Selasa, 15 Desember 2009

ASKEP PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR CRURIS




LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR CRURIS

A. PENGERTIAN
Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya.
(Brunner & Suddart, 2001. Keperawatan medical bedah 3. Jakarta : EGC)

B. JENIS FRAKTUR
 Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran.
 Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
 Fraktur tertutup : fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
 Fraktur terbuka : fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.
 Greenstick : fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya membengkak.
 Transversal : fraktur sepanjang garis tengah tulang
 Kominutif : fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
 Depresi : fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
 Kompresi : Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
 Patologik : fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada daerah perlekatannnya.

C. ETIOLOGI
 Trauma
 Gerakan pintir mendadak
 Kontraksi otot ekstem
 Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma
D. PATHOFISIOLOGI
Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis

FRAKTUR

Diskontinuitas tulang, pergeseran fragmen tulang

Perubahan jaringan sekitar kerusakan fragmen tulang

Laserasi kulit: spasme otot tekanan Sumsum tulang lebih tinggi dr kapiler
 putus vena/arteri,
 peningkatan tekanan kapiler,
 reaksi stres klien

Deformitas

perdarahan pelepasan histamin melepaskan katekolamin

gg. fungsi

protein plasma hilang memobilisasi asam lemak

kehilangan volume cairan

edema bergabung dg trombosit

emboli

penekanan pembuluh darah

menyumbat pembuluh darah penurunan perfusi jaringaN
E. MANIFESTASI KLINIS
 Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema
 Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
 Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur
 Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
 Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
 Pemeriksaan jumlah darah lengkap
 Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
 Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal

G. PENATALAKSANAAN
 Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula.
 Imobilisasi fraktur
 Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna
 Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
 Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan
 Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
 Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau
 Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse dan meningkatkan peredaraN darah

H. KOMPLIKASI
 Malunion : tulang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
 Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
 Non union : tulang yang tidak menyambung kembali


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR CRURIS


I. PENGKAJIAN DATA DASAR
 Aktivitas/istirahat
 kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
 Keterbatasan mobilitas
 Sirkulasi
 Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
 Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
 Tachikardi
 Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
 Cailary refil melambat
 Pucat pada bagian yang terkena
 Masa hematoma pada sisi cedera
 Neurosensori
 Kesemutan
 Deformitas, krepitasi, pemendekan
 kelemahan
 kenyamanan
 nyeri tiba-tiba saat cidera
 spasme/ kram otot
 keamanan
 laserasi kulit
 perdarahan
 perubahan warna
 pembengkakan local

II. PRIORITAS KEPERAWATAN
 Mencegah cedera tulang/ jaringan lanjut
 Menghilangkan nyeri
 Mencegah komplikasi
 Membeikan informasi ttg kondisi dan kebutuhan pengobatan

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jarinagan sekitasr fraktur, kerusakan rangka neuromuskuler
 Nyeri b.d spasme Otot , pergeseran fragmen tulang
 Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan

IV. INTERVENSI
a. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jarinagan sekitasr fraktur, kerusakan rangka
neuromuskuler
Tujuan
 Kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperaawatan
Kriteria hasil:
 Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
 Mempertahankan posisi fungsinal
 Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit
 Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas
Intervensi:
 Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan
 Tinggikan ekstrimutas yang sakit
 Instruksikan klien/bantu dalam latian rentanng gerak pada ekstrimitas yang sakit dan tak sakit
 Beri penyangga pada ekstrimit yang sakit diatas dandibawah fraktur ketika bergerak
 Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
 Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lngkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan’Awasi teanan daraaah, nadi dengan melakukan aktivitas
 Ubah psisi secara periodik
 Kolabirasi fisioterai/okuasi terapi

b. Nyeri b.d spasme Otot , pergeseran fragmen tulang
Tujuan
 nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan
Kriteria hasil:
 Klien menyatakan nyeri berkurang
 Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat
 Tekanan darah normal
 Tidak ada peningkatan nadi dan RR
Intervensi:
 Kaji ulang lokasi, intensitas dan tipe nyeri
 Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
 Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas hiburan
 Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi
 Jelaskan prosedur sebelum memulai
 Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif/aktif
 Dorong menggunakan tehnik manajemen stress
Contoh : relaksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan
 Observasi tanda-tanda vital
 Kolaborasi : pemberian analgetik

c. Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan
Tujuan
 kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan
Kriteria hasil
 Penyembuhan luka sesuai waktu
 Tidak ada laserasi, integritas kulit baik
Intervensi
 Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainae
 Monitor suhu tubuh
 Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjol
 Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh
 Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan
 Masage kulit ssekitar akhir gips dengan alkohol
 Gunakan tenaat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi
 Kolaborasi emberian antibiotik.

DAFTAR PUSTAKA

A. Standar Perawatan Pasien Edisi V Vol 3. Jakarta: EGC
Donges Marilynn, E.1993. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Smeltzer Suzanne, C.1997. Buku Ajar Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8. Vol 3. Jakarta: EGC
Price Sylvia, A.1994. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Jilid 2 Edisi 4. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar