TINJAUAN TEORITIS
2.1 KONSEP MEDIS
2.1.1 PENGERTIAN
Hipertensi pada anak adalah keadaan di mana tekanan darah sistolik dan atau diastolik rata-rata berada pada persentil besar sama dengan 95 menurut umur dan jenis kelamin, yang dilakukan paling sedikit dalam tiga kali pengukuran.
2.1.2 ANATOMI FISIOLOGI
Mekanisme dasar kerja jantung :
a. Jantung adalah pompa yang berotot dengan empat ruang dan empat klep.
b. Ruang-ruang bagian atas, serambi (atrium) kanan dan serambi kiri (atria - bentuk jamak untuk atrium), adalah ruang-ruang pengisi yang berdinding tipis.
c. Darah mengalir dari atrium (serambi-serambi) kanan dan kiri melalui klep-klep tricuspid dan mitral kedalam ruang-ruang yang lebih rendah yaitu ventricles (bilik-bilik) kanan dan kiri.
d. Ventricles kanan dan kiri mempunyai dinding-dinding berotot yang tebal untuk memompa darah melaui klep-klep pulmonic dan aortic kedalam peredaran (sirkulasi).
e. Klep-klep jantung adalah kelopak-kelopak yang tipis dari jaringan yang membuka dan menutup pada saat yang tepat selama setiap siklus denyut jantung.
f. Fungsi utama dari klep-klep jantung ini adalah untuk mencegah darah mengalir balik kembali.
g. Darah bersirkulasi melalui arteri-arteri untuk menyediakan oksigen dan nutrisi-nutrisi lain ke tubuh, dan kemudian kembali dengan pembuangan karbondioksida melalui vena-vena ke atrium (serambi) kanan; ketika ventricles mengendur (relax), darah dari atrium kanan lewat melalui klep tricuspid kedalam ventricle (bilik) kanan.
h. Ketika ventricles berkontraksi, darah dari bilik (ventricle) kanan dipompa melalui klep pulmonic kedalam paru-paru untuk mengisi kembali oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.
i. Darah yang mengandung oksigen kemudian kembali ke atrium kiri dan lewat melalui klep mitral kedalam ventricle (bilik) kiri.
j. Darah dipompa oleh ventricle kiri melaui klep aortic kedalam aorta dan arteri-arteri tubuh.
Aliran darah ke arteri-arteri tubuh terganggu ketika aortic stenosis ada. Akhirnya, ini dapat menjurus pada gagal jantung. Aortic stenosis terjadi tiga kali lebih umum pada pria-pria daripada pada wanita-wanita.
2.1.3 ETIOLOGI
Beberapa penyebab hipertensi pada anak bervariasi sesuai dengan variasi umur di antaranya penyakit ginjal, ujar Dr.Sandy Ruslan,Sp.PD(Bagian penyakit dalam FKUI) kategori utamanya adalah penyakit ginjal. “Hampir 80% penyebab hipertensi pada anak berasal dari penyakit ginjal. Penyebab lain gangguan hormonal karena penyakit endokrin, gangguan saraf karena tumor, infeksi atau trauma otak, pemakaian obat kortikosteroid dan obat tetes hidung, serta penyakit jantung dan pembuluh darah yang dapat menimbulkan hipertensi pada bayi maupun anak.
Kenaikan curah jantung atau kenaikan tahanan menyababkan kenaikan tekanan darah, walaupun dari salah satu faktor ini naik sedang yang lain turun, tekanan darah mumgkin tidak naik.
Beberapa anak dari orangtua yang hipertensi dapat mengekresi metabolik katekolamin urin yang lebih tinggi atau dapat berespon pada pembebanan natrium dengan penambahan berat badanyang lebih besar dan penambahan tekanan darah dari pada mereka yang tanpa riwayat hipertensi.
Anak dan remaja muda dengan tekanan diatas persentil Ke-90 menurut umur sering menjadi orang dewasa dengan tekanan darah yang tinggi
Etiologi lainnya pada hipertensi Misalnya tekanan darah naik. Pada bayi baru lahir paling sering dihubungan dengan kateterisasi arteri umbilikalis tinggi dan penyumbatan arteri rnalis karena pembentukan trombus.
Anak dengan hipertansi sekunder mempunyai kelainan ginjal sekitar 75-80%. Infeksi saluran kencing, penderita ini sering terkait dengan lesi obtruktif saluran kencing. Hipertansinya dapat disertai dengan retansi natrium, sekresi renin atau penurunan produsi bradikinin. Anak denagan kenaikan tekanan darahselam episode akut, infeksi dapat midah menimbulkan hipertensi esensial. Lesi parenkim ginjal lain yang disetai hipertensi umumnya terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus dari nefritis dapat menyebabkan penimbunan garam dan air, sedangkan lesi masa (kista, tumor padat, hematom) dapat menggangu perfusi bagian ginjal dan merangsang produksi renin oleh aparatus jukstaglomerulosa. Pada tumor wilms dan sel tumor juksta glomerulosa (hemangioparisitoma) mensekresi renin atau penekan substansi tanpa pengendalian umpan balik.
Pada penyakit jantung dan pembuluh darah bawaan sejak lahir atau yang disebut koarktasio aorta juga dapat menyebabkan hipertensi pada bayi maupun anak. Penyakit ini ditandai dengan tekanan darah pada lengan atas lebih tinggi dari tekanan darah pada tungkai, denyut nadi perifer melemah atau sulit diraba dan terdengar suara bising jantung. Koartasio aorta dan stenosis arteri renalis, menimbulkan hipertensi melalui perangsangan sistem renin-angiotensin-aldosteron. Angiotensin I diubah menjadi angiotensin II oleh enzim pengubah angiotensin (angiotensin comperting enzim = ACE). Angiotensin comperting enzym menyebabkan degradasi metabolik kinin penyebab vasodilatasi. Anngiotensin II adalah vasokosntriktor kuat dan merangsang sekresi aldosteron. Kedua berpegaruh dalam kenaikan tekanan darah.
Hipertensi sistolik dan takikardi sering ada pada hipertiroidisme, tetapi tekanan diastolik biasanya tidak naik. Hiperkalsemia sebagai akibat hiperparatiroidisme atau bukan sering menyebabkan kenaikan ringan pada tekanan darah karena bertambahnya tonus vaskuler. Gangguan adenokortikal (tumor yang mensekresi aldosteron, hiperplasia adrenal, sindrom cushing) dapat menyebkan hipertensi jika ada kenaikan pengaruh dari mineralokortikoid karena bertambahnya aldosteron, atau kortisol.
Tumor yang mensekresi katekolamin menyebabkan hipertensi karena pengaruh epinefrin dan norepinefrin pada jantung dan vaskuler.
Efek toksik dari obat dapat menaikan tekanan darah. Obat inhalasi, tetes hidung atau dekongestan hidung umumnya menghasilkan vasokonstriksi perifer dan berbagai tingkat rangsangan jantung yang dapat menimbulkan tekanan darah yang tinggi dan menimbulkan kejang-kejang atau perdarahan inntrakranial
2.1.4 TANDA DAN GEJALA
Umumnya tanpa keluhan, namun pada kondisi tertentu dapat saja terdapat keluhan yang timbul pada anak adalah mimisan, sakit kepala, yang tidak tahu sebabnya, pusing, penglihatan tiba-tiba kabur, nyeri perut, mual-mual, muntah, napsu makan berkurang, gelisah, berat badan turun, sesak nafas, nyeri dada dan keringat berlebihan, pertumbuhan dan perkembangan yang terlambat.
Karena itu, penting untuk melakukan deteksi dini dengan pengukuran tekana darah secara rutin pada anak usia 3 tahun ke atas, paling tidak setahun sekali.
2.1.5 PATOFISIOLOGI
Hipertensi pada anak umumnya disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi sekunder). Terjadinya hipertensi pada penyakit ginjal adalah karena :
1. Hipervolemia.
Hipervolemia oleh karena retensi air dan natrium, efek ekses mineralokortikoid terhadap peningkatan reabsorpsi natrium dan air di tubuli distal, pemberian infus larutan garam fisiologik, koloid, atau transfusi darah yang berlebihan pada anak dengan laju filtrasi glomerulus yang buruk. Hipervolemia menyebabkan curah jantung meningkat dan mengakibatkan hipertensi. Keadaan ini sering terjadi pada glomerulonefritis dan gagal ginjal.
2. Gangguan sistem renin, angiotensin dan aldosteron.
Renin adalah enzim yang diekskresi oleh sel aparatus juksta glomerulus. Bila terjadi penurunan aliran darah intrarenal dan penurunan laju filtrasi glomerulus, aparatus juksta glomerulus terangsang untuk mensekresi renin yang akan merubah angiotensinogen yang berasal dari hati, angiotensin I. Kemudian angiotensin I oleh “angiotensin converting enzym” diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah tepi, dan menyebabkan tekanan darah meningkat. Selanjutnya angiotensin II merangsang korteks adrenal untuk mengeluarkan aldosteron. Aldosteron meningkatkan retensi natrium dan air di tubuli ginjal, dan menyebabkan tekanan darah meningkat.
3. Berkurangnya zat vasodilator
Zat vasodilator yang dihasilkan oleh medula ginjal yaitu prostaglandin A2, kilidin, dan bradikinin, berkurang pada penyakit ginjal kronik yang berperan penting dalam patofisiologi hipertensi renal. Koarktasio aorta, feokromositoma, neuroblastoma, sindrom adrenogenital, hiperaldosteronisme primer, sindrom Cushing, dapat pula menimbulkan hipertensi dengan patofisiologi yang berbeda. Faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan hipertensi sekunder pada anak antara lain, luka bakar, obat kontrasepsi, kortikosteroid, dan obat-obat yang mengandung fenilepinefrin dan pseudoefedrin.
2.1.7 KOMPLIKASI
Komplikasinya pada organ tubuh lain sangat besar, seperti pembengkakan jantung, gangguan ginjal, gangguan saraf, gangguan penglihatan sampai dapat terjadinya kebutaan
Beberapa ahli dan organisasi hipertensi internasional menganjurkan agar anak anak mulai usia 3 tahun dilakukan pengukuran tekanan darah setahun sekali untuk mengetahui ada tidaknya hipertensi agar penanganan dapat dilakukan sedini mungkin. Sehingga pembengkakan jantung, gagal ginjal, gangguan saraf dan kebutaan dini pada anak kita sebagai generasi penerus bangsa dapat dihindari.
a. Ensefalopati hipertensif
b. Payah jantung
c. Gagal jantung
d. Retinopati hipertensif yang dapat mengkibatkan kebutaan.
2.1.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung.
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
f. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
g. Foto dada dan CT scan
2.1.9 PENATALAKSANAAN
Baik pendekatan non farmakologis maupun farmakologis, pengobatan berguna dalam menatalaksana penderita dengan kenaikan tekanan darah. Intervensi akan difokuskan pada faktor – faktor penting pada pencegahan. Karena banyak penderita dengan kenaikan tekanan darah ringan adalah pada kegemukan. Pengurangan berat badan dapat berakibat penurunan hingga 5 – 10 mmHg pada tekanan sistolik, dan penurunan 5 mmHg pada tekanan diastolik. Pengurangan masukan natrium sering akan menurunkan tekanan darah sekitar 5 mmHg. Program latihan aerobik yang tetap teratur juga ternyata menurunkan tekanan darah pada kelompok penderita dengan hipertensi essensial ringan. Mengingat manfaat ini dan pengaruh yang tidak diinginkan dari banyak obat – obat anti hipertensi, program terapi non farmakologis yang diawasi dengan baik harus diresepkan dengan baik pada penderita hipertensi essensial. Bila penderita tidak mau bekerjasama dengan pendekatan tanpa obat atau pengurangan tekanan tidak memadai harus diberikan obat anti hipertensi.
Untuk anak dengan hipertensi sekunder dan untuk penderita dengan hipertensi essensial, terapi farmakologis akan sangat diperlukan. Sejumlah obat anti hipertensi tersedia untuk obat gawat darurat hipertensif dan untuk terapi lama (Tabel 1).
Pada penurunan tekanan darah, penderita selama krisis hipertensi, penting untuk memilih obat dengan mula kerja cepat dan tetap mengevaluasi hasil tekanan darah. Karena ensefalopati hipertensi merupakan komplikasi gawat darurat hipertensi yang mungkin terjadi, obat anti hipertensif dengan efek samping sistem saraf sentral minimal harus dipilih agar menghindari keracunan antara gejala penyakit dan pengaruh buruk obat. Pemberian anti hipertensi intravena lebih disukai agar memungkinkan titrasi penrunan tekanan darah ketika obat diturunkan. Karena penurunan tekana darah terlalu cepat mengganggu perfusi jaringa yang cukup. Tekanan darah harus dikurangi sekitar sepertiga dari penurunan total yang direncanakan dalam enam jam pertama dan jumlah sisanya dalam 48 – 72 jam berikutnya.
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 PENGKAJIAN
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin.
c. Integritas Ego
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, factor stress multipel
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
e. Makanan / Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
f. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optik
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen
h. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis
i. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural
j. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM, penyalit ginjal Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau Hormon.
2.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskularselebral
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
2.2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa | Tujuan dan Kriteria Hasil | Intervensi | Rasional |
2 Intoleransi aktivitas b.d.kelemahan umum
3 Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan kognitif
| Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeri pasien dapat berkurang, KH: a. Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol. b. Mengungkapkan metode yang memberikan penggurngan. c. Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan kelemah akan berkurang KH: a. Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan / diperlukan. b. melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur. c. Menunjukan penurunan dalam tanda – tanda intoleransi fisiologi.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien menyatakan masalah / minta informasi KH:a. menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen penggobatan.b. mengindentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan c. mempertahankan TD dalam parameter normal. | 1. mempertahankan tirah baring selama fase akut. 2. bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
3. Kolaborasi: Berikan obat analgetik sesuai indikasi
1. kaji respons klien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali /menit diatas frekuensi istirahat peningkatan TD yang nyata selama / sesudah aktivitas (tekanan sistolik meningkat 40mmHg atau tekanan diastolik meningkat 20mmHg );dispnea atau nyeri dada keletihan dan kelemahan yang berlebihan;diaforesis; pusing atau pingsan. 2. intruksikan pasien tentang teknik tentang penghematan energi.
3. berikan dorongan untuk melakukan aktivitas / perawatan diri terhadap jika dapat ditoleransi.berikan bantuan sesuai kebutuhan.
1. hindari menggatakan TD normal dan gunakan istilah terkontrol dengan baik saat menggambarakn TD klien dalam batas yang diinginkan
2. bantu klien dalam mengindentifikasi faktor – faktor resiko kardio vaskular yang dapat diubah.
3. atasi maslah dengan klien untuk mengidentifikasi cara dimana perubahan gaya hidup yang tepat dapat dibuat untuk menggurangi faktor – faktor diatas.
| 1. meminimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi. 2. pusing dan pandangan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala. Pasien juga dapat menggalami episode hipotensi postural. 3. Membantu mengurangi nyeri
1. menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap stres aktivitas dan bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas. 2teknik menghemat energi , menggurangi penggunaan energi, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
2. kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba – tiba.
3. memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.
1. karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan, maka dengan penyampaian ide terkontrol akan membantu klien untuk memahami kebutuhan lanjutkan penggobatan atau medikasi 2. faktor – faktor resiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskular serta ginjal.
3. faktor – faktor resiko dapat meningkatkan proses penyakit atau memperburuk gejala. Dengan menggubah pola prilaku yang biasa / memberikan rasa aman dapat sangat menyusahkan. Dukungan petunjuk dan empati dan dapat meningkatkan keberhasilan klien dalam menyelesaikan tugas ini.
|
bisa minta literaturnya ???
BalasHapus