Senin, 14 Desember 2009

asuhan keperawatan Plasenta previa




plasenta previa

BAB I
TINJAUAN TEORITIS

1.1. Defenisi.
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.(Arief Mansjoer,2001. hal : 276).

1.2. Klasifikasi.
Menurut de snoo, berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm :
a. Plasenta previa sentralis (totalis) : bila pada pembukaan 4-5cm teraba plasenta menutupi seluruh ostea.
b. Plasenta previa lateralis : bila pada pembukaan 4-5cm sebagian pembukaan ditutupi oleh plasenta, ini dibagi atas 2 lagi, yaitu :
(1). Plasenta previa lateralis posterior : bila sebagian menutupi ostea bagian belakang.
(2). Plasenta previa lateralis anterior : bila menutupi ostea bagian depan.
(3). Plasenta previa marginalis : bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostea yang ditutpi plasenta.

Menurut penulis buku-buku Amerika Serikat :
(1). Plasenta Previa totalis : seluruh ostea ditutupi uri.
(2). Plasenta previa partialis : sebagian ditutupi uri.
(3). Plasenta letak rendah : pinggir plasenta berada 3-4 cm ostea diatas pinggir pembukaan pada periksa dalam tidak teraba.

Menurut Browne :
(1). Tingkat I : Lateral plasenta previa.
Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai kesegmen bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.
(2). Tingkat II : Marginal plasenta previa
Plasenta mencapai pinggir pembukaan (ostea).
(3). Tingkat III : Complete plasenta previa.
Plasenta menutupi ostea waktu tertutup, dan tidak menutupi bila pembukaan hampir lengkap.
(4). Tingkat 4 : Central plasenta previa.
Plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkappun.

Menurut Penulis lain Plasenta previa dibagi menurut plasenta uri yang menutupi pembukaan, yaitu :
(1). Plasenta previa : 25%,50%,75%,100%.
(2). Plasenta previa servikalis : bila sebagian plasenta tumbuh masuk kanalis servikalis.

1.3. Etiologi.
Belum diketahui pasti. Bermacam-macam teori dan factor-faktor dikemukakan sebagai etiologinya sebagai berikut :
a. Endometrium yang inferior.
b. Chorion leave yang persistens
c. Korpus luteum yang bereaksi lambat

Menurut strassmann bahwa factor terpenting adalah vaskularisasi yang kurang pada desidua oleh karena atrofis dan peradangan. Sedangkan Browne menekankan bahwa factor terpenting adalah vili khorial pada desidua kapsularis yang persisten.
Faktor-faktor etiologi, terdiri dari :
a. Umur dan paritas.
1. pada primigravida umur diatas 35 tahun lebih sering dari umur dibawah 25 tahun.
2. Pada paritas tinggi lebih sering dari paritas rendah.
3. Di Indonesia menurut Toha plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas kecil : hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda di masa endometrium masih belum matang (inferior)
b. Endometrium hipoplastis : kawin dan hamil umur muda
c. Endometrium bercacad pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, kuretese dan manual plasenta.
d. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.
e. Adanya tumor-tumor : mioma uteri, plip endometrium
f. Kadang-kadang pada malnutrisi.

1.4. Patofisiologi.
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan permukaan serviks menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.

1.5. Manifestasi Klinis.
Perdarahan pada plasenta previa terjadi pada trimester III tanpa rasa sakit pada saat atau sedang melakukan aktivitas. Mekanisme perdarahan karena pembentukan segmen bawah rahim menjelang kehamilan aterm sehingga plasenta lepas dari implantasi dan menimbulkan perdarahan. Bentuk perdaahan dapat sedikit atau banyak dan menimbulkan anemia sampai dengan syok. Sedangkan untuk janin dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam rahim. Implantasi plasenta disegmen bawah rahim menyebabkan bagian terendah tidak mungkin masuk PAP, atau menimbulkan kelainan letak janin dalam rahim.

1.6. Pemeriksaan Diagnostik.
a. Pemeriksaan Laboratorium.
Penghitungan darah lengkap terhadap peradangan tujuan derajat anemia. Golongan darah dan rhesus : kecepatan dan luasnya perdarahan menentukan perlunya pergantian darah terutama hemoglobin dan hematokritnya.
b. USG untuk diagnosis pasti, yaitu menentukan letak plasenta.
c. Amniosintesis : penentuan ratio lesitin-sfingomielin didalam cairan amnion.

1.7. Komplikasi.
Komplikasi plasenta previa terdiri dari :
a. Prolaps tali pusat.
b. Prolaps Plasenta.
c. Plasenta melekat sehingga harus dikeluarkan manual dan dibersihkan dengan kerokan.
d. Robekan2 jalan lahir karena tindakan
e. Perdarahan post partum
f. Infeksi karena perdarahan yang banyak.
g. Bayi premakuritas atau kelahiran mati.
h. Syok hipovolemik
i. Plasenta akreta

Pengaruh plasenta previa pada kehamilan :
a. Karena dihalangi oleh plasenta maka bagian terbawah janin tidak terfiksir ke dalam pintu atas panggul, maka terjadilah kesalahan2 letak janin, letak sungsang, letak lintang.
b. Sering terjadi partus prematurus karena : rangsangan koagulum darah pada serviks dan jika plasenta lepas. Kadar progesterone menurun maka terjadi His, juga lepasnya plasenta dapat merangsang His karena VT.


Pengaruh plasenta previa pada partus :
a. Letak janin yang tidak normal menyebabkan partus menjadi patologik.
b. Pada plasenta previa lateralis ketukan pecah, atau dipecahkan dapat terjadi prolaps funikuli.
c. Sering dijumpai inersia primer
d. Perdarahan.

1.8. Penatalaksanaan.
a. Penanganan Pasif.
- Perhatian ! tiap tiap perdarahan triwulan III yang lebih dari show (perdarahan inisial) harus dikirim ke RS tanpa melakukan suatu manipulasi apapun baik rectal apalagi vaginal.
- Apabila ada penilaian yang baik, perdarahan sedikit janin yang masih hidup, belum inpartu, kehamilan belum cukup 30 minggu atau BB janin dibawah 500 mg. Kehamilan dapat ditunda dengan istirahat beri obat2an : spasmolitika, progestia atau progesterone.
- Sambil mengawasi periksa golongan darah dan siapkan donor transfusi darah, kehamilan dipertahankan setua mungkin supaya janin terhindar dari prematue.
- Bila dijumpai ibu hamil yang disangka plasenta previa kirim segera ke RS, dimana fasilitas transfusi dan operasi ada.
- Bila anemia beri transfusi darah dan obat-obatan tambah daah.
b. Memilih cara persalinan pada plasenta previa.
Faktor2 yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang dipilih :
1. Jenis plasenta previa.
2. Perdarahannya banyak, sedikit berulang-ulang
3. Keadaan ibu stabil
4. Keadaan jabib hidup, gawat, mati
5. Pembukaan jalan lahir
6. Paritas atau jumlah anak hidup.
7. Fasilitas

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PLASENTA PREVIA


2.1. Pengkajian.
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama.
Pada umumnya pasien dengan kasus plasenta previa dapat mengeluhkan terjadinya perdarahan pervagina baik banyak maupun sedikit pada usia kehamilan masuk pada 28 minggu kehamilan. Sifat perdarahannya tanpa sebab dan nyeri
c. Riwayat kesehatan pasien.
1. Riwayat kesehatan masa lalu, dimana klien pernah mengalami operasi, persalinan berulang-ulang, kuretese atau manual plasenta, malnutrisi. Selain itu pasien yang kawin dan hamil umur muda dimana endometrium belum siap menerima hasil dari konsepsi ataupun pasien yang primigravida umur diatas 35 tahun.
2. Riwayat kesehatan sekarang : dimana pasien mengalami adanya perdarahan.
3. Riwayat kesehatan keluarga : sampai saat ini belum ada yang menyatakan kalau plasenta previa merupakan penyakit keturunan.
d. Pemeriksaan Fisik.
1. Pada inspeksi.
Dapat dilihat adanya perdarahan yang keluar pervaginam banyak, sedikit, darah beku dan sebagainya. Dan ibu akan tampak pucat dan anemis.
2. Palpasi.
Terutama pada palpasi abdomen terjadi janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah, sering dijumpai kesalahan letak janin, bagian terbawah janin belum turun, jika letak kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak diatas pintu atas panggul. Bila cukup pengalaman, dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim, terutama pada ibu kurus.
3. Pemeriksaan inspekulor.
Pemeriksaan ini harus dengan hati-hati untuk melihat dari mana asal perdarahan apakah dari dalam uterus atau dari kelainan serviks, vagina, varises pecah dan lainnya.
4. Pemeriksaan dalam.

e. Pemeriksaan penunjang.
- USG/ Ultra Sonografi.
- Pemeriksaan Radio-isotopik

2.2. Diagnosa Keperawatan.
1. Kekurangan volume cairan akibat kehilangan aktif berhubungan dengan kehilangan vaskularisasi berlebihan.
2. Perubahan perfusi jaringan uteroplasentar berhubungan dengan hipovolemi.
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan ancaman kematian/ kehilangan janin.
4. Resiko tinggi terhadap cedera ibu berhubungan dengan intervensi bedah.
5. Resiko tinggi terhadap cedera janin berhubungan dengan kelahiran premature dan prosedur pembedahan.
6. Antisipasi berduka berhubungan dengan merasakan potensial kehilangan janin.
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat/pemajanan atau kesalahan interpretasi informasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar