidak terlalu lelah yang dapat membahayakan klien.

Mencegah terjadinya resiko cedera pada klien.

Memahami emosi klien dapat menumbuhkan rasa percaya klien terhadap perawat.

Motivasi adalah hal yang terpenting untuk meningkatkan harga diri klien.

Agar tujuan tercapai dengan maksimal.

Pengungkapan persaan dapat mengurangi rasa cemas klien.

Agar klien mendapatkan masukan dan merasa dirinya diperhatikan.

Penerimaan yang ditunjukkan oleh perawat memberi rasa kepercayaan terhadap klien sehingga klien merasa dirinya diterima.

Agar tujuan tercapai dengan maksimal.

Memberi perasaan dibutuhkan kepada klien sehingga harga diri klien meningkat.

Menumbuhkan rasa percaya diri klien.

Agar kebutuhan dan keluhan klien dapat teratasi.

Agar klien mengetahui penyakitnya sehingga dapat merubah gaya hidup dan memperingan penyakitnya.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan




Artritis reumatoid merupakan radang yang umumnya menyerang pada sendi-sendi tangan dan kaki, yang semakin lama semakin bertambah berat sakitnya.
Gejalanya : Kedua tangan terasa kaku pada pagi hari lebih dari setengah jam. Tidak enak badan, kaku dan nyeri pada sendi, bengkak, semu merah dan terasa hangat. Penyebabnya adalah dapat berasal dari faktor genetik atau faktor resiko lingkungan tertentu yang dapat menyebabkan kekacauan daya tahan tubuh atau gangguan autoimun. Gangguan autoimun dapat menyebabkan gangguan Artritis Reumatoid.

Pencegahannya antara lain istirahat yang cukup, pakailah kaos kaki atau sarung tangan sewaktu tidur malam hari dan kurangi aktivitas yang berat secara perlahan-lahan.

B. Saran

1. Untuk mahasiswa seharusnya benar-benar memahami konsep dasar penyakit atritis rematoid sehingga dapat menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif kepada klien denagn atritis rematoid.

2. Untuk institusi pendidikan hendaknya lebioh melengkapi literatur yang berkaitan dengan penyakit ini, sehingga memudahkan mahasiswa dalam pembuatan makalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar