Dr Alison Stuebe, peneliti dari Brigham dan Women's Hospital, Boston, Massachusetts, mengatakan, perubahan metabolisme ibu menyusui membantu menstabilkan kadar gula darah dan meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap hormon insulin.
Studi yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association ini dilakukan dua tahap dengan melibatkan 157 ribu perawat. Mereka diminta mengisi kuesioner kesehatan secara berkala selama sedikitnya 12 tahun. Selama penelitian, 6.277 peserta mengembangkan diabetes tipe 2.
Studi tahap pertama dimulai pada 1976. Sebanyak 6,3 persen partisipan yang menyusui kurang dari setahun atau tidak sama sekali mengalami diabetes. Sementara itu, partisipan yang menyusui selama lebih dari setahun, hanya 5,5 persen mengalami diabetes.
Studi kedua dimulai pada 1989. Hasilnya, wanita yang menyusui sedikitnya satu tahun, sekitar 15 persen lebih rendah mengembangkan diabetes tipe 2 dibanding mereka yang tidak pernah menyusui. Untuk setiap tahun tambahan menyusui, ada tambahan 15 persen penurunan risiko.
Stuebe mengatakan, menyusui terus-menerus selama paling sedikit satu tahun akan lebih baik dibandingkan dengan menyusui kurang dari satu tahun. Menurunkan kadar gula darah juga lebih mudah pada wanita menyusui dibanding wanita tidak menyusui.
Mereka yang menyusui cenderung memiliki gaya hidup lebih sehat dibandingkan yang tidak menyusui. Sebab, wanita menyusui umumnya selektif memilih makanan sehat dan bergizi. Gaya hidup semacam ini jelas akan mendorong metabolisme tubuh untuk mengurangi risiko diabetes.
Dr Ruth Lawrence dari University of Rochester di New York menambahkan, berdasar penelitian sebelumnya, menyusui juga berperan menurunkan risiko terkena kanker payudara, kanker ovarium dan osteoporosis. Ia berharap, berbagai manfaat menyusui itu akan mendorong kaum ibu memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar